Matriks Jasa Ekosistem Lamun

Tipe habitat lamun memiliki hubungan kapasitas yang kuat dengan keanekaragaman biota serta keberadaan hewan langka. Malikusworo 1983 mencatat 165 spesies ikan yang termasuk kedalam 54 famili di padang lamun perairan Teluk Banten, sementara itu Periswadi 2008 mencatat 85 spesies ikan yang termasuk kedalam 48 famili di padang lamun Pulau Derawan Kalimantan Timur. Arbi 2010 mencatat ada 183 spesies moluska dari 53 famili di padang lamun Pulau Talise, Sulawesi Utara. Diketahui pula bahwa kuda laut Hippocampus sp merupakan hewan langka yang telah tercatat dalam Appendix II CITES Convention on the International Trade in Endanged Species of Wild Fauna and Flora , hidup di hamparan lamun Rosa et al. 2007; Anonim 2009b. Secara umum, tipe habitat lamun dan integritas ekologis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Artinya, hamparan lamun berkaitan erat dengan proses ekologi yang berjalan didalam ekosistem lamun. Sementara itu belum terlihat hubungan kapasitas antara morfologi ekosistem lamun dengan integritas ekologis. Hubungan antara jasa pengaturan dengan tipe habitat memperlihatkan bahwa lamun memiliki nilai yang lebih tinggi dari tipe habitat lainnya. Hubungan yang kuat terlihat antara lamun sebagai pelindung pantai, mempertahankan pH air laut, pemerangkap sedimen dan peredam arus. Keadaan ini didukung oleh hasil penelitian Unsworth et al. 2012, yang menyatakan bahwa keberadaan lamun akan menaikkan pH sebesar 0,38 point dan menaikkan omega agaronite unsur pembentuk kerangka kapur sebesar 2,9 point. Selanjutnya, Manca et al. 2012 melakukan penelitian di laboratorium Canal Investigació i Experimentació Marķtima, Universitat Politecnica de Catalunya, Barcelona, Spanyol dengan menggunakan lamun buatan dari spesies Posidonia oceanica. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. oceanica dapat meredam gelombang sehingga dapat dijadikan sebagai pelindung pantai dari erosi. Dari sisi morfologi, hanya reef crest yang memikili keterkaitan kuat dengan jasa pengaturan, yaitu dalam fungsinya sebagai pelindung pantai. Hubungan antara jasa persediaan dengan tipe habitat diperlihatkan dalam Tabel 4.4. Keterkaitan yang kuat terlihat pada tipe habitat rubble dengan perannya antara lain sebagai sumber invertebrata, pupuk, bioprospecting serta tempat mencari kuda laut. Sebagai sumber ikan, sumber invertebrata, beberapa publikasi pendukung dirangkum dalam Tabel 4.5. Hubungan yang kuat antara jasa persediaan dengan morfologi ekosistem lamun tampak pada reef crest sebagai tempat memancing. Pengamatan penulis, nelayan tanpa perahu menjadikan reef crest sebagai tempat pijakan mereka ketika melakukan aktifitas memancing. Habitat pasir dengan morfologi pasir berhubungan kuat sebagai tempat menambatkan perahu dan dermaga. Secara umum, tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun berhubungan sedang sampai kuat dengan jasa persediaan. Dalam hubungan antara jasa budaya dengan tipe habitat, lamun memiliki hubungan kapasitas yang kuat dengan nilai intrinsik dari biodiversitas. Artinya, hamparan lamun memiliki potensi yang relatif besar untuk dikembangkan menjadi jasa budaya. Misalnya, pada musim Utara sering dijumpai dugong di Desa Berakit dan Pengudang. Demikian pula denga penyu, informasi nelayan mengatakan bahwa sering dijumpai penyu di habitat lamun. Dari sisi morfologi ekosistem lamun, hubungan yang kuat tampak antara pasir dengan rekreasi dan nilai estiteka. Diketahui bahwa panjang pantai di keempat desa lokasi penelitian adalah 50.140,47 