Kedalaman dan Kecerahan Suhu dan Salinitas

50 100 150 200 250 10. 00 13. 00 16. 00 19. 00 22. 00 01. 00 04. 00 07. 00 10. 00 13. 00 16. 00 19. 00 22. 00 01. 00 04. 00 07. 00 10. 00 T ing g i P a sa ng S ur ut cm Waktu Pengamatan jam penguapan, curah hujan dan aliran sungai Nontji, 1993. Pengukuran salinitas pada lokasi penelitian berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan terumbu karang yaitu 28 – 32 ppt. Salinitas yang rendah terdapat di stasiun 10 sisi utara bagian timur pulau dengan 28 ppt yang kemungkinan disebabkan oleh dekatnya muara sungai yang terdapat di mainland.

4.2.1.4 Pasang Surut

Pasang surut merupakan gejala naik dan turunnya muka air laut secara periodik akibat pengaruh gravitasi bulan dan matahari. Kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi mengakibatkan pengangkatan badan air pada satu bagian bumi yang berada pada sumbu bumi-bulan dan penurunan badan air pada bagian bumi yang berada tegak lurus terhadap sumbu bumi-bulan. Pasang dan surut pada suatu pantai umumnya dapat terjadi masing-masing sekali dalam sehari diurnal tide atau 2 kali sehari semi-diurnal tide. Pada lokasi pantai tertentu dapat pula terjadi bahwa sifat pasut terletak di antara keduanya, yang disebut sebagai pasut campuran mixed tide. Hasil pengamatan pasang surut selama 48 jam yang dilakukan di dermaga Bontolebang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Pasang surut yang teramati di Pulau Pasi dalam 48 jam pengamatan. Berdasarkan pengamatan, tipe pasang surut Pulau Pasi merupakan pasang surut bertipe campuran condong ke harian ganda mixed tide prevailing semidiurnal. Pasang surut dengan tipe seperti ini, dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi dan periodenya berbeda.

4.2.2 Kondisi Ekologis

Kondisi ekologis sumberdaya perairan Pulau Pasi berdasarkan pengamatan pada 10 stasiun penelitian adalah sebagai berikut :

4.2.2.1 Terumbu Karang

Hasil pengamatan dengan menggunakan Line Intercept Trancsect LIT, pada 10 stasiun penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam beberapa penelitian, tutupan karang hidup hanya dilihat dari karang keras sebagai indikator utama kesehatan karang. Namun dalam pengembangan ekowisata bahari, sumberdaya karang tidak hanya dinilai dari karang keras tapi juga penutupan karang lunak. Hal ini disebabkan oleh tujuan pengunjung yang ingin melihat dan menikmati keindahan secara utuh sehingga informasi tentang karang tidak hanya terbatas pada karang keras saja. Karang lunak, Meliopora dan Heliopora dapat meningkatkan nilai estetika suatu kawasan dalam konteks pengembangan ekowisata bahari. Keseluruhan karang hidup dikelompokkan dalam penutupan komunitas karang hidup yang persentase penutupannya pada masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Persentase tutupan karang dan jumlah lifeform Stasiun Lokasi Coral Community Cover Hard Coral Cover Jumlah Lifeform 1 Selatan P. Pasi 62,67 59,60 11 2 Selatan P. Pasi 50,23 43,73 12 3 Selatan P. Pasi 60,50 46,00 8 4 Barat P. Pasi 74,83 60,33 11 5 Barat P. Pasi 56,00 51,00 9 6 Barat P. Pasi 46,67 46,67 11 7 Barat P. Pasi 69,67 69,67 14 8 Barat P. Pasi 60,67 58,33 12 9 Utara P. Pasi 72,83 62,67 11 10 Utara P. Pasi 69,33 64,00 14 Penutupan komunitas karang hidup tertinggi pada stasiun 4 di sisi barat Pulau Pasi dengan persentase penutupan sebesar 74,83. Penutupan komunitas karang hidup di stasiun 4 susun oleh karang keras dari bentuk penutupan acropora dan non-acropora sebesar 60,33, karang lunak 13,33 dan sponges 1,17. Penutupan komunitas karang hidup terendah berada di stasiun 6 pada sisi barat pulau dimana pada stasiun ini hanya ditemukan penutupan karang keras sebesar 46,67.