Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Daerah
35 1. Kebijakan
Anggaran Berimbang
Kebijakan anggaran berimbang ialah kebijakan anggaran yang jumlah penerimaan dari sektor migas, nonmigas, dan pajak
dengan penge luaran pemerintah sama besarnya. Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang tahap IPJP I 19691970–19941995
menerapkan anggaran berimbang dinamis.
Dengan kata lain, keadaan berimbang berarti besarnya penerimaan A+B tetap diusahakan sama dengan pengeluaran C+D. Jika terjadi
perubahan pada salah satu dari empat komponen APBN, komponen lainnya harus ikut disesuaikan agar A+B selalu sama dengan C+D.
Lihat struktur dasar APBN.
Kebijakan fiskal juga disebut sebagai kebijakan anggaran.
SEBAB I n s t r u m e n k e b i j a k a n f i s k a l
adalah pajak dan pengeluaran pemerintah.
Penyelesaian: Kebijakan fiskal disebut juga
kebijakan anggaran, sebab kebijakan fiskal adalah pajak dan
pengeluaran pemerintah.
Jawaban: a
Sumber: Soal-Soal SPMB 2005
Soal SPMB
Realisasi APBN 2006 Per Juni 2006
1. Pendapatan negara dan hibah Rp288,5 triliun 46
• Penerimaan dalam negeri
Rp287,8 triliun 46 • Hibah Rp0,68 triliun 18
2. Belanja negara Rp282,7 triliun 44
• Belanja pemerintah pusat Rp165,5 triliun 39
• Belanja daerah Rp117,2 triliun 53
3. Surplus Rp5,8 triliun 26 4. Pembiayaan Rp 7,6 triliun 34
Sumber: Media Indonesia, 10 Agustus 2006
Ekonomika
Berimbang berarti jumlah keseluruhan pengeluaran negara selalu sama dengan penerimaan negara.
Sisi Penerimaan
C. Pengeluaran rutin
D. Pengeluaran pembangunan
Sisi Pengeluaran
A. Penerimaan dalam negeri B. Penerimaan
pembangunan
Dalam kebijakan anggaran berimbang dinamis, biasanya disertai dengan peningkatan nilai APBN dalam setiap perubahan tahun
anggaran. Dinamis berarti bahwa dalam penerimaan lebih mudah dari yang
direncanakan semula, pemerintah akan menye suaikan penge - luar an agar tetap terjaga keseimbangannya. Demikian pula dalam
hal penerimaan negara melebihi dari yang direncanakan, masih memung kinkan dibentuknya cadangan yang akan dimanfaat kan
pada saat penerimaan negara tidak cukup untuk mendukung program yang diren canakan.
2. Kebijakan Anggaran Tidak Berimbang
Anggaran tidak berimbang dibedakan atas anggaran defisit deficit budget dan anggaran surplus surplus budget. Pada tahun
tertentu, pemerintah pada umumnya mengalami surplus atau defisit dalam anggarannya. Defisit anggaran terjadi jika pengeluaran
melebihi penerimaan dari pajak dan migas. Kebijakan anggaran defisit ditempuh jika pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dilakukan jika perekonomian dalam keadaan resesi. Defisit anggaran bukan hal yang baru dalam ke bijakan fiskal suatu
negara. Pengoperasian anggaran defisit merupakan alat kebijakan fi
skal yang memungkinkan pemerintah memengaruhi permintaan agregat dan lapangan kerja suatu perekonomian.
Kebalikan dari anggaran defisit adalah anggaran surplus. Surplus anggaran terjadi jika seluruh penerimaan pajak dan pene rimaan-
penerimaan lainnya melebihi pengeluaran pemerintah. Kebijakan anggaran surplus dilakukan jika perekonomian sedang berada dalam
tahap ekspansi dan terus memanas overheating sehingga inflasi menaik. Melalui anggaran surplus, pemerintah menghemat pengeluarannya
untuk menurunkan tekanan permintaan atau mengurangi daya beli masyarakat dengan cara menaikkan pajak.
Di unduh dari : Bukupaket.com
36
Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI Melalui kebijakan anggaran berimbangnya, APBN Indonesia
disusun sedemikian rupa sehingga secara akuntansi besarnya pengeluaran negara selalu sama dengan penerimaan negara. Padahal,
secara ekonomi anggaran belanja Indonesia selalu defisit, dalam arti besarnya pengeluaran negara selalu lebih besar daripada penerimaan
negara. Sejak tahun 2000, prinsip anggaran berimbang Indonesia diubah menjadi anggaran defisit yang dibiayai oleh sumber-sumber
pembiayaan dari dalam dan luar negeri.
Dalam format APBN sekarang ini, terjadi perubahan dalam periode APBN dari April–Maret menjadi Januari–Desember yang akan
memudahkan para pengamat ekonomi untuk melihat dan meng evaluasi dampak APBN terhadap perekonomian. Format APBN baru yang
terdiri atas satu lajur ini juga akan memberikan informasi yang lebih transparan tentang kebijakan anggaran yang ditempuh pemerintah.
Selain itu, format APBN yang ada pada saat ini menyiratkan bahwa pemerintah semakin memerhatikan aspek demokrasi dan desentralisasi.
Hal ini ditujukan untuk memberikan wewenang keuangan kepada pemerintah daerah dengan memer hatikan kepentingan daerah dan
nasional yang terlihat dari adanya pos dana perimbangan.
• Kebijakan fiskal • Kebijakan berimbang
• Deficit budget • Surplus budget
Zoom
D
Jenis-Jenis Pengeluaran Negara dan Daerah serta Pengaruhnya terhadap Perekonomian
Sumber
: Departemen Keuangan RI dikutip dari Rahardja, 2004
Uraian A.
Pendapatan Negara dan Hibah
A.1 Penerimaan dalam negeri a Penerimaan
perpajakan •
Pajak dalam negeri •
Pajak perdagangan internasional b Penerimaan bukan pajak
A.2 Hibah
B. Belanja Negara
B.1 Anggaran belanja pemerintah pusat a Pengeluaran
rutin b Pengeluaran
pembangunan B.2 Anggaran belanja untuk daerah
a Dana perimbangan
b Dana otonomi khusus dan penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. SurplusDefisit Anggaran
A–B E. Pembiayaan
E1+E2
E.1 Pembiayaan dalam negeri E.2 Pembiayaan luar negeri neto
a Penarikan pinjaman luar negeri neto b Pembayaran cicilan pokok utang luar
negeri
APBN terhadap PDB
336.155,5 336.155,5
254.140,2 241.742,4
12.397,8 82.015,3
– 370.591,8
253.714,1 188.584,3
65.129,8 116.877,7
107.490,5 9.387,2
47.538,9 34.436,3
34.436,3 22.450,1
11.986,2 29.250,0
17.263,8 17,3
17,3 13,1
12,5
0,6 4,2
– 19,1
13,1 9,7
3,4 6,0
5,5 0,5
2,5 1,8
1,8 1,2
0,6 1,5
0,9
Tabel 2.5
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN pada 2003
dalam miliar rupiah
1. Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah
a. Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai
dan dimiliki oleh pemerintah pusat maupun daerah dan secara
Di unduh dari : Bukupaket.com