Perekonomian Terbuka
71
4. Menjaga kestabilan tingkat pertumbuhan ekonomi. 5. Meningkatkan lapangan kerja.
Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu kebijakan pengembangan ekspor dan kebijakan impor.
a. Kebijakan Substitusi
Impor
Tujuan utama kebijakan substitusi impor yaitu membangun sektor industri manufaktur nasional yang kuat. Adapun tujuan-tujuan
sekundernya meliputi peningkatan kesempatan kerja mengurangi pengangguran atau untuk menampung arus tenaga kerja dari sektor
pertanian dan surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran BOP. Ini berarti surplus cadangan devisa, dengan cara mengurangi
ketergantungan ekonomi nasional ter hadap barang-barang impor. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, salah satu cara yang
ditempuh pemerintah Indonesia yakni dengan mengenakan bea masuk yang tinggi terhadap barang-barang impor.
Cukup banyak studi empiris mengenai implementasi kebijakan proteksi di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru dan dampaknya
terhadap perkembangan sektor industri manufaktur ekspor nonmigas nasional, di antaranya penelitian dari Fane dan Phillips 1991 dan
Condon
dan Fane 1995,1996. Hasil studi dari Condon dan Fane memperlihatkan besarnya proteksi tarif nominal NRP dan proteksi
efektif ERP terhadap beberapa sektor ekonomi dan beberapa jenis barang ekspor manufaktur di Indonesia untuk periode 1987, 1990,
1992, dan 1994. Sektor industri manufaktur menikmati perlindungan yang paling kuat dibandingkan sektor-sektor primer; walaupun di
dalam sektor industri manufaktur itu sendiri besarnya ERP bervariasi antarindustri.
Tingkat proteksi yang berbeda antara sektor industri manu faktur dengan sektor-sektor pertanian dan pertambangan dapat dipahami
mengingat bahwa kebijakan pembangunan sektor industri bertujuan untuk membangun atau memperkuat sektor industri manufaktur
dan meningkatkan peranannya di dalam perekonomian Indonesia. Adapun tingkat proteksi yang bervariasi antar kelompok industri atau
subsektor manufaktur dapat dijelaskan dengan sejumlah teori.
Basri dan Hill 1996 telah melakukan survei literatur mengenai
teori-teori yang mencoba menerangkan pola atau struktur proteksi. Hasil survei itu menunjukkan bahwa ada tiga model, yang dapat
digunakan untuk menjelaskan kenapa tingkat proteksi berbeda antar industri, yakni the adding machine model, the interest group model,
dan the national interest model. The adding machine model menjelaskan bahwa pemerintah berusaha memaksimalkan kemungkinan untuk
dipilih kembali. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah akan memberi proteksi lebih kuat kepada industri padat karya karena
industri tersebut memiliki potensi calon pemilih yang besar.
Dasar pemikiran dari the interest group model dapat dijelaskan sebagai berikut. Besarnya tarif proteksi terhadap industri adalah hasil
tekanan dari kelompok-kelompok tertentu interest group, misalnya pemilik industri, distributor pemilik modal, dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan agar industri tersebut dapat ber kembang atau survive. Jika, permintaan proteksi disetujui pemerintah mereka
akan memberi hak pilih yang menguntungkan pemerintah di dalam pemilihan umum berikutnya.
Transaksi berjalan tertekan akibat pertumbuhan impor dalam
beberapa tahun terakhir lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan
ekspor. Sementara lalu lintas modal tercatat sudah defisit akibat pelarian
modal besar-besaran ke luar negeri capital outflow. Hal itu terjadi karena
kondisi fiskal Indonesia dianggap rapuh oleh investor.
Sumber: www.kompas.co.id
Ekonomika
Logika Ekonomi
Salah satu tujuan kebijakan perda- gangan luar negeri adalah melindungi
industri nasional dari persaingan barang-barang impor. Diskusikan
maksud pernyataan tersebut dengan teman-teman sekelas Anda.
Di unduh dari : Bukupaket.com
72
Membuka Cakrawala Ekonomi untuk Kelas XI Asumsi dari the national interest model sebagai berikut.
Pemerintah memiliki suatu policy preference tertentu yang secara normatif konsisten dengan kepentingan negarabangsa. Misalnya,
peningkatan kesempatan kerja, pembangunan sektor industri manufaktur yang kuat, pengembangan teknologi, dan peningkatan
ekspor nonmigas. Preferensi kebijakan ini tercerminkan pada tingkat proteksi yang diberikan kepada industri atau sektor tertentu.
Pemerintah Indonesia mengharapkan bahwa kebijakan substitusi impor akan memberi hasil positif yang besar. Dalam arti Indonesia
akan memiliki sektor industri yang kuat dengan tingkat efisiensi, produktivitas, dan daya saing global yang tinggi. Sektor industri
manufaktur yang kuat akan mendukung kinerja ekspor nonmigas, khususnya manufaktur, yang akan menambah cadangan devisa yang
besar bagi Indonesia.
Namun, krisis ekonomi yang terjadi pada akhir 1997 atau awal 1998 telah membuktikan bahwa ternyata selama pemerintahan
Orde Baru, sektor industri manufaktur telah berkembang secara tidak sehat. Walaupun laju pertumbuhan outputnya rata-rata positif
setiap tahun, namun sektor tersebut sangat tergantung pada impor, khususnya untuk barang-barang modal dan bahan baku yang telah
diolah. Kebijakan substitusi impor sebenarnya bermaksud untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor barang-barang
manufaktur. Sementara, ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang baik. Hal ini dapat dilihat pada tingkat diversifikasi
produk-produk ekspor yang masih rendah dan sebagian besar masih dari kategori teknologi menengah dan rendah.
b. Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor