50 SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat
inap terpadu A.
g. Depo Farmasi Rindu B
Depo farmasi Rindu B sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan
dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan
SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu B.
h. Depo Farmasi Anestesi dan Terapi Intensif
Depo farmasi Anestesi dan Terapi Intensif sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi
untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.
i. Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelayanan Farmasi Klinis secara profesional.
j. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat
Depo farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk
Universitas Sumatera Utara
51 menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi
untuk pasien Bedah Pusat.
3.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
3.3.3.1 Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan perbekalan farmasi ini berdasarkan :
• Formularium
• Standar perbekalan farmasi yang telah ditetapkan
• Pola penyakit
• Mutu, Harga dan Ketersediaan di pasaran
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Formularium Nasional Fornas, dan Daftar Plafon Harga Obat DPHO,dan e-catalogue. Penentuan
pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi
pembelian.
3.3.3.2 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
Universitas Sumatera Utara
52 perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat. Adapun perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode:
l. Metode konsumsi Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan yaitu pengumpulan dan pengolahan data dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
b. Metode epidemiologi Perhitungan kebutuhan dengan metode epidemiologi didasarkan pada pola
penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu. Langkah-langkah dalam metode ini adalah menentukan jumlahfrekuensi penyakit dan menyediakan
standar pengobatan. c. Metode kombinasi
Berdasarkan konsumsi dan epidemiologi yaitu menghitung perkiraan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai standar pengobatan.
3.3.3.3 Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengadaan yaitu: - Pengkajian pemilihan obat.
- Penentuan jumlah yang dibutuhkan. - Penyesuaian antara kebuuhan dan dana.
Universitas Sumatera Utara
53 - Pemilhan metode teknis pengadaan.
- Pemilihan rekaman. - Penentuan spesifikasi kontrak.
- Pemantauan proses pengadaan. - Pembayaran.
Pengadaan dapat dilakukan melalui: a. Pembelian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah: - Kriteria perbekalan farmasi.
- Persyaratan pemasok. - Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi.
- Pemantauan pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu. Metode pengadaan meliputi pelelangan umum, pelelangan terbatas,
penunjukkan langsung dan pembelian langsung. Pembelian langsung kurang dari 50 juta melalui gudang, sedangkan lebih dari 50 juta dengan kontraktender
melalui panitia pengadaanpenerimaan. Kontrak sesuai uang harga satuan sesuai kebutuhan.
b. Produksipembuatan sediaan farmasi c. Sumbangandropinghibah
Dilakukan permintaan, pencatatan, penerimaan, dan penggunaannya dilaporkan kepada pihak terkait.
3.3.3.4 Produksi
Produksi perbekalan farmasi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
54 pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dilaksanakan oleh kelompok kerja
perbekalan. Instalasi farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: 1. Sediaan farmasi tidak tersedia di pasaran.
2. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri. 3. Sediaan farmasi formula khusus.
4. Sediaan farmasi kemasan yang lebih kecilrepacking. 5. Sediaan farmasi untuk penelitian.
6. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpananharus dibuat baru.
Sarana dan fasilitas produksi harus menjamin mutu produksi yang dihasilkan. Fasilitas pengemas yang menjamin mutu dan keamanan pengguna antara lain:
wadah, pembungkus, etiket dan label.
3.3.3.5 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga tertera dalam kontrak atau
surat pesanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
- Harus sesuai dengan faktursurat pengantarpesanan barang SPB. - Harus sesuai kontrak SPK.
- Periksalah kondisi fisik barang dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun. - Bahan baku harus disertai sertifikat analisa.
- Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet MSDS. - Khusus untuk alat kesehatankedokteran harus mempunyai Certificate of
Universitas Sumatera Utara
55 Origin.
Penerimaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh panitia penerima. Didalam panitia penerima harus terlibat tenaga apoteker. Setelah penerimaan
barang kontrakSPK selesai dibuat berita acara penerimaan oleh panitia penerima. Setiap penerimaan perbekalan farmasi harus di entri ke komputer SIRS.