meter dan menjadi tempat kegiatan wisata baik domestik, maupun mancanegara. Tabel 4.5. Jumlah biota yang ada di beberapa ekosistem lamun Lokasi ∑ Famili ∑ species ∑ spesies economis References Ikan Teluk Banten 54 165 - Malikusworo 1983 Kecamatan Wori, Sulut 34 75 57 Manik 2011 Pulau Derawan, Kaltim 48 85 - Periswadi 2008 Pulau Panjang, Kaltim 34 44 - Periswadi 2008 Pulau Samama, Kaltim 27 39 - Periswadi 2008 Pulau Galang Baru dan Pulau Combol, Kepri 23 37 - Fahmi dan Adrim 2009 Pesisir Bintan Timur 17 29 Hasil Penelitian Moluska Kepulauan Kei Kecil 40 103 72 Kusnadi et al., 2008 Pulau Talise, Sulut 53 182 Arbi 2010 Pesisir Bintan Timur - 4 4 Hasil Penelitian Matriks Permintaan demand Matriks permintaan merefleksikan hubungan antara jasa permintaan demand dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun. Untuk menilai matriks permintaan digunakan data hasil kuesioner, hasil tangkapan nelayan, informasi mengenai tempat menangkap biota, tempat meletakkan alat tangkap dan dipadukan dengan hasil wawancara dengan tetua desa serta tokoh masyarakat. Hubungan antara jasa pengaturan dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun diperlihatkan pada Tabel 4.6. Tipe habitat lamun memiliki hubungan permintaan yang rendah dengan fungsinya sebagai menjaga kejernihan air, melihat arah arus serta peredam arus. Namun, ada yang menarik dalam hubungan ini, bahwa nelayan menggunakan lamun untuk menentukan waktu dan arah meletakkan jaring serta waktu pasang dan surut air laut. Untuk jasa persediaan, hubungan permintaan yang tinggi dijumpai antara tipe habitat pasir, rubble, karang dan lamun antara lain sebagai sumber invertebrata, tempat meletakkan bubu ketam, tempat memasang jaring ikan dan tempat mencari moluska. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 76 responden mengatakan bahwa ekosistem lamun merupakan sumber ikan dan sumber invertebrata, lebih lanjut dikatakan bahwa daerah cekungan small lagoon dan kaloran channel merupakan tempat ikan banyak dijumpai. Habitat pasir, rubble , karang dan lamun digunakan untuk meletakkan perangkap, seperti bubu ketam, kelong karang serta empang. Dari sisi morfologi, peletakkan bubu ketam dan jaring ikan umumnya dilakukan di daerah cekungan small lagoon, sedangkan kelong karang dan empang ditempatkan di daerah karang mati. Reef crest merupakan salah satu bentuk morfologi ekosistem lamun, biasa digunakan nelayan untuk memancing, meletakkan jaring ikan, jaring ketam, bubu ketam dan bubu ikan. Aktivitas penggunaan alat tangkap tersebut cukup tinggi, terlihat dari jumlah tangkapan yang diperoleh. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan rata-rata adalah sebesar 15 kg per orang per hari, rajungan rata- rata 4 kg per orang per hari, sedangkan kerang-kerangan antara 11 kg per orang per hari. Data hasil tangkapan teripang tidak dapat diperoleh, namun menurut informasi setempat saat ini sulit untuk memperoleh spesies teripang ekonomis. Beberapa masyarakat di desa Malang Rapat mengumpulkan teripang untuk dibuat obatminyak gosok Tabel 4.6. Matriks demand jasa ekosistem lamun di lokasi penelitian Jasa Ekosistem Tipe Habitat Morfologi Lu m p u r P asir Ru b b le Ka ra n g Lam u n p an tai Ce k u n g an Ka ra n g m ati Ka lo ra n Gu n d u k an p asir Ree f cre st Jasa Pengaturan ∑ 3 pelindung pantai mempertahankan pH air laut menjaga kejernihan air 1 penstabil substrat Melihat arah arus 1 peredam arus 1 Jasa Persediaan ∑ sumber ikan 3 3 3 3 sumber invertebrata 2 2 2 2 2 sumber ikan hias obat 1 pupuk 1 bioprospecting