Latar Belakang Potential assessment of marine ecotourism in Pasi Island, Kepulauan Selayar District, South Sulawesi

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Selayar dengan ibu kota Benteng, merupakan kabupaten yang dikelilingi oleh lautan. Terletak pada posisi geografis 120°54’ – 121°21 ’ bujur timur dan 6°23’ – 7°05’ lintang selatan. Luas wilayah daratan 903,35 Km 2 dan luas lautan 23.571,65 Km 2 Sebagai kabupaten kepulauan, Selayar memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar. Salah satu potensi yang dimiliki adalah sumberdaya terumbu karang yang tersebar di sepanjang pesisir pulau-pulau. Hasil study baseline ekologi terumbu karang Kabupaten Selayar oleh CRITC 2006b mencatat bahwa terdapat sekitar 126 jenis karang batu yang termasuk dalam 14 suku dan terdapat sekitar 266 jenis ikan karang yang termasuk dalam 37 suku. Rerata tingkat tutupan karang hidup sebesar 27,44 atau berkisar antara 25 - 49 atau dapat dikatakan “cukup” dan ikan yang dijumpai di lokasi penelitian sangat didominasi oleh kelompok ikan major. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi tekanan yang serius terhadap sumberdaya terumbu karang yang diakibatkan oleh pemanfaatan sumberdaya yang tidak bertanggungjawab. atau sekitar 96 wilayah kabupaten Selayar terdiri dari lautan dengan total jumlah pulau sebanyak 123 pulau besar dan kecil. Pada tanggal 29 November 2008 atau bertepatan dengan perayaan ulang tahun Kabupaten Selayar yang ke 403, kabupaten ini resmi mengganti nama menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar yang dilandasi semangat dan jiwa bahari. Untuk mencegah laju kerusakan terumbu karang dan ekosistem pesisir lainnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, maka perlu ada langkah konkrit yang memberikan dampak posistif bagi lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Pembentukan kawasan konservasi di bawah pengelolaan pemerintah daerah yang melibatkan masyarakat merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh. Merujuk pada Peraturan Pemerintah PP Nomor. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, maka pengertian Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan konservasi perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Kawasan Konservasi Perairan KKP, namun karena dalam skala kecil dan berada dalam wilayah pengelolaan 4 mil sesuai UU no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten untuk mengelolanya. Dalam pengelolaan KKLD, pemerintah daerah mengeluarkan peraturan setingkat PERDA agar memiliki kekuatan hukum dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan. Pengelolaan KKLD sebagai bagian upaya penyelamatan lingkungan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang bermukim atau mencari nafkah di kawasan tersebut. Kontrol terhadap lingkungan akan semakin baik jika masyarakat dapat mengambil manfaat dari keberadaan KKLD. Pengelolaan KKLD berdasarkan sistem zonasi akan memberikan ruang bagi masyarakat pemanfaat untuk tetap dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada berdasarkan peruntukannya. Selain zona inti sebagai zona tabungan ikan, juga terdapat beberapa zona yang dapat dimanfaatkan diantaranya zona pemanfaatan kawasan ekowisata bahari. Zona pemanfaatan untuk wisata bahari diharap dapat memberikan manfaat lain dari KKLD bagi masyarakat. Kunjungan wisatawan dapat membuka peluang kerja dan peningkatan ekonomi kepada masyarakat lokal. Survey yang dilakukan oleh Broad dan Sanhirico 2008 di Bahamas, 30 – 40 responden memiliki keterkaitan kerja dengan kegiatan ekowisata di kawasan konservasi dan 10 dari mereka mengakui jika terdapat keluarga lain yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan ekowisata. Petrosillo et al. 2006 menyatakan kawasan konservasi laut bertujuan untuk melindungi seluruh sistem sosial-ekologi, mempromosikan penelitian ilmiah dan pendidikan lingkungan, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal, mengembangkan ekowisata dan mendorong pelestarian budaya tradisional. Drumm and Moore 2005 menyatakan bahwa ekowisata merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi, dimana terdapat dua kekuatan hubungan simbiosis mutualisme yaitu: ekowisata memerlukan kawasan konservasi dan kawasan konservasi memerlukan ekowisata. Untuk mengembangkan ekowisata bahari sebagai salah satu bentuk pemanfatan dalam KKLD di Kabupaten Kepulauan Selayar, maka diperlukan kajian potensi, daya dukung lingkungan dan strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Perumusan Masalah