dugong, siput Lola, kima, kuda laut serta kaya akan keanekaragaman spesies biota.
Jasa pengaturan regulating services
Jasa pengaturan merupakan jasa yang diperoleh dari ekosistem lamun yang berperan dalam mengatur proses yang ada di dalam dan di luar ekosistem
lamun. Jasa ini merupakan jasa yang tidak langsung diberikan kepada manusia. Ada enam jasa pengaturan ekosistem lamun yang teridentifikasi,
yaitu pelindung pantai, pemerangkap sedimen, penstabil pH air laut, peredam arus, penjaga kejernihan air serta penstabil substrat.
Jasa persediaan provisioning services
Jasa persediaan merupakan jasa yang diberikan langsung oleh ekosistem lamun kepada manusia. Ada delapan jasa persediaan, yaitu sumber ikan
ekonomis, sumber invetebrata, sumber ikan hias, sumber benih, obat, pupuk, atap rumah serta bioprospecting.
Jasa budaya cultural services
Jasa budaya merupakan jasa yang langsung diberikan kepada manusia, misalnya kegiatan wisata di ekosistem lamun. Demikian pula biota yang
memiliki nilai intrinsik, yaitu biota yang memiliki keunikan tersendiri seperti dugong, penyu, kuda laut, kerang-kerangan bisa dijadikan sebagai
objek wisata.
4.3.4.3. Penilaian
Sumbu x dan sumbu y dipetakan dalam bentuk matriks Tabel 4.1. Identifikasi tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menjadi sumbu x,
sedangkan jasa ekosistem lamun menjadi sumbu y. Setelah matriks terbentuk, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap tiga matriks. Pertama,
matriks kapasitas supply dengan kisaran nilai 0-3. Nilai nol berarti tidak ada hubungan kapasitas antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun sumbu x
dengan jasa ekosistem sumbu y; nilai 1 berarti hubungan kapasitas lemah; nilai 2 berarti hubungan kapasitas sedang dan nilai 3 berarti hubungan kapasitas kuat.
Pemberian nilai pada matriks kapasitas didasarkan pada publikasi terdahulu terkait dengan ekosistem lamun, digabungkan dengan pengamatan penulis dan
informasi yang diperoleh dari lapangan. Nilai matriks kapasitas dikelompokkan sebagai berikut:
Nilai 0 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun tidak ada hubungan
Nilai 1 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang lemah
Nilai 2 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang sedang.
Nilai 3 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang kuat
Tabel 4.1. Contoh matriks kapasitas
Jasa Ekosistem Lamun Habitat
Morfologi H1
H2 …….
Hn M1
M2 …..
Mn
∑Integritas Ekologi
IE1 ……………………..
IEn
∑Jasa Pengaturan
RSK1 ………………..
RSKn
∑Jasa Persediaan
PSK1 …………………
PSKn
∑Jasa budaya
CSK1 ……………….
CSKn
Kedua, matriks permintaan demand dengan nilai 0-3. Pada matriks permintaan pemberian nilai didasarkan pada hasil kuesioner dari 65 responden.
Jawaban responden dikelompokkan, kemudian dihitung nilai persentasenya. Selanjutnya, nilai persentase dikategorikan ke dalam tiga kelas dengan bantuan
software excel
. Nilai keempat kategori tersebut adalah sebagai berikut: Nilai 0
= nilai 1.38, tidak ada hubungan permintaan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem.
Nilai 1 = kisaran nilai 1.38-10.8, hubungan permintaan antara tipe habitat dan
morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem rendah Nilai 2
= kisaran nilai 10.81-20.2, hubungan permintaan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem sedang
Nilai 3 = kisaran nilai 20.21-30, hubungan permintaan antara tipe habitat dan
morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem tinggi Ketiga, matriks ketersediaan budget dengan kisaran nilai -3 sampai 3.
Nilai matriks ini diperoleh dari hasil pengurangan antara matriks kapasitas supply dengan matriks permintaan demand. Nilai negatif mengartikan bahwa
permintaan melebihi persediaan demand supply, sebaliknya nilai positif mengartikan bahwa persediaan melebihi permintaan supply demand. Contoh
matriks demand dan badget diperlihatkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Contoh matriks demand dan budget
Jasa Ekosistem Lamun Habitat
Morfologi H1
H2 ……. Hn
M1 M2
….. Mn
∑Jasa Pengaturan
JPD1 ………………..
JPDn
∑Jasa Persediaan
PSD1 …………………
PSn
∑Jasa budaya
CSD1 ……………….
CSDn
4.4. Hasil dan Bahasan
4.4.1. Persepsi nelayan tradisional tentang ekosistem lamun
Hasil kuesioner mengenai manfaat ekosistem lamun menunjukkan bahwa nelayan tradisional di lokasi penelitian telah menyadari bahwa ekosistem tersebut
memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Gambar 4.1. memperlihatkan bahwa 97 jawaban merupakan integritas ekologis tempat ikan bertelur, tempat
berlindung anak ikan, tempat berkembang biak ikan, tempat ikan mencari makan, tempat hidup biota, tempat berkembang biak biota dan hanya 3 yang
merupakan jawaban mengenai jasa pengaturan melihat arah arus, menahan ombak, menjernihkan air.
Gambar 4.1. Persepsi nelayan tradisional tentang ekosistem lamun Tingginya pemahaman mereka tentang fungsi manfaat lamun mungkin
disebabkan oleh adanya Program Trismades Trikora Seagrass Management Demonstration Site,
yang dilaksanakan pada tahun 2007-2010. Trismades
merupakan program pengelolaan lamun berbasis masyarakat pertama di Indonesia. Program ini mendemontrasikan pengelolaan terpadu padang lamun dan
habitat terkait lainnya untuk mencegah degradasi ekosistem di kemudian hari dan memungkinkan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir Bintan Timur.