konstruksiatap rumah sumber benih Tempat meletakkan bubu ikan 2 2 2 2 1 Tempat meletakkan bubu ketam 2 2 2 2 2 2 2 Tempat memasang jaring ikan 3 3 3 3 Tempat memasang jaring ketam 1 1 1 1 1 1 Tempat memasang kelong karang 1 1 Tempang meletakkan empang 1 1 Tempat memancing 2 2 2 Tempat mencari kerang-kerangan 3 3 3 3 3 Tempat mencari teripang 1 1 1 1 1 Tempat mencari kuda laut 1 1 Tempat mencari rengkam 1 Jalur perahu 3 Tempat menambat perahu 3 3 Tempat dermaga 3 3 Jasa budaya ∑ rekreasi dan nilai estetika 3 3 1 3 Nilai intrinsik dari biodiversitas Keterangan; 0 = tidak ada permintaan; 1 = permintaan rendah; 2 = permintaan sedang; 3 = permintaan tinggi Permintaan yang tinggi terlihat pada morfologi ekosistem lamun, yaitu pantai dengan tempat menambat perahu dan dermaga. Hal ini digambarkan dengan jumlah dermaga yang ada di keempat desa penelitian. Di desa Pengudang hanya dijumpai satu dermaga untuk pendataran ikan, namun demikian ada dua muara sungai yang digunakan sebagai tempat pendaratan ikan. Pendaratan ikan tidak dijumpai di desa Berakit. Nelayan mendaratkan ikan di pelantar milik tauke, seperti yang ada di dusun Panglong. Dermaga tempat pendaratan ikan yang terbanyak dijumpai di desa Malang Rapat yaitu tiga buah, sedangkan di desa Teluk Bakau ada dua tempat pendaratan ikan Hubungan permintaan yang tinggi pada jasa budaya terlihat pada tipe habitat rubble dan karang dengan rekreasi dan nilai intrinsik. Keadaan ini dijelaskan dengan banyaknya wisatawan domestik yang melakukan pengambilan kerang- kerangan terutama setiap hari Sabtu dan Minggu. Mereka mengambil kerang di daerah rubble dan karang pada saat air surut. Dari sisi morfologi, pantai merupakan objek wisata yang menarik di sepanjang pesisir Bintan Timur. Diketahui bahwa aktivitas rekreasi di sepanjang pantai desa Teluk Bakau dan Malang Rapat sangat ramai, terutama pada hari libur. Matriks Ketersediaan budget Matriks ketersediaan merefleksikan hubungan antara persediaan supply dengan permintaan demand. Nilai ketersediaan budget diperoleh dari hasil pengurangan antara matriks persediaan supply dengan matriks permintaan demand. Nilai negatif diartikan sebagai kekurangan ketersediaan akibat permintaan demand lebih besar daripada persediaan supply. Dari Tabel 4.7. terlihat bahwa surplus jasa pengaturan dijumpai pada tipe habitat lamun dalam hubungannya dengan pelindung pantai, mempertahankan pH air laut, pemerangkap sedimen, penjaga kejernihan air dan penstabil substrat. Keadaan ini diartikan bahwa kondisi hamparan lamun harus dijaga untuk mempertahankan jasa pengaturan tersebut. Selain itu keberadaan reef crest juga perlu dijaga dalam fungsinya sebagai penahan gelombang. Diketahui bahwa pada musim Utara terjadi di lokasi penelitian terjadi gelombang dan angin yang kuat, sehingga fungsi reef crest dan hamparan lamun menjadi penting. Dalam hal jasa persediaan, surplus tinggi dijumpai pada tipe habitat lamun dalam hubungannya dengan sumber ikan hias dan bioprospecting, atap rumah dan sumber benih, sedangkan surplus sedang pada obat dan pupuk, tempat mencari kuda laut dan tempat mencari rengkam. Keadaan ini dapat digambarkan dengan pemanfaatan rengkam Sargassum sp. yang digunakan sebagai pupuk oleh masyarakat masih terbatas, sehingga persediaannya di ekosistem lamun masih melimpah. Penggunaan Sargassum sebagai campuran pupuk pada pertanian padi di Myanmar dilaporkan oleh Lei dan Khin 2008; pada pertumbuhan kacang tanah Arachis hypogaea di India Sridar dan Rengasamy 2008 serta pada pertumbuhan kacang hijau Vigna