Penilaian Internal dan Eksternal Factor Evaluation IFE dan EFE

Total nilai yang diperoleh pada matriks IFE adalah 3,10. Nilai ini menunjukkan kekuatan internal yang mampu menanggulangi serta mengatasi kelemahan yang dimiliki dalam rencana pengembangan Pulau Pasi sebagai kawasan wisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997 bahwa jika total nilai pembobotan IFE berada dibawah 2,5 maka kondisi internal lemah dan jika berada di atas 2,5 maka kondisi internal yang kuat. Tabel 20 Matriks External Factors Evaluations EFE pengembangan kawasan wisata bahari di Pulau Pasi No Faktor Strategis Eksternal Bobot Skor Nilai 1 Wisata bahari merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam rencana pembangunan daerah 2010 0,14 4 0,56 2 Menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan PAD bagi pemerintah 0,13 4 0,52 3 Pengelolaan kawasan ekowisata berbasis masyarakat 0,10 2 0,20 4 Membangun kerjasama antara stakeholder dalam pengembangan KKLD dan berbagai kegiatan di dalam kawasan konservasi 0,12 2 0,24 5 Konflik kepemilikan lahan, kepentingan bisnis dan pengembangan ekowisata bahari 0,10 3 0,30 6 Degradasi ekosistem terumbu karang 0,16 3 0,48 7 Pencemaran lingkungan perairan 0,13 3 0,39 8 Eksistensi konsep wisata sejenis pada daerah yang tidak berjauhan 0,12 2 0,24 TOTAL 1,00 2,93 Berdasarkan matriks EFE pada Tabel 20, nilai tertinggi dari faktor strategis peluang adalah wisata bahari merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam rencana pembangunan daerah dengan jumlah nilai 0,56. Dukungan pemerintah merupakan peluang yang dapat ditangkap oleh masyarakat dalam ikut serta mengembangkan wisata bahari. Nilai terendah pada peluang adalah 0,20 pada pengelolaan kawasan berbasis masyarakat. Tantangan terbesar adalah degradasi terumbu karang dengan skor 0,48. Wisata bahari kategori selam dan snorkeling merupakan kegiatan yang menjual keindahan ekosistem terumbu karang. Jika terjadi degradasi terumbu karang maka semua perencanaan dan pengembangan wisata bahari akan sia-sia. Total skor dalam matriks EFE adalah 2,93 yang berarti kondisi eksternal juga cukup kuat. Hal ini berarti bahwa pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk menghadapi serta mengantisipasi ancaman yang datang dalam pengembangan ekowisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997 bahwa jika total nilai pembobotan EFE berada 2,5 maka hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika berada di atas 2,5 maka menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Berdasarkan Tabel 19 dan 20, dapat diketahui bahwa faktor – faktor internal memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding faktor – faktor eksternal dengan rasio 3,10 : 2,93.

4.4.1.4 Perangkingan Strategi Prioritas

Analisis selanjutnya adalah memadukan faktor-faktor internal dan eksternal dalam matriks SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi-strategi dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi. Dalam matriks formula strategi, terdapat 4 strategi, yaitu gabungan kekuatan - peluang Strategi S – O, kelemahan - peluang W – O, kekuatan - tantangan S – T dan kelemahan - tantangan W – T yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan maka dilakukan perangkingan berdasarkan penjumlahan skor masing - masing unsur SWOT yang terdapat dalam matriks formula strategi pengembangan pada matriks IFE dan EFE. Perangkingan strategi dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan perangkingan strategi pada Lampiran 8, maka urutan strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi dapat disusun sebagai berikut : 1. Pembentukan struktur pengelola kawasan KKLD dan ekowisata bahari 2. Penyusunan zonasi rinci dan regulasi pengelolaan ekowisata bahari 3. Pelatihan manajemen kepariwisataan, monitoring dan evaluasi program bagi pengelola 4. Penyusunan buku panduan pengelolaan ekowisata bahari berbasis masyarakat 5. Pembangunan infrastruktur pendukung wisata di Pulau Pasi 6. Mengembangkan industri pariwisata skala rumah tangga seperti cinderamata khas Selayar, homestay, tourist guide, dll 7. Peningkatan pengawasan terhadap sumberdaya terumbu karang. 8. Kontrol yang ketat terhadap bahan pencemar yang dapat mengganggu kondisi kesehatan karang, terutama pencemar antropogenik 9. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wisata bahari agar tidak terjadi konflik dalam pemanfaatan lahan 10. Sosialisasi dan pengenalan konsep ekowisata bahari di masyarakat 11. Pengelolaan Kawasan secara terpadu berdasarkan sistem zonasi 12. Pembangunan infrastruktur wisata sebagai ciri khas daerah dan mendukung pengawasan sumberdaya. 13. Membuka pusat informasi pariwisata on-line di kota Benteng agar wisatawan memperoleh informasi yang cukup 14. Menonjolkan kondisi sumberdaya yang masih bagus sebagai modal dasar dalam persaingan dengan wilayah lain yang menawarkan wisata sejenis 15. Promosi dan paket kemasan wisata yang inovatif untuk mendapat pelanggan 16. Pengembangan industri pendukung wisata yang kreatif untuk sebagai daya tarik tambahan bagi wisatawan Dari 16 strategi pengembangan, rangking 1 sampai 5 merupakan prioritas utama dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi. Strategi prioritas pengembangan yang dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun pengelola wisata bahari di Pulau Pasi sebagai berikut : Strategi Pengelolaan I : Pembentukan struktur pengelola kawasan KKLD dan ekowisata bahari. Dalam pelaksanaan program pengembangan ekowisata bahari struktur pengelola yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program perlu dibentuk. Struktur pengelola dapat berasal dari berbagai kalangan stakeholder namun diharap lebih diprioritaskan bagi masyarakat penghuni Pulau Pasi. Strategi Pengelolaan II : Penyusunan zonasi rinci dan regulasi pengelolaan ekowisata bahari. Penyusunan zonasi di kawasan konservasi akan memudahkan pemerintah maupun masyarakat dalam mengontrol dan mengelola sumberdaya berdasarkan peruntukannya. Zonasi mencegah tekanan yang berlebihan terhadap sumberdaya karena pemanfaatan yang melampaui kapasiatasnya. Pembatasan peruntukan pada masing-masing zona sesuai dengan daya dukung lingkungan terhadap aktivitas manusia pada zona tersebut. Penyusunan zona dan regulasi yang mengatur tentang perencanaan dan pengelolaan kawasan Pulau Pasi akan menghindarkan kerusakan lingkungan dan meminimalisir konflik yang dapat terjadi karena pencaplokan dan penguasaan lahan. Strategi Pengelolaan III : Pelatihan manajemen kepariwisataan, perencanaan, monitoring dan evaluasi program bagi pengelola. Untuk meningkatkan kapasitas dan kemampaun pengelola kawasa konservasi dan ekowisata, maka hal ini penting dilakukan mengingat pengelola dapat berasal