terjalin anatar pihak pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat.
Tantangan
1. Konflik kepemilikan lahan, kepentingan bisnis dalam pengembangan ekowisata bahari.
Tantangan yang dapat ditemukan adalah potensi konflik antara sesama masyarakat maupun dengan pemerintah. Pengkaplingan wilayah laut atau
penutupan akses terhadap sumberdaya oleh pihak swasta atau pemerintah tanpa mendapatkan persetujuan masyarakat dapat menimbulkan konflik.
Persaingan usaha juga dapat menjadi salah satu ancaman jika pemerintah tidak cerdas dalam merencanakan program pengembangan wisata bahari dan
tidak tegas dalam menerapkan aturan. 2. Degradasi ekosistem terumbu karang
Terumbu karang merupakan modal utama dalam pengembangan wisata bahari snorkeling dan selam. Kondisi sumberdaya terumbu karang dapat
mengalami degradasi sehingga kualitas sumberdaya akan menurun dan akan mematikan prospek wisata bahari di Pulau Pasi. Pemerintah dan seluruh
stakeholders harus bekerja bersama untuk menjaga kondisi terumbu karang dan lingkungan di sekitarnya senantiasa dalam kondisi yang baik.
3. Pencemaran lingkungan perairan Peningkatan populasi penduduk, aktivitas industri dan perencanaan tata kota
yang buruk dapat menjadi penyebab pencemaran lingkungan perairan. Pencemaran lingkungan dapat mengganggu ekosistem terumbu karang yang
merupakan obyek utama dalam pengelolaan wisata bahari selam dan snorkeling.
4. Eksistensi konsep wisata sejenis pada daerah yang tidak berjauhan. Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan alam yang indah
termasuk alam bawah laut. Keindahan bawah laut tidak hanya dapat dinikmati di Pulau Pasi, namun pada banyak tempat di sekitarnya yang menawarkan
konsep wisata sejenis. Pemerintah dan pengelola akan mendapatkan pesaing dalam mendatangkan wisatawan.
4.4.1.3 Penilaian Internal dan Eksternal Factor Evaluation IFE dan EFE
Penentuan nilai IFE dan EFE berdasarkan perkalian bobot dengan skor. Bobot dan sokor merupakan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap faktor
yang telah ditentukan. Bobot berkisar antara 1,00 sangat penting sampai 0,00 tidak penting berdasarkan pengaruhnya terhadap pengembangan ekowisata
bahari di Pulau Pasi. Skor untuk masing-masing faktor berkisar pada skala 4 sangat baik sampai 1 buruk berdasarkan pengaruhnya terhadap
pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi. Adapun matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20.
Tabel 19 Matriks Internal Factors Evaluations IFE pengembangan kawasan wisata bahari di Pulau Pasi
No Faktor Strategis Internal
Bobot Skor
Nilai
1 Potensi sumberdaya terumbu karang yang masih bagus
0,16 4
0,64 2
Merupakan Kawasan Konservasi Laut daerah KKLD 0,13
3 0,39
3 Mendapat dukungan Pemerintah Daerah dan
masyarakat 0,14
3 0,42
4 Persepsi masyarakat tentang ekowisata yang baik
0,10 2
0,20 5
Kualitas SDM aparatur dan masyarakat tentang pengelolaan wisata bahari yang masih terbatas
0,14 4
0,56 6
Kurangnya informasi dan promosi wisata 0,12
3 0,36
7 Infrastruktur ekowisata bahari yang terbatas
0,11 3
0,33 8
Industri pendukung pariwisata belum berkembang 0,10
2 0,20
TOTAL 1,00
3,10
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, diperoleh gambaran bahwa potensi sumberdaya teumbu karang yang masih bagus memiliki nilai tertinggi
yaitu 0,64 dan merupakan kekuatan penting dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi. Skor terendah untuk kekuatan strategis adalah 0,20 bagi
persepsi masyarakat. Skor yang rendah dipengaruhi oleh tingkat persepsi itu sendiri yang cukup baik di masyarakat namun dalam pengembangan ekowisata
bahari, prsepsi masyarakat dapat terbentuk seiring dengan dampak yang diperoleh masyarat secara langsung maupun tidak langsung. Kelemahan yang
utama dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi adalah kualitas SDM aparatur dan masyarakat tentang pengelolaan wisata bahari yang masih
terbatas 0,56. Perencanaan yang baik dan pelaksanaan kegiatan yang terstruktur dapat meningkatkan pencapaian hasil kegiatan, namun hal ini belum
dapat terlihat dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi. Demikian juga dengan masyarakat yang belum memiliki keahlian khusus untuk menerima
dan memanfaatkan peluang kehadiran wisatawan ke daerah mereka.
Total nilai yang diperoleh pada matriks IFE adalah 3,10. Nilai ini menunjukkan kekuatan internal yang mampu menanggulangi serta mengatasi
kelemahan yang dimiliki dalam rencana pengembangan Pulau Pasi sebagai kawasan wisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997 bahwa
jika total nilai pembobotan IFE berada dibawah 2,5 maka kondisi internal lemah dan jika berada di atas 2,5 maka kondisi internal yang kuat.
Tabel 20 Matriks External Factors Evaluations EFE pengembangan kawasan wisata bahari di Pulau Pasi
No Faktor Strategis Eksternal
Bobot Skor
Nilai
1 Wisata bahari merupakan salah satu program prioritas
pemerintah dalam rencana pembangunan daerah 2010 0,14
4 0,56
2 Menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan PAD bagi pemerintah 0,13
4 0,52
3 Pengelolaan kawasan ekowisata berbasis masyarakat
0,10 2
0,20 4
Membangun kerjasama antara stakeholder dalam pengembangan KKLD dan berbagai kegiatan di dalam kawasan
konservasi 0,12
2 0,24
5 Konflik kepemilikan lahan, kepentingan bisnis dan
pengembangan ekowisata bahari 0,10
3 0,30
6 Degradasi ekosistem terumbu karang
0,16 3
0,48 7
Pencemaran lingkungan perairan 0,13
3 0,39
8 Eksistensi konsep wisata sejenis pada daerah yang tidak
berjauhan 0,12
2 0,24
TOTAL 1,00
2,93
Berdasarkan matriks EFE pada Tabel 20, nilai tertinggi dari faktor strategis peluang adalah wisata bahari merupakan salah satu program prioritas
pemerintah dalam rencana pembangunan daerah dengan jumlah nilai 0,56. Dukungan pemerintah merupakan peluang yang dapat ditangkap oleh
masyarakat dalam ikut serta mengembangkan wisata bahari. Nilai terendah pada peluang adalah 0,20 pada pengelolaan kawasan berbasis masyarakat.
Tantangan terbesar adalah degradasi terumbu karang dengan skor 0,48. Wisata bahari kategori selam dan snorkeling merupakan kegiatan yang menjual
keindahan ekosistem terumbu karang. Jika terjadi degradasi terumbu karang maka semua perencanaan dan pengembangan wisata bahari akan sia-sia.
Total skor dalam matriks EFE adalah 2,93 yang berarti kondisi eksternal juga cukup kuat. Hal ini berarti bahwa pengembangan ekowisata bahari di Pulau
Pasi mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk menghadapi serta mengantisipasi ancaman yang datang dalam pengembangan ekowisata bahari.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997 bahwa jika total nilai pembobotan EFE berada 2,5 maka hal tersebut menyatakan bahwa kondisi