radiata di India Khumar et al. 2012. Potensi lain yang dapat diambil dari keberadaan rengkam Sargassum sp. adalah sebagai bioprospecting. Rajendran et al. 2013 telah meneliti senyawa bioaktif yang terdapat dalam thallus Sargassum longifolium yang berasal dari Teluk Mannar, India Selatan. Senyawa yang diperoleh adalah fuscosterol dan asam hexadec 4- enoic yang dapat digunakan sebagai antibakteri pada manusia juga pada kegiatan akuakultur. Selanjutnya Basha dan Muthukumar 2014 mendapatkan komponen biokatif yang bisa digunakan untuk mengobati hipertensi pada manusia. Tabel 4.7. Matriks budget jasa ekosistem lamun di lokasi penelitian Jasa Ekosistem Tipe Habitat Morfologi Lu m p u r P asir Ru b b le Ka ra n g Lam u n p an tai Ce k u n g a n Ka ra n g m ati Ka lo ra n Gu n d u k a n p asir Ree f cre st Jasa Pengaturan ∑ pelindung pantai 3 3 mempertahankan pH air laut 3 menjaga kejernihan air 2 penstabil substrat Melihat arah arus 2 peredam arus 2 Jasa Persediaan ∑ sumber ikan 1 1 -2 -3 sumber invertebrata 1 1 1 1 1 sumber ikan hias 2 3 obat 2 pupuk 2 bioprospecting 3 konstruksiatap rumah 3 sumber benih 2 3 Tempat meletakkan bubu ikan 1 -1 -1 -2 -2 -1 Tempat meletakkan bubu ketam -2 -1 -1 -1 -2 -2 -2 Tempat memasang jaring ikan 1 -2 -2 -3 -3 Tempat memasang jaring ketam -1 -1 -1 Tempat memasang kelong karang 1 -1 Tempang meletakkan empang 1 1 -1 Tempat memancing -1 -1 -1 Tempat mencari kerang-kerangan -2 -2 -2 -2 -2 Tempat mencari teripang Tempat mencari kuda laut 2 2 Tempat mencari rengkam 2 Jalur perahu Tempat menambat perahu Tempat dermaga Jasa budaya ∑ rekreasi dan nilai estetika 1 -2 -2 Nilai intrinsik dari biodiversitas 3 3 Keterangan: 0 = neraca seimbang; -3 sampai -1 = kekurangan ketersediaan defisitwarna biru; 1 sampai 3 = kelebihan ketersediaan surpluswarna merah. Defisit jasa persediaan terlihat pada tipe habitat sebagai tempat meletakkan bubu ketam, jaring ketam, mencari kerang-kerangan serta mencari teripang. Menurut informasi setempat, saat ini hasil yang diperoleh dari pencarian invertebrata seperti kerang-kerangan, teripang dan rajungan sangat berkurang akibat bertambahnya nelayan pemanfaat dan kegiatan rekreasi Tabel 4.8.. Tabel 4.8. Hasil tangkapan nelayan dahulu dan sekarang Spesies Tangkapan dulu Tangkapan sekarang Rajungan 100 bubu2 hari = 30 kg 200 bubu2 hari = 1.5 kg 15 kg 0.8 -1.5 kg Ikan Tetap, karena nelayan menggunakan alat tangkap yang berbeda setiap musim Kerang- kerangan Ukuran relatif besar Ukuran lebih kecil Teripang Dijumpai berbagai spesies Sulit dijumpai di lamun Sumber: Hasil wawancara denga tauke di Desa Pengudang 2014 tahun 80-an Dari jasa budaya, surplus tinggi dijumpai pada tipe habitat lamun dengan nilai intrinsik dari biodiversitas. Keadaan ini diartikan bahwa hamparan lamun memiliki nilai penting untuk keberadaan biota yang memiliki nilai intrinsik. Anonim 2009b menyatakan bahwa dugong Dugong dugong, kima Tricadna sp., lola Trochus sp., kuda laut Hippocampus sp. dan penyu hidup atau mencari makan di hamparan lamun. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri dan dapat dikembangkan sebagai kegiatan wisata. Defisit jasa budaya tampak pada tipe habitat sebagai rekreasi dan nilai estetika. Hal ini digambarkan dengan maraknya kegiatan mencari kerang- kerangan oleh wisatawan domestik di akhir pekan. Pengamatan penulis, tiap rombongankeluarga membawa pulang kerang-kerangan lebih kurang 5 kg 1 kantong plastik. Namun data wisatawan tidak dapat diperoleh, sehingga prakiraan eksploitasi kerang-kerangan oleh wisatawan sulit dihitung.