3.3.3.6 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi. Pokja perbekalan bertanggung jawab atas penyimpanan perbekalan
farmasi di gudang dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock perbekalan farmasi. Pokja instalasi farmasi, Depo Farmasi dan instalasi user
SMF bertanggung jawab atas penyimpanan perbekalan farmasi di unit kerja masing-masing dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock
perbekalan farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan di gudang BPJS, gudang
Floor Stock diberikan per paket tindakan, gudang umum untuk IGD, apotek I dan II, dan gudang bahan berbahaya dan mudah terbakar. Ruang penyimpanan di
gudang farmasi harus memenuhi syarat penyimpanan perbekalan farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi harus aman dalam hal kestabilan dan
terhindar dari kehilangan, suhu dimana ruangan penyimpanan 15-30ºC, dan lemari pendingin 2-8ºC dan kelembaban ruangan 59-80. Penyimpanan untuk obat
berkewaspadaan tinggi High Alert diberi label atau penandaan khusus berwarna merah. Penyimpanan untuk bahan berbahaya, terpisah dari obat atau perbekalan
farmasi lainnya. Penyimpanan obat Look Alike Sound Alike LASA diberi jarak antara satu dengan yang lainnya dan diberi tanda atau label LASA berwarna hijau.
Universitas Sumatera Utara
56 Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus dengan sistem double
lock dan pencatatan dengan kartu stock. Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan:
a. Jenis perbekalan farmasi. b. Kelas terapi, LASA dan High Alert.
c. Bentuk perbekalan farmasi. Disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out FIFO
dan First Expired First Out FEFO.
3.3.3.7 Pendistribusian
Pendistribusian perbekalan farmasi dilaksanakan instalasi farmasi dengan menggunakan sistem:
a. Floor Stock. b. Resep perseoranganKartu Obat Pasien.
c. One Day Dose Dispensing ODDDOne Unit Dose Dispensing OUDD. Distribusi perbekalan farmasi yang masuk kedalam paket pelayanan atau
tindakan yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor stok. Distribusi perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien rawat inap dilakukan
dengan sistem one day dose dispensing. Distribusi perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan.
Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor
stok, resep perseorangan, dan one unit dose dispensing. Distribusi perbekalan
farmasi untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stok paket dan one unit
dose dispensing. Distribusi perbekalan farmasi pada hari libur panjang lebih dari
tiga hari dari pokja perbekalan ke pokjadepo farmasi dilaksanakan dengan
Universitas Sumatera Utara
57
sistem on call. a. Pemberian obat dan penulisan resep:
- Pemberian obat kepada pasien berpedoman kepada formularium rumah sakit, Formularium Nasional untuk pasien BPJS.
- Penulisan resepkartu obat dengan nama generik - Penulisan resep ditulis pada blanko resep dan Kartu Obat Pasien KOP
RSUP H. Adam Malik sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang lengkap.
- Penulisanpermintaan obat bermerek untuk pasien BPJS dapat diganti dengan obat yang termasuk dalam Formularium Nasional dengan generik
yang sama dan kadar yang sama. b. Pelayanan obat pasien rawat jalan:
- Resep yang dapat dilayani adalah resep yang sudah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.
- Pemberian obat maksimal untuk tiga hari kecuali antibiotik, obat antifungi dapat diberikan sesuai dengan yang ditentukan lima hari dan kasus-kasus
tertentupenyakit kronis dapat diberikan maksimal untuk pemakaian satu bulan.
- Jumlahjenis obat setiap lembar resep maksimal tiga macam. c. Pelayanan obat pasien obat rawat inap dilakukan dengan sistem:
- ODDD One day dose dispensing. - Resep ditulis oleh dokter setiap hari menggunakan kartu obat pasien.
- Pemberian obat pasien pulang maksimum tiga hari. d. Pelayanan obat emergensi:
Universitas Sumatera Utara
58 - Obat-obat emergensi digunakan bila terjadi gagal nafas code blue
disediakan oleh instalasi farmasi di ruangan rawat inap, instalasi gawat darurat, ICU dan kamar operasi dengan total jumlah 17 troli emergensi.
Jumlah dan jenis obat sesuai dengan yang ditentukandisepakati, diperiksa stok obat setiap hari, dan expire date setiap bulannya.
- Petugas farmasi memeriksamelengkapi stok obat dalam trolley emergensi setiap pemakaianbulan bersama dengan perawat penanggung jawab
trolley emergensi di masing-masing unit pelayanan.
3.3.3.8 Administrasi dan Pelaporan
Administrasi perbekalan farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang
berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin dalam periode bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan. Tujuan administrasi dan pelaporan:
a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b. Tersedianya informasi yang akurat
c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d. Mendapat datalaporan yