Simpulan dan Saran Studi Konektivitas Sistem Sosial-Ekologis Ekosistem Lamun Di Kabupaten Bintan

5. PEMANFAATAN EKOSISTEM LAMUN

5.1. Pendahuluan

Konektivitas SSE ekosistem lamun dapat dilihat dari pemanfaatannya. Ekosistem lamun memberikan berbagai produk dan jasa lingkungan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitarnya Cullen-Unsworth et al. 2013. Di Teluk Kuta, Pulau Lombok, masyarakat melakukan berbagai aktifitas di ekosistem lamun, diantaranya:1 Mengumpulkan benur dan nener; 2 Memancing ikan; 3 Membalikkan batu karang mati untuk menangkap biota yang bersembunyi; 4 mengumpulkan hanyutan rumput laut; 5 menyisir pantai mengumpulkan sumber protein hewani dan 5 menangkap ikan dengan akar tuba Susetiono 2007. Hasil penelitian Torre-Castro dan Ronnback 2004 tentang hubungan antara lamun dan manusia di Afrika timur memperlihatkan bahwa lamun memberikan jasa lingkungan sebagai daerah penangkapan ikan, tempat meletakkan perangkap ikan, sumber biota bagi masyarakat serta menyediakan lahan bagi usaha budidaya rumput laut. Hasil wawancara mereka, diketahui bahwa 70 nelayan di Chawaka Afrika Timur menangkap ikan di daerah lamun, 23 di daerah karang dan tidak ada yang menangkap ikan di daerah mangrove. Cullen-Unsworth 2014 merangkum informasi dari berbagai daerah WakatobiIndonesia, ZanzibarTanzania, InhacaMozambique, Laucala BayFiji Island, Turks and Caicos Islands Caribbean, Green IslandQueendsland Autralia and Porth Dinllaen North Wales tentang ketergantungan masyarakat dengan ekosistem lamun. Gambaran yang diperoleh menunjukkan bahwa ancaman yang terjadi di ekosistem lamun, tidak semata mengancam sumber daya yang ada di ekosistem tersebut, namun juga mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal disekitarnya baik secara langsung, maupun tidak langsung. Oleh karena itu dinamika pemanfaatan ekosistem lamun menjadi penting untuk diketahui. Publikasi tentang pemanfaatan ekosistem lamun oleh masyarakat masih terbatas pada identifikasi kegiatan pemanfaatan Torre-Castro dan Ronnback, 2004, Torre-Castro et al. 2014, Cullen-Unsworth 2014, pemanfaatan dalam konteks yang lebih rinci perlu dilakukan.

5.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian tiga dari disertasi yang bertujuan memetakan pola pemanfatan ekosistem lamun.

5.3. Metodologi Penelitian

5.3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian utara dan timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan. Lokasi penelitian meliputi empat desa, yaitu desa Malang Rapat, Teluk Bakau, termasuk kedalam kecamatan Gunung Kijang dan Desa Pengudang dan Berakit termasuk kedalam kecamatan Teluk Sebong. Pengambilan dilakukan pada bulan September 2014 – Mei 2015.

5.3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalh kuesioner, alat tulis, GPS, kamera, alat perekam dan laptop. 5.3.3. Pengumpulan Data Untuk mengetahui pemanfaatan ekosistem lamun digunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Data primer yang diambil adalah kegiatan kenelayanan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya di ekosistem lamun. Jumlah responden di setiap desa antara 10-15 orang yang terdiri dari kepala desa, tokoh masyarakat dan nelayan. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber seperti BPS, Kantor Desa, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jenis data primer dan data sekunder yang akan dikumpulkan untuk melihat pola pemanfaatan ekosistem lamun disarikan dalam Tabel 5.1 berikut : Tabel 5.1. Rangkuman kebutuhan data dan analisis data. Tujuan Data yang dibutuhkan Sumber data Mengetahui demografi nelayan Jumlah Rumah Tangga Nelayan Tempat pendaratan ikan Koperasi, Unit pengelolaan lainnya P Data sekunder: Monografi Desa , Statistik Kecamatan, BPS, DKP, LIPI Data primer : observasi, wawancara, kuesioner FGD Mengetahui sarana dan prasarana tangkap Jenis alat tangkap dan jenis perahu P, S Mengetahui Informasi tangkapan Jumlah dan jenis tangkapan P Pasar Tauke, alur penjualan, harga P, S Kelembagaan Peraturan pengelolaan lamun kesepakatan masyarakat community aggreement, perdes, Percam, perbup S Lembaga dan bentuk pengelolaan P = primer; S = sekunder Langkah awal yang dilakukan dalam pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: - Mengidentifikasi tipe nelayan berdasarkan hasil tangkapan utama. - Menetapkan jumlah responden, yaitu lebih kurang 10 dari populasi yang ada Torre-Castro dan Ronnback 2004. - Melakukan wawancara dengan panduan kuesioner. - Setelah kuesioner dikumpulkan, hasilnya diverifikasi, apabila ternyata responden bukan responden yang diinginkan, maka dilakukan wawancara lagi dengan responden yang lebih tepat. - Memasukkan hasil wawancara kedalam data sheet. - Variabel yang dikumpulkan adalah informasi responden, hasil tangkapan, waktu penangkapan, pendapat tentang ekosistem lamun. Tahapan wawancara melalui kuesioner disarikan pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Tahapan pengumpulan informasi melalui wawancara

5.3.4. Analisis Data

Data demografi, sarana dan prasarana penangkapan, lokasi penangkapan dan kelembagaan dituangkan dalam bentuk tabel serta gambar dan diuraikan secara deskriptif. Untuk mengetahui pemanfaatan lamun hasil tangkapan dan pasar di pesisir timur Kabupaten Bintan dilakukan pendekatan dengan Spidergram Wildenberg 2005. Data yang diperoleh dikelompokkan, disusun sesuai hirarki. Hirarki pertama adalah pemanfaatan lamun sebagai sumber pendapatan dan konsumsi. Hirarki kedua adalah sumber pendapatan dari hasil tangkapan dan kegiatan wisata. Hirarki ketiga adalah perlakuan hasil tangkapan untuk dijual, umpan dan diolah Gambar 5.1. Hasil pengelompokan dituangkan dalam bentuk gambar, dan dibawa ke lapangan sebagai bahan Focus Group Discussion FGD. Tujuan dari FGD adalah untuk mengkonfirmasi data yang telah diperoleh dari hasil sebelumnya serta memberikan skala prioritas. Skala prioritas adalah 1- 5. Nilai 1 mengartikan skala prioritas pertama dan menurun dengan bertambahnya nilai. Peserta FGD terdiri dari berbagai tipe pemanfaat lamun, yaitu nelayan jaring, pancing, bubu, empang, kelong karang dan pengambil kerang masing-masing diwakili oleh satu orang.