Aliran energi di ekosistem lamun

4. KESEIMBANGAN JASA EKOSISTEM LAMUN

4.1. Pendahuluan

Ekosistem memberikan jasa ekosistem. Jasa ekosistem adalah jasa yang diambil dari ekosistem dan bermanfaat untuk manusia Costanza et al.1997; Fisher et al. 2009; Burkhard et al. 2012; Millenium Ecosystem Assessment 2005. Tanpa ada manusia sebagai penerima manfaat, fungsi dan proses ekosistem bukanlah jasa. Dengan kata lain, harus ada permintaan tertentu oleh orang-orang untuk menggunakan jasa ekosistem tertentu Burkhard et al. 2012. Jasa ekosistem dikelompokkan menjadi empat, yaitu jasa pendukung supporting services jasa pengaturan regulating services, jasa penyedia provisioning services dan jasa budaya cultural services MEA 2005 Dalam perkembangannya, TEEB 2010 menyebut jasa penyedia sebagai jasa habitat habitat services, sedangkan Burkhard et al. 2012 menyebutnya sebagai integritas ekologis ecological integrity Dalam konteks jasa ekosistem lamun dapat diartikan sebagai manfaat yang dapat diambil dari ekosistem tersebut oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini diungkapkan oleh Torre-Castro dan Ronnback 2004 di desa Chiwaka, pantai Timur Zanzibar. Masyarakat di desa tersebut memanfaatkan ekosistem lamun dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mencari ikan, invertebrata, tempat budidaya dan sebagainya. Dikatakan bahwa perekonomian masyarakat pedesaan di wilayah pesisir memiliki ketergantungan yang besar terhadap sumberdaya laut sebagai sumber makanan dan pendapatan. Hal yang sama diungkapkan oleh Cullen-Unsworth et al. 2014 tentang pemanfaatan lamun oleh masyarakat di Taman Nasional Wakatobi. Di lokasi ini ekosistem lamun digunakan oleh masyarakat sebagai sumber ikan dan invertebrata serta substrat untuk meletakkan alat tangkap. Masyarakat yang tinggal di pesisir timur Pulau Bintan telah memanfaatkan ekosistem lamun sejak tahun 70-an. Ekosistem ini merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat mengatakan bahwa telah terjadi kelangkaan biota seperti teripang akibat pengambilan tidak terkendali. Demikian pula dengan rajungan dan kerang-kerangan. Keberadaan lamun di wilayah ini sudah diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bintan, akan tetapi masih dalam konteks menunjang keberadaan padang lamun. Sejauh ini informasi mengenai SSE dan jasa ekosistem lamun di Kabupaten Bintan telah dilakukan oleh Damayanti 2011 dan Adrianto dan Kusumastanto 2014. Damayanti 2011 mengkaji efektivitas kawasan konservasi padang lamun di Desa Malang Rapat dan Teluk Bakau. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap efektifitas pengelolaan kawasan konservasi padang lamun di kedua desa tersebut adalah indikator ekologi. Sementara itu Adrianto dan Kusumastanto 2014 telah memetakan jasa ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau, Malang Rapat dan Berakit. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terjadi surplus jasa penyedia di Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat, surplus jasa budaya di Desa Teluk Bakau dan Berakit, sedangkan defisit jasa pengaturan terjadi di ketiga desa. Identifikasi jasa ekosistem lamun yang dilakukan mereka dalam skala desa, sehingga identifikasi jasa ekosistem lamun dalam cakupan yang lebih sempit menjadi kebutuhan untuk dilakukan, demi menggiring kearah pengelolaan yang lebih rinci. 4.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian kedua dari disertasi, membahas tentang Jasa ekosistem lamun. Adapun tujuan penelitian adalah memetakan keseimbangan jasa ekosistem lamun.

4.3. Metodologi Penelitian

4.3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian utara dan timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan. Lokasi penelitian meliputi empat desa, yaitu desa Malang Rapat, Teluk Bakau, termasuk kedalam kecamatan Gunung Kijang dan Desa Pengudang dan Berakit termasuk kedalam kecamatan Teluk Sebong. Pengambilan dilakukan pada bulan September – Desember 2014. 4.3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, GPS, kamera, alat perekam dan laptop.

4.3.3. Pengumpulan Data

Untuk mengetahui jasa ekosistem lamun informasi penggunaan jasa yang sebenarnya diperlukan. Data primer diambil melalui kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Jumlah responden adalah 65 orang, mereka adalah nelayan tradisional yang tinggal di desa Teluk Bakau, Malang Rapat, Berakit dan Pengudang. Data sekunder dikumpulkan dari Kantor Desa, BPS, P2O LIPI dan sumber terkait lainnya.

4.3.4. Analisis Data

Untuk mengetahui jasa ekosistem lamun digunakan pendekatan matriks jasa ekosistem yang diadopsi dari Burkhard et al. 2012. Mereka melakukan penelitian jasa ekosistem di daratan Jerman dan dalam skala regional. Penelitian mereka tersebut dilakukan di terestrial yang memiliki dua dimensi, yaitu panjang dan lebar sehingga dapat lebih mudah dipetakan secara spasial. Berbeda dengan penelitian ini yang dilakukan di ekosistem lamun, memiliki tiga dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Oleh karena itu, pemetaan secara spasial belum dapat dilakukan dan hal tersebut menjadi kekurangan dalam penelitian ini. Ada tiga tahap yang dilakukan, yaitu identifikasi tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun, identifikasi jasa ekosistem lamun dan penilaian jasa ekosistem lamun.