Salah satu kegiatan dari Trismades adalah penyadaran masyarakat tentang fungsi dan manfaat padang lamun sehingga pemahaman masyarakat tentang pentingnya
padang lamun untuk kehidupan mereka diketahui. Trismades didanai dari hibah Global Environment Facility GEF
dan dikelola bersama oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI P2O-LIPI dan Pemerintah Kabupaten Bintan yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan. Hasil wawancara mengenai kondisi ekosisem lamun dilokasi penelitian
ditampilkan pada Gambar 4.2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa 25 rensponden menyatakan kondisi lamun di keempat desa relatif sama sejak 5 tahun
terakhir, 15 menyatakan kondisinya berkurang dan 15 kondisinya bertambah Responden di Desa Pengudang dan Malang Rapat mengatakan bahwa kondisi
lamun di desa mereka bertambah luasnya, sementara responden di desa Teluk Bakau dan Berakit mengatakan bahwa kondisi lamun cenderung berkurang.
Gambar 4.2. Persepsi nelayan tentang kondisi ekosistem lamun Walaupun penulis tidak mengukur pertambahan dan pengurangan luasan lamun
hal tersebut dijelaskan dari hasil pengamatan di lapangan sebagai berikut:
Desa Kondisi lamun
Penyebab Teluk Bakau
Berkurang Jumlah resort relatif lebih banyak
dibandingkan dengan ketiga desa lainnya, tentunya pembangunan awal dari resort
mempengaruhi ekosistem lamun
Malang Rapat Bertambah
Nelayan setempat lebih banyak merupakan nelayan kelong yang tidak mengekploitasi
sumber daya ekosistem lamun Berakit
Berkurang Pembangunan dermaga feri untuk jalur
internasional Pengudang
Bertambah Pertambahan nutrisi dari Sungai Sumpat dan
Sungai Pengudang
4.4.2. Identifikasi Jasa Ekosistem Lamun
Hasil pemetaan jasa ekosistem lamun diperoleh dari data sekunder dan hasil kuesioner, wawancara serta observasi di lapangan. Hasil kuesioner, wawancara
dan observasi diketahui 24 jenis jawaban tentang ekosistem lamun, enam dapat dikelompokkan kedalam integritas ekologis, dua jasa pengaturan, satu termasuk
kedalam jasa penyediaan dan 16 merupakan penggunaan lahan ekosistem lamun Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komponen jasa ekosistem lamun dari berbagai sumber
Ecosystem sevices References
Ecosystem sevices References
Integritas ekologis Jasa Pengaturan
Nursery dan feeding ground 1, 2, 16
Pelindung pantai 1, 4, 8
Pemijahan dan pembesaran biota 1, 2
Pemerangkap sedimen 1, 4
Tempat berlindung biota 1, 2
Mempertahankan pH air laut 1, 3
Pemasok nutrisi 1, 2
Peredam arus 1, 4, 8, 17
Tempat hidup hewan langka 1, 2
Menjaga kejernihan air 1, 4, 17
Kaya keanekaragaman spesies biota
1, 2, 4, 9, 10, 16 Penstabil substrat
1, 4
Jasa Persediaan
Sumber ikan 4, 6, 9
Tempat mencari rajungan 17, 6
Sumber invetebrata 4, 6, 10
Tempat mencari kuda laut 17
Sumber ikan hias 1
Tempat meletakkan bubu 17, 6, 7
Sumber benih 4, 6
Tempat meletakkan bubu ketam 17, 6, 7
Obat 6, 14, 15
Tempat meletakkan jaring 17, 6, 7
Pupuk 6, 11, 12, 13
Tempat meletakkan jaring ketam 17, 6, 7
Atap rumahkonstruksi 6,
Tempat meletakkan kelong karang 17, 6, 7
Bioprospekting 6, 14, 15
Tempat meletakkan empang 17, 6, 7
Melihat arus 17
Tempat mencari umpan 17, 6, 7
Tempat mencari ikan 17, 6
Tempat mencari rengkam 17
Tempat mencari kerang 17, 6
Tempat berlabuh kapal 17
Tempat mencari teripang 17, 6
Tempat dermaga 17
Alur Kapal 17
Jasa Budaya
Rekreasi 5
Nilai intrinsik dari biodiversitas 5
1Unsworth et al. 2007b; 2Verweij et al. 2008; 3Unsworth et al. 2012; 4Kiswara 2009; 5Burkhard et al 2012; 6Torre-Castro dan Ronnback 2004; 7Torre-Castro et al. 2014; 8 Manca et al. 2012; 9 Periswadi
2008; 10 Arbi 2010; 11 Lei dan Khin 2008; 12 Sridar dan Rengasamy 2008; 13 Khumar, et al. 2012; 14 Rajendran et.al. 2013; 15 Basha dan Muthukumar 2014; 16 Hemminga dan Duarte 2000; 17 Hasil
Penelitian 2014.
4.4.3. Matriks Jasa Ekosistem Lamun
Kajian keterkaitan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun di Kabupaten Bintan dengan jasa ekosistem diperoleh dengan memadukan sumbu-x
tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan sumbu-y jasa ekosistem lamun kedalam tiga matriks, yaitu matriks kapasitas sumberdaya supply,
matriks permintaan sumberdaya demand dan matriks ketersediaan budget. Sumbu-x adalah tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun diperoleh dari
modifikasi Suyarso 2011 serta observasi lapangan. Sumbu-y adalah jasa ekosistem lamun integritas ekologis, jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa
budaya yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, observasi serta studi pustaka.
Matriks kapasitas supply
Hasil penilaian matriks kapasitas diperlihatkan dalam Tabel 4.4. Matriks kapasitas merefleksikan hubungan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem