Energi Ekosistem Lamun Hasil dan Pembahasan

Energi Ekosistem Lamun Musim Utara 1.43E+13 J 100 Lamun 1.21E+13 J 78.24 Fitoplankton 1.16E+10 J 0.081 Zooplankton 6.11E+07 J ttd Herbivora 7.98E+11J 5.57 Omnivora 2.95E+11 J 2.06 Karnivora 8.78E+11 J 6.12 Siganidae Scaridae Mugilidae Monachantidae Serranidae Lutjanidae Holocentridae Centropomiidae Nemiphtheridae Labridae Haemulidae Potunidae Sephiidae Elopiidae Soleidae Kyposidae Pomacentridae Bivalvae Ikan lainnya 2.55E+11 J 1.78 Produsen 1.21E+13 J 84.4 Konsumen 2.23E+12 J 15.53 Gambar 3.5b. Energi ekosistem lamun pada musim Utara Keterangan: warna merah adalah nilai persentase energi biota terhadap total energi 46

3.4.5. Aliran energi di ekosistem lamun

Pemanfaatan energi dari kelompok tingkatan tropik yang satu ke kelompok tingkatan tropik lainnya bervariasi menurut musim Gambar 3.6.. Perpindahan energi dari produsen ke kelompok herbivora pada musim Timur adalah 10.62 dan pada musim utara 6.57. Akan tetapi perpindahan energi dari kelompok herbivora ke karnivora adalah 81.89 pada musim timur, sedangkan pada musim Utara sebesar 70.42. Interaksi biota di ekosistem lamun tersebut dapat terjadi antara biota dengan biota lainnya yang kemudian membentuk suatu rantai makanan. Di dalam rantai makanan akan terjadi transfer energi, yaitu perpindahan energi dari satu tingkatan tropik ke tingkatan tropik berikutnya. Menurut Nontji 1993 pada dasarnya tingkatan tropik merupakan urutan tingkat pemanfaatan energi yang digambarkan dalam rantai makanan, dengan kata lain tingkatan tropik adalah setiap tingkatan dari transfer energi atau setiap stadia dari rantai makanan. Di alam, tiap individu berkaitan satu dengan lainnya dalam jejaring makanan yang kompleks food web. Didalam jejaring makanan terdapat mekanisme saling mempengaruhi antara tingkatan trofik tertinggi terhadap tingkatan trofik di dan sebaliknya. Dalam konteks penelitian ini perpindahan energi sebesar 10 dari tingkatan tropik ke tingkatan tropik diatasnya tampaknya hanya terlihat pada hubungan lamun-herbivora, sedangkan pada kelompok tingkatan tropik lainnya persentase perpindahan energi sangat fluktuatif. Sesuai dengan pernyataan Rice 2008 yang mengatakan bahwa beberapa spesies ikan memangsa lebih dari satu tingkatan tropik. Perpindahan energi dari kelompok herbivora ke karnivora lebih tinggi pada musim Timur, keadaan ini dapat menggambarkan bahwa pada musim Timur hubungan predator-prey lebih tinggi dibandingkan pada musim Utara. Lamun Fitoplankton Zooplankton Herbivora Omnivora Karnivora 6.57 2.44 3.93 1.45 0.53 0.01 0.02 70.42 Lamun Fitoplankton Zooplankton Herbivora Omnivora Karnivora 10.62 4.1 3.02 0.53 0.01 0.02 81.89 1.17 Musim Timur Musim Utara Gambar 3.6. Persentase aliran energi dalam kelompok tingkatan tropik

3.5. Simpulan

1. Total energi yang tersedia dalam ekosistem lamun berbeda menurut musim, mengalami defisit sebesar 7.29 pada musim Utara. 2. Energi produsen yang diserap oleh konsumen sebesar 27.6 pada musim Timur dan 18.3 pada musim Utara. 3. Dalam kaitannya dengan jasa ekosistem lamun, peran supporting dan regulating services dalam kondisi baik terlihat dari persentase energi lamun sebesar 78.42 pada kedua musim, sedangkan provisioning services berkurang di musim Utara terlihat dari persentase energi konsumen.

4. KESEIMBANGAN JASA EKOSISTEM LAMUN

4.1. Pendahuluan

Ekosistem memberikan jasa ekosistem. Jasa ekosistem adalah jasa yang diambil dari ekosistem dan bermanfaat untuk manusia Costanza et al.1997; Fisher et al. 2009; Burkhard et al. 2012; Millenium Ecosystem Assessment 2005. Tanpa ada manusia sebagai penerima manfaat, fungsi dan proses ekosistem bukanlah jasa. Dengan kata lain, harus ada permintaan tertentu oleh orang-orang untuk menggunakan jasa ekosistem tertentu Burkhard et al. 2012. Jasa ekosistem dikelompokkan menjadi empat, yaitu jasa pendukung supporting services jasa pengaturan regulating services, jasa penyedia provisioning services dan jasa budaya cultural services MEA 2005 Dalam perkembangannya, TEEB 2010 menyebut jasa penyedia sebagai jasa habitat habitat services, sedangkan Burkhard et al. 2012 menyebutnya sebagai integritas ekologis ecological integrity Dalam konteks jasa ekosistem lamun dapat diartikan sebagai manfaat yang dapat diambil dari ekosistem tersebut oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini diungkapkan oleh Torre-Castro dan Ronnback 2004 di desa Chiwaka, pantai Timur Zanzibar. Masyarakat di desa tersebut memanfaatkan ekosistem lamun dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mencari ikan, invertebrata, tempat budidaya dan sebagainya. Dikatakan bahwa perekonomian masyarakat pedesaan di wilayah pesisir memiliki ketergantungan yang besar terhadap sumberdaya laut sebagai sumber makanan dan pendapatan. Hal yang sama diungkapkan oleh Cullen-Unsworth et al. 2014 tentang pemanfaatan lamun oleh masyarakat di Taman Nasional Wakatobi. Di lokasi ini ekosistem lamun digunakan oleh masyarakat sebagai sumber ikan dan invertebrata serta substrat untuk meletakkan alat tangkap. Masyarakat yang tinggal di pesisir timur Pulau Bintan telah memanfaatkan ekosistem lamun sejak tahun 70-an. Ekosistem ini merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat yang umumnya merupakan nelayan tradisional. Informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat mengatakan bahwa telah terjadi kelangkaan biota seperti teripang akibat pengambilan tidak terkendali. Demikian pula dengan rajungan dan kerang-kerangan. Keberadaan lamun di wilayah ini sudah diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bintan, akan tetapi masih dalam konteks menunjang keberadaan padang lamun. Sejauh ini informasi mengenai SSE dan jasa ekosistem lamun di Kabupaten Bintan telah dilakukan oleh Damayanti 2011 dan Adrianto dan Kusumastanto 2014. Damayanti 2011 mengkaji efektivitas kawasan konservasi padang lamun di Desa Malang Rapat dan Teluk Bakau. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap efektifitas pengelolaan kawasan konservasi padang lamun di kedua desa tersebut adalah indikator ekologi. Sementara itu Adrianto dan Kusumastanto 2014 telah memetakan jasa ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau, Malang Rapat dan Berakit. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terjadi surplus jasa penyedia di Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat, surplus jasa budaya di Desa Teluk Bakau dan Berakit, sedangkan defisit jasa pengaturan terjadi di ketiga desa.