Dampak Terhadap Lingkungan Potensi Resiko Ekowisata di Kawasan Konservasi

Tabel 2 Berbagai contoh dampak negatif wisatawan terhadap lingkungan Elemen Contoh akibat yang dapat ditimbukan wisatawan Ekosistem - Konstruksi akomodasi, pusat pengunjung, infrastruktur dan berbagai jasa lainnya memiliki dampak langsung terhadap lingkungan seperti pembabatan lahan, penghilangan vegetasi, pembasmian binatang pengganggu dari habitatnya. - Kemungkinan merubah habitat alamiah secara signifikan jalur migrasi, area berburu, area mencari makan dll oleh berbagai jenis pengembangan kepariwisataan dan penggunaan lainnya Tanah - Pemadatan tanah dapat terjadi pada daerah-daerah tertentu - Pemindahan tanah yang dapat berakibat erosi ataupun longsor. Vegetasi - Konsentrasi kegiatan disekitar fasilitas wisata dapat memberikan dampak negatif bagi vegetasi disekitarnya - Pembukaan lahan untuk jalan dan gangguan terhadap binatang - Frekuensi kebakaran lahan dapat berubah karena wisatawan dan pengelolaan taman nasional Air - Peningkatan permintaan air tawar - Pembuangan limbah atau sampah ke sungai, danau atau lautan - Pembuangan oli dan bahan bakar dari kapal dan perahu kecil - Perputaran baling-baling kapal dapat mempengaruhi tumbuh-tumbuhan perairan dan spesies yang hidup di perairan Udara Transportasi dapat mengakibatkan pencemaran udara dari emisi gas buangnya pesawat, kereta dan kendaraan bermotor lainnya Alam liar - Perburuan dan penangkapan ikan dapat mengubah dinamika populasi - Pemburu dan nelayan meminta memasukkan spesies asing agar terjadi peningkatan populasi binatang buruan. - Gangguan yang datang dari pengunjung dapat terjadi bagi seluruh spesies termasuk bagi binatang yang tidak menarik bagi pengunjung - Gangguan dapat terjadi berbagai macam seperti : gangguan suara, gangguan penglihatan atau gangguan tingkah laku - Kontak yang terjadi antara pengunjung dengan binatang diluar waktu yang tepat sebelum laju denyut jantung kembali normal, sebelum burung dapat terbang atau pada saat binatang mamalia lagi makanmenyusui - Mamalia laut dapat terluka atau terbunuh oleh dampak perahu motor atau terpotong baling-baling - Dapat terjadi perubahan perilaku binatang, dimana mereka dapat mendekati manusia untuk mencari makan Sumber : Eagles et al. 2002 Pada Table 2, digambarkan dampak-dampak yang dapat terjadi pada lingkungan di sekitar pengelolaan wisata. Namun, hal ini dapat diminimalkan dampaknya jika perencana dan pengelola dapat memperkirakan secara akurat dampak yang mungkin timbul atau kemampuan daya dukung suatu kawasan terhadap kunjungan wisatawan.

2.5 Kawasan Konservasi

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang diakui dalam konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS pada tahun 1982 dengan panjang pantai 95.186 km dan memiliki pulau sekitar 17.480 pulau. Dengan 23 wilayah yang terdiri dari perairan dan posisi pulau pada daerah tropis, menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati biodiversity yang sangat tinggi. Pada wilayah pesisir, terdapat sumberdaya ikan yang melimpah, bentang alam berupa hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Namun seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan dan tekhnologi, telah menyebabkan tekanan yang kuat pada sumberdaya yang ada. Sehingga sangat mudah untuk menjumpai ekosistem yang telah rusak atau terancam rusak. Berdasarkan hal tersebut maka salah satu jalan terbaik yang harus dilakukan untuk menyelamatkan sumberdaya dari kepunahan dan kehancuran adalah melakukan upaya rehabilitasi dan konservasi sumberdaya. Saat ini, Indonesia telah memiliki sekitar 8,7 juta ha kawasan konservasi sumberdaya perairan baik yang diinisiasi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah pusat melalui Dirjen Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam PHKA telah menetapkan 5,5 juta ha, pemerintah daerah di seluruh Indonesia juga telah menetapkan sekitar 3,2 juta ha kawasan konservasi perairan. Selain itu tengah dilakukan proses konservasi kawasan perairan KKP seluas 5.705.839,00 ha untuk KKP nasional di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, dan Laut Sulu, Nusa Tenggara Timur. Inisiasi KKP tersebut serempak melalui program COREMAP II Coral Reef Rehabilitation and Management Program, Marine and Coastal Resources Management Program MCRMP dan Coastal Community Development and Resources Management Project COFISH, DKP juga memfasilitasi pembentukan daerah perlindungan laut DPL dan daerah perlindungan mangrove DPM seluas 2.085,90 ha serta suaka perikanan seluas 453,23 ha Mulyana dan Dermawan, 2008. Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah dilandasi oleh semangat