Teori Modern Manfaat Perdagangan Internasional

66 Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI Menurut Teori Keunggulan Komparatif suatu negara akan meng- khususkan diri pada ekspor barang tertentu, apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif comparative advantage terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang, apabila negara tersebut memiliki kerugian komparatif comparative disadvantage. Dengan kata lain, suatu negara akan melakukan ekspor barang, jika barang tersebut dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan akan melakukan impor, jika barang tersebut diproduksi dengan biaya lebih tinggi. Menurut Adam Smith, perdagangan internasional antara kedua negara tidak akan terjadi, karena Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas beras maupun kain, sehingga akan lebih murah bagi Indonesia untuk menukar atau mendapatkan kedua barang tersebut di dalam negeri. Namun, menurut David Ricardo, perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara akan tetap terjadi selama masih ada perbedaan biaya relatif dalam memproduksi kedua barang tersebut. Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa Bangladesh memiliki keunggulan untuk kedua produk tersebut sehingga tidak memungkinkan terjadi perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh. Namun, secara komparatif masih memungkinkan terjadinya perdagangan dengan melihat dasar tukar dalam negeri masing-masing. Indonesia untuk memproduksi 1 meter kain harus mengor bankan 3 ton beras dan untuk memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 0,33 meter kain. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada beras karena pengorbanannya lebih kecil. Bangladesh untuk memproduksi 1 meter kain harus mengorbankan 0,67 ton beras dan untuk memproduksi 1 ton beras harus mengorbankan 1,5 meter kain. Bangladesh memiliki keunggulan komparatif pada kain karena pengorbannya lebih kecil. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan tersebut masih memungkinkan bagi kedua negara untuk melakukan kerjasama perdagangan internasional.

