Alat tangkap menurut jenisnya
Jumlah alat menurut tahun 2004
2005 2006
2007 2008
Pancing ulur Sero
Bubu 859
2 27
939 4
27 1.029
4 30
1.155 4
27 1.250
4 26
Sejak tahun 2004, telah terjadi perkembangan alat tangkap yang hampir merata, hal ini menunjukan telah terjadi sebuah kemajuan dalam dunia perikana
di Kabupaten Halmahera Utara Tabel 3 Dari Tabel 4 terlihat bahwa secara umum masyarakat nelayan di di Desa
Tioua masih tergolong tradisional. Dengan demikian, kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi atau tingkat penghasilan nelayan Desa
Tioua.
Tabel 4 Jenis dan jumlah alat tangkap di Desa Tioua tahun 2008 No.
Jenis Alat Tangkap Jumlah buah
1 Purse seine
8 2
Pancing 100
3 Gill net
12 Jumlah
120 Sumber: Monografi Desa Tioua 2008.
Penangkapan dengan menggunakan alat destruktif di perairan Halmahera Utara masih dilakukan oleh beberapa nelayan. Kerusakan ekosistem akibat
kegiatan ini akan menjadi ancaman bagi nelayan Halmahera Utara ke depannya. Ancaman ini perlu diatasi oleh Pemerintah Daerah dengan membuat suatu
regulasi untuk menindak para pelaku kegiatan penangkapan yang merusak ekosistem. Mayoritas nelayan di Halmahera Utara masih berpegang pada aturan
adat, sehingga kombinasi antara regulasi dan aturan adat untuk mencegah kegiatan penangkapan destruktif perlu dilakukan.
4.3 Kategori Nelayan
Nelayan di Desa Tioua dapat terbagi menjadi dua kategori yaitu: 1 nelayan berkelompok atau nelayan pajeko, 2 nelayan perorangan atau nelayan
katinting. Disebut nelayan katinting karena mesin yang digunakan adalah mesin katinting, sedangkan sebutan untuk kelompok nelayan pajeko diberikan oleh
kelompok nelayan setempat. Kelompok nelayan pajeko ini terdiri dari tiga
golongan, yaitu golongan pajeko pemilik kapal, golongan tonaas
penanggungjawab kapal, dan masanae buruh nelayan, masanae juga terbagi menjadi dua yaitu masanae tetap dan masanae tidak tetap.
Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok tersebut akan dianalisis berdasarkan tingkat pendapatan masing-masing kelompok, seperti pendapatan
kelompok pemilik kapal, tonaas, masanae nelayan perorangan katinting
4.4 Nelayan Berkelompok Pajeko
Pajeko merupakan sebutan bagi armada yang dipakai oleh kelompok nelayan untuk melakukan penangkapan ikan . Ketua kelompok atau pimpinan
nelayan atau penanggungjawab biasanya disebut sebagai tonaas. Tonaas adalah orang yang bertanggungjawab dalam setiap kelompok nelayan, atau umumnya
disebut kapten kapal, namun tonaas tidak otomatis sebagai pemilik kapal. Nelayan pajeko yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki kapal.
Orang yang diberikan kepercayaan oleh pemilik kapal untuk mengoperasikan kapal disebut tonaas. Tonaas dibantu oleh masanae yang jumlahnya berkisar
antara 15 sampai 30 orang setiap kali melaut. Masanae merupakan sebutan bagi orang yang ikut membantu dalam penangkapan ikan, secara umum mereka
dikenal sebagai buruh nelayan. Mereka tidak memiliki perahu dan alat tangkap sendiri, tetapi mereka hanya mengandalkan pendapatannya dari pekerjaannya
sebagai masanae. Dari sejumlah masanae tersebut, hampir 50 diantaranya adalah masanae
tetap, dan sisanya masanae tidak tetap. Masanae tetap mendapatkan upah berdasarkan jumlah hasil tangkapan. Hasil tangkapan banyak, maka upah yang
diperoleh juga tinggi, dan sebaliknya. Upah dibagi setelah dikurangi seluruh total biaya yang dikeluarkan, kemudian dibagi dua. Sebanyak 10 dari pendapatan
tersebut diperuntukkan bagi tonaas, dan sisanya 40 dibagi rata kepada seluruh anggota masanae tetap. Upah untuk masanae tidak tetap diberikan setiap kali
mereka ikut melaut. Kelompok nelayan pajeko ini merupakan kelompok nelayan yang
menyerap tenaga kerja masanae cukup banyak. Baik tenaga kerja yang bersifat tetap ataupun tenaga kerja yang bersifat tidak tetap. Tenaga kerja yang terserap
tidak membutuhkan keterampilan khusus, tetapi hanya kemampuan fisik yang
lebih diutamakan. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja lulusan SD dan SLTP mendominasi buruh nelayan masanae, namun ada juga tamatan SLTA dan
perguruan tinggi yang menjadi nelayan, tapi jumlahnya lebih sedikit Gambar 3.
Gambar 3 Tingkat pendidikan nelayan Desa Tioua. Masanae tetap merupakan pekerja yang berstatus sebagai pekerja tetap,
upah diberikan setiap bulan oleh pemilik pajeko. sedangkan masanae tidak tetap adalah pekerja yang tidak terikat dengan pajeko, upah diberikan setiap kali ikut
melaut. Jumlah upah yang diterima sesuai dengan pemberian dari tonaas. Jadi mereka diupah ketika mereka bekerja saja, sedangkan Masanae tetap, meskipun
dalam satu bulan pernah tidak ikut melaut, upah yang diterima sama dengan upah yang diterima Masanae tetap yang bekerja penuh Gambar 4.
Gambar 4 Model pembagian hasil tangkapan dan sistem pengupahan.
2 4
6 8
10 12
14
SD SLTP
SLTA Sarjana
Pe rse
n tase
R e
spo n
d e
n o
ran g
Buruh Nelayan masnait tetap dan tidak tetap = 40 dibagi rata semua
masnait
Tonas Pimpinan Kapal = 10
Pemilik Kapal = 50 Pekerja Kapal = 50
Tonas Pimpinan Kapal = 10
Pekerja Kapal = 50 Pendapatan Bersih
100
Tonas Pimpinan Kapal = 10
Pekerja Kapal = 50