4.5. Simpulan dan Saran

Hasil analisis keterkaitan antara jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan bahwa tipe habitat berupa hamparan lamun memiliki nilai penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem lamun baik dalam aspek integritas ekologis, jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya. Sebaliknya, morfologi ekosistem lamun lebih berperan dalam penyediaan area untuk kegiatan kenelayanan, seperti meletakkan perangkap. Analisis matriks jasa ekosistem menunjukkan:  Surplus jasa pengaturan, dijumpai pada tipe habitat hamparan lamun dalam hubungannya dengan pelindung pantai, mempertahankan pH air laut, pemerangkap sedimen, penjaga kejernihan air dan penstabil substrat. Dari morfologi ekosistem lamun, keberadaan reef crest juga perlu dijaga dalam fungsinya sebagai penahan gelombang.  Surplus jasa persediaan dijumpai pada tipe habitat sebagai sumber ikan hias, obat, pupuk, bioprospecting, mencari kuda laut dan mencari rengkam. Defisit jasa persediaan terlihat pada tipe habitat sebagai tempat meletakkan bubu ikan, bubu ketam, jaring ikan, jaring ketam, mencari kerang-kerangan serta mencari teripang. Dari sisi morfologi ekosistem lamun defisit terlihat pada cekungan, kaloran dan reef crest dalam hubungannya sebagai sumber ikan, tempat meletakkan alat tangkap dan mencari biota.  Surplus jasa budaya dijumpai pada tipe habitat hamparan lamun sebagai nilai intrinsik dari biodiversitas. Defisit jasa budaya terlihat pada tipe habitat dengan rekreasi dan nilai estetika. Invertebrata ekonomis yaitu rajungan, teripang dan kerang-kerangan keberadaannya semakin menipis. Pencatatan jumlah alat tangkap serta pengkajian stok populasi biota tersebut menjadi prioritas agar dapat diketahui status tingkat eksploitasi dan keberadaan biota tersebut. Pencatatan jumlah wisatawan domestik yang datang disetiap penghujung pekan perlu dilakukan untuk melihat dampak aktifitas wisatawan terhadap keberadaan populasi kerang-kerangan serta pertumbuhan lamun. Pemanfaatan rengkam sebagai pupuk atau bioprospekting perlu dikaji lebih lanjut oleh pemerintah daerah Kabupaten Bintan. Namun demikian perlu diketahui potensi dan musim puncak tertumbuhan algae tersebut. Soegiarto et al. 1977 dalam Handayani dan Kadi 2007 algae Sargassum secara generatif tumbuh musiman dalam satu tahun annual dan mencapai puncak pertumbuhan dan reproduksi pada bulan Agustus dan September.

5. PEMANFAATAN EKOSISTEM LAMUN

5.1. Pendahuluan

Konektivitas SSE ekosistem lamun dapat dilihat dari pemanfaatannya. Ekosistem lamun memberikan berbagai produk dan jasa lingkungan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitarnya Cullen-Unsworth et al. 2013. Di Teluk Kuta, Pulau Lombok, masyarakat melakukan berbagai aktifitas di ekosistem lamun, diantaranya:1 Mengumpulkan benur dan nener; 2 Memancing ikan; 3 Membalikkan batu karang mati untuk menangkap biota yang bersembunyi; 4 mengumpulkan hanyutan rumput laut; 5 menyisir pantai mengumpulkan sumber protein hewani dan 5 menangkap ikan dengan akar tuba Susetiono 2007. Hasil penelitian Torre-Castro dan Ronnback 2004 tentang hubungan antara lamun dan manusia di Afrika timur memperlihatkan bahwa lamun memberikan jasa lingkungan sebagai daerah penangkapan ikan, tempat meletakkan perangkap ikan, sumber biota bagi masyarakat serta menyediakan lahan bagi usaha budidaya rumput laut. Hasil wawancara mereka, diketahui bahwa 70 nelayan di Chawaka Afrika Timur menangkap ikan di daerah lamun, 23 di daerah karang dan tidak ada yang menangkap ikan di daerah mangrove. Cullen-Unsworth 2014 merangkum informasi dari berbagai daerah WakatobiIndonesia, ZanzibarTanzania, InhacaMozambique, Laucala BayFiji Island, Turks and Caicos Islands Caribbean, Green IslandQueendsland Autralia and Porth Dinllaen North Wales tentang ketergantungan masyarakat dengan ekosistem lamun. Gambaran yang diperoleh menunjukkan bahwa ancaman yang terjadi di ekosistem lamun, tidak semata mengancam sumber daya yang ada di ekosistem tersebut, namun juga mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal disekitarnya baik secara langsung, maupun tidak langsung. Oleh karena itu dinamika pemanfaatan ekosistem lamun menjadi penting untuk diketahui. Publikasi tentang pemanfaatan ekosistem lamun oleh masyarakat masih terbatas pada identifikasi kegiatan pemanfaatan Torre-Castro dan Ronnback, 2004, Torre-Castro et al. 2014, Cullen-Unsworth 2014, pemanfaatan dalam konteks yang lebih rinci perlu dilakukan.

5.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian tiga dari disertasi yang bertujuan memetakan pola pemanfatan ekosistem lamun.

5.3. Metodologi Penelitian

5.3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian utara dan timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan. Lokasi penelitian meliputi empat desa, yaitu desa Malang Rapat, Teluk Bakau, termasuk kedalam kecamatan Gunung Kijang dan Desa Pengudang dan Berakit termasuk kedalam kecamatan Teluk Sebong. Pengambilan dilakukan pada bulan September 2014 – Mei 2015.