b. Teori Modern

Teori tentang faktor-faktor yang menentukan pola perdagangan suatu negara lahir di Swedia, yaitu Eli Heckscher. Ia seorang pakar sejarah ekonomi Swedia yang mengembangkan suatu gagasan penting dalam artikelnya yang singkat pada 1919. Penjelasan leng kap tentang artikel tersebut, dikembangkan dan dipublikasikan pada 1933 oleh anak Dalam teori klasik mengenai perdagangan internasional, harga merupakan penentu satu-satunya tingkat keunggulan negara dalam memproduksi suatu barang tertentu. Dengan kata lain, faktor-faktor lain, seperti kualitas, bentuk, ketahanan produk durability, dan lain-lain tidak berperan sama sekali. Sumber: Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, Tulus Tambunan 2000 Ekonomika Tabel 4.2 Keunggulan Komparatif suatu Negara dalam Memproduksi Barang Contoh: Ada dua negara, yaitu Indonesia dan Bangladesh, dan terdapat dua jenis barang, yaitu beras dan kain. Di Indonesia untuk mem- produksi 1 unit beras seseorang hanya membutuhkan 9 hari kerja, dan untuk memproduksi satu 1 unit kain diperlukan waktu 3 hari kerja. Di Bangladesh, untuk memproduksi 1 unit beras dan 1 unit kain diperlukan masing-masing waktu 12 dan 18 hari kerja. Negara Produksi: Jumlah Jam Kerja per Unit Kain meter Indonesia Bangladesh 9 12 Beras ton Dasar Tukar dalam Negeri 3 18 1 meter kain = 3 ton beras 1 meter kain = 0,67 ton beras 1 ton beras = 0,33 meter kain 1 ton beras = 1,5 meter kain Di unduh dari : Bukupaket.com Perekonomian Terbuka 67 didik Heckscher, yaitu Bertil Ohlin. Mereka berdua membuat suatu teori berdasarkan pandangan Ricardo yang mengembangkan model berdasarkan aspek kepemilikan faktor produksi. Oleh karena itu, teori Heckscher dan Ohlin Teori H-O disebut juga teori ketersediaan faktor factor endowment theory yang menyatakan, bahwa: Komoditas-komoditas yang dalam produksinya memerlukan faktor produksi yang melimpah dan faktor produksi yang langka diekspor untuk ditukar dengan komoditas yang membu tuhkan faktor produksi dalam proporsi yang sebaliknya. Jadi secara tidak langsung faktor produksi yang melimpah diekspor dan faktor produksi yang langka diimpor. Dengan kata lain, suatu negara cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan faktor produksi relatif melimpah di negara tersebut, dan akan mengimpor barang yang menggunakan faktor produksi relatif langka. Suatu negara dikatakan melimpah dalam faktor produksi misalnya tenaga kerja apabila negara tersebut memiliki rasio tenaga kerja terhadap faktor lainnya yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh negara-negara lainnya di dunia. Suatu barang disebut padat karya jika biaya tenaga kerja merupakan bagian terbesar dari nilai barang tersebut dibandingkan yang digunakan dalam barang lainnya. Contoh, Indonesia dan Jepang melakukan perdagangan dengan menjual produk motor dan ukiran kayu. Secara teknis, produk motor lebih bersifat padat modal capital intensive, sedangkan ukiran kayu lebih bersifat padat karya labor intensive. Di Jepang terdapat banyak barang modal, sementara tenaga kerja langka. Sebaliknya di Indonesia barang modal langka, sedangkan tenaga kerja berlimpah, maka Jepang akan mengekspor motor dan Indonesia akan mengekspor ukiran kayu. Berdasarkan contoh tersebut, Teori H-O menduga bahwa jika Indonesia mengekspor ukiran kayu dan mengimpor motor, ukiran kayu merupakan komoditas yang menggunakan faktor produksi tenaga kerja secara intensif dan motor menggunakan faktor produksi modal secara intensif, sehingga dalam kondisi demikian, biaya tenaga kerja di Indonesia lebih murah daripada di Jepang. Murahnya tenaga kerja akan mengurangi biaya pembuatan ukiran kayu daripada pembuatan motor. Sebaliknya, langkanya modal di Indonesia, seharusnya mengakibatkan produksi motor relatif mahal. Menurut teori H-O ini terjadi karena perbedaan dalam pemilikan faktor produksi secara relatif serta pola intensitas faktor produksi yang membuat Indonesia mengekspor ukiran kayu dan mengimpor motor dari Jepang bukan mengekspor motor dan mengimpor ukiran kayu dari Jepang. Teori klasik maupun teori modern, memiliki beberapa kelemahan dalam asumsinya, antara lain menganggap bahwa semua tenaga kerja itu homogen. Dalam kenyataannya tenaga kerja berbeda baik dalam pendidikan maupun keahliannya. Selain itu, teori-teori tersebut me nga baikan pentingnya teknologi dalam perdagangan inter nasional. Keunggulan kompetitif merupakan paradigma baru di dalam perdagangan internasional. Menurut paradigma baru perdagangan internasional ini, keunggulan suatu negara dalam perdagangan internasional tidak hanya karena keunggulan mutlak atau komparatif saja, tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif daya saing yang dimiliki oleh suatu negara beserta individu dan perusahaan- perusahaan yang ada dalam suatu negara. Keunggulan kompetitif Logika Ekonomi Diskusikan dengan teman sebangku Anda. Mengapa setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tidak akan mengalami kerugian? Sumber: www.econ.canterbury.ac.nz Gambar 4.2 Bertil Ohlin Bertil Ohlin adalah tokoh yang mene- kankan pada aspek kepemilikan faktor produksi. Di unduh dari : Bukupaket.com 68 Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI Logika Ekonomi Menurut teori siklus produk perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya dinamika keunggulan komparatif dari suatu produk. Deskripsikan maksud pernyataan tersebut. yang dimaksud, antara lain teknologi dan tingkat kewirausahaan yang tinggi, tingkat efisiensi atau produktivitas yang tinggi dalam proses produksi, kualitas yang baik dari bahan yang diproduksi, promosi yang meluas dan agresif, SDM yang ber kualitas, dan pelayanan purna jual yang memuaskan.

3. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional