Pengertian Kemiskinan Strategi to Overcome Poverty of Fisherman Community in Tioua Village South Tobelo District North Halmahera Regency

kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja DKP-RI 2 Bank Dunia menetapkan bahwa garis batas kemiskinan adalah US 50 perkapita pertahun untuk pedesaan dan US 75 perkapita per tahun untuk perkotaan. 3 Prof. Seyogya mengembangkan standar kebutuhan pokok berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi. Golongan paling miskin pendapatannya 240 kg atau kurang beras perkapita pertahun. Golongan miskin sekali pendapatannya 240 hingga 360 kg beras perkapita per tahun. Golongan miskin pendapatannya lebih dari 360 kg tetapi kurang dari 480 kg beras perkapita pertahun. Menurut BPS 1996 diacu dalam Kusnadar 2008, pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ekonomi masyarakat yang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang tinggi, dan sebaliknya ekonomi masyarakat yang kurang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang rendah. Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator kemiskinan yang dipergunakan Badan Pusat Statistik diacu dalam Susenas 1991, indikator tersebut adalah: 1Pendapatan per kapita per tahun 2 Konsumsi rumah tangga per tahun 3 Keadaan tempat tinggal 4 Fasilitas tempat tinggal 5 Kesehatan anggota rumah tangga 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis 7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 9 Kehidupan beragama 10 Perasaan aman dari tindakan kejahatan 11 Perasaan aman dari tindakan kejahatan

2.4 Kegagalan Mengatasi Kemiskinan

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program - program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung fokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial JPS untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskian yang ada karena sifat bantuan tidak untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergangungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program- program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia SDM, dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar SD dan sekolah menengah pertama SMP, serta dibebaskannya biaya-biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat Puskesmas. Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal. Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk program- program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil survey sosial dan ekonomi nasional Susenas oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran keluarga sejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN.

2.5 Pembangunan

Pembangunan dapat dimaknai sebagai : 1 proses perobahan sosial menuju ketataran kehidupan masyarakat yang lebih baik, 2 proses sosial yang