Sebaran Spesies Lamun Hasil dan Pembahasan

Lokasi Jumlah Spesies Acuan Lombok Timur 9 Syukur 2012 Pulau Pasi, Kabupaten Selayar 7 Tuhumury 2010 Karang Lebar, Kepulauan Seribu 3 Suherman 2011 Pantai Sanur 6 Dewi 2012 Teluk Bakau, Kepulauan Riau 10 Nainggolan 2011 Pulau Pramuka 6 Binandra 2010 Teluk Toli-Toli 7 Supriyadi 2010 Tanjung Dede, Tanjung Kekoh dan Pulau Kabetan 8 Supriyadi 2010 Teluk Kotania, Seram Bagian Barat 7 Supriyadi 2009 Nusa Dua, Denpasar-Bali 9 DKP dan P2O-LIPI 2007 unpublished data Pulau Rote, Maluku Tenggara 9 DKP dan P2O-LIPI 2009 unpublished data Sebesi, Lampung 9 Supriyadi 2007 unpublished data Tual, Maluku Tenggara 9 DKP dan P2O-LIPI 2009 unpublished data Kema, Sulawesi Utara 9 DKP danP2O- LIPI 2008 unpublished data Alor, Nusa Tenggara Timur 9 DKP 2008 unpublished data Selat Lembeh, Bitung 8 Supriyadi 2008 Pulau Sanger, Sulawesi Utara 8 Supriyadi 2009 unpublished data Pulau Pari, Kepulauan Seribu 7 Yusril 2007 unpublished data Kotania, Seram Barat 7 Supriyadi 2009 Kepulauan Tobelo, Maluku Utara 6 DKP danP2O- LIPI 2008 unpublished data Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur 6 Supriyadi dan Kuriandewa 2008 Madasanger, Jelenga , Maluk, Sumbawa Barat 9 Poedjirahajoe et al. 2013 Keterangan: database P2O LIPI

3.4.3. Biomasa Ekosistem Lamun

Biomasa biota dalam konteks penelitian ini adalah biomasa produsen dan biomasa konsumen. Biomasa produsen adalah biomasa lamun dan fitoplankton, sedangkan biomasa konsumen adalah biomasa biota yang dimanfaatkan oleh nelayan tradisional, yaitu ikan, rajungan, sotong dan kerang-kerangan. Biomasa produsen dan konsumen di ekosistem lamun disarikan dalam Tabel 3.8. Tabel 3.8. Berat biota dalam ekosistem lamun di lokasi penelitian Komponen Berat biota musim Timur gram ha Berat biota musim Utara gram ha Lamun 3.85 x 10 6 3.85 x 10 6 Fitoplankton 3.14 x 10 6 2.43 x 10 6 Zooplankton 4.60 x 10 5 2.01 x 10 4 Ikan 3.60 x 10 3 2.32 x 10 3 Rajungan 3.81 x 10 2 2.67 x 10 2 Sotong 1.82 x 10 2 2.03 x 10 2 Kerang-kerangan 3.45 x 10 2 4.07 x 10 2 Keterangan: gram Carbon dalam volume air; dalam volume air Senyawa organik yang dibentuk atau terkandung oleh biota direprentasikan dalam bentuk biomasa atau energi. Biomasa umumnya dalam bentuk berat basah atau berat kering individu dalam luasan area dan waktu tertentu. Dalam konteks penelitian ini diperoleh nilai biomasa lamun sebesar 385.14 gram berat kering m -2 . Beberapa publikasi yang memuat biomasa jenis lamun di perairan Indonesia disajikan dalam Tabel 3.9. Tabel 3.9. Biomasasa beberapa spesies lamun di perairan Indonesia Spesies lamun Biomasasa gram berat keringm 2 Lokasi Sumber Enhalus acoroides 844.2 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 2 479.9 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 20.31 Desa Teluk Bakau Hasil penelitian 2015 65.56 Desa Malang Rapat Hasil penelitian 2015 32.45 Desa Berakit Hasil penelitian 2015 41.95 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Thallasia hemprichii 92.8 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 262.9 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 18.87 Desa Teluk Bakau Hasil penelitian 2015 35.10 Desa Malang Rapat Hasil penelitian 2015 33.16 Desa Berakit Hasil penelitian 2015 26.21 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Thallasia 15-1500 gr bkm 2 thn Hutomo dan Azkab 1987 Cymodocea rotundata 243.4 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 110.8 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 9.27 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Cymodocea serrulata 110.8 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 7.57 Desa Malang Rapat Hasil penelitian 2015 1.82 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Syringodium isoetifolium 160 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 262.7 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 15.42 Desa Teluk Bakau Hasil penelitian 2015 10.76 Desa Malang Rapat Hasil penelitian 2015 13.30 Pulau Barang Lompo Hendra 2011 5.88 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Halophila ovalis 14.5 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 3.9 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 3.42 Pulau Barang Lompo Hendra, 2011 Halodule uninervis 72.2 Pantai Gerupuk, Lombok Kiswara dan Winardi 1999 34.5 Pantai Kuta, Bali Kiswara dan Winardi 1999 2.78 Pulau Barang Lompo Hendra 2011 0.85 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 Halodule pinifolia 4.20 Desa Pengudang Hasil penelitian 2015 1.65 Desa Malang Rapat Hasil penelitian 2015 Thalassodendron ciliatum 54.11 Desa Teluk Bakau Hasil penelitian 2015

3.4.4. Energi Ekosistem Lamun

Hasil perhitungan energi di ekosistem lamun direpresentasikan dalam Gambar 3.5a dan 3.5b. Secara umum memperlihatkan terjadi pengurangan energi antara musim Timur dan Utara Gambar 3.5a dan 3.5b. Pada kelompok produsen lamun dan fitoplankton pengurangan energi antara musim relatif kecil 0.03. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan perbedaan rata-rata penyinaran matahari di lokasi penelitian. Menurut BMKG 2015 rata-rata lama penyinaran matahari sebesar 44.63 pada musim Timur dan 43.2 di musim Utara. Sebagai produsen primer yang memanfaatkan sinar matahari, perbedaan penyinaran ini tentunya memberikan pengaruh terhadap aktifitas fotosintesa produsen tersebut. Ekosistem lamun memberikan jasa ekosistem berupa jasa pendukung, jasa pengatur, jasa penyedia dan jasa budaya MEA 2005; TEEB 2010. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa energi produsen memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan persentase energi konsumen terhadap total energi. Jumlah energi produsen berkisar antara 78.33 – 84.47 dari total energi yang ada. Dari persentase tersebut, diketahui bahwa 78.24 adalah energi lamun Gambar 3.5a.; 3.5b.. Artinya bahwa energi lamun lebih besar dibandingkan dengan energi biota lainnya. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa energi lamun berperan sebagai nursery ground, feeding ground Unsworth et al. 2007a juga sebagai peredam arus Unsworth et al. 2007b; Manca et al. 2012. Belum ada acuan yang mengatakan berapa energi lamun yang ideal untuk dapat dikatakan berperan sebagai mana dikatakan di atas. Namun berdasarkan energi lamun yang besar mengindikasikan bahwa jasa pendukung supporting services dan jasa pengatur regulating services di lokasi penelitian dalam kondisi baik. Jumlah energi konsumen zooplankton, herbivora, omnivora, karnivora dan ikan lainnya berbeda menurut musim. Pada musim Timur persentase energi konsumen adalah 21.67 dari total energi, sedangkan musim Utara sebesar 15.53. Pada kelompok ini terjadi pengurangan energi antara kedua musim sebesar 6.14. Pengurangan energi tersebut terjadi pada semua komponen konsumen yaitu herbivora, omnivora, karnivora dan ikan lainnya. Dalam hubungan peran ekosistem lamun sebagai provisioning services, keadaan ini memberikan gambaran bahwa pada musim Utara, kemampuan nelayan tradisional untuk memanfaatkan energi yang tersedia mejadi berkurang. Pada musim Utara cuaca buruk, keadaan ini memacu aktivitas nelayan tradisional mengakses sumber daya di ekosistem lamun lebih tinggi. Menurut informasi setempat, musim Utara merupakan musim paceklik bagi nelayan laut lepas yang bekerja di atas 4 mil, namun bagi nelayan tradisional cuaca buruk bukan merupakan kendala untuk bisa melakukan aktivitas penangkapan. Sesuai dengan pernyataan Torre-Castro et al. 2014 bahwa hasil tangkapan dari ekosistem lamun relatif stabil dan ekosistem lamun merupakan daerah tangkapan yang terbaik, dengan demikian musim bukan merupakan hambatan bagi nelayan untuk mengekploitasi sumber daya ekosistem lamun. Famili Siganidae, Scaridae, Lethrinidae, Serranidae, Lutjanidae, dan Mullidae merupakan jenis ikan yang selalu tertangkap di ekosistem lamun Unsworth et al. 2014; Torre-Castro et al. 2014 dan ini mirip dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Secara umum energi produsen yang dimanfaatkan oleh konsumen lebih kurang sebesar 27.56 pada musim Timur dan 18.35 pada musim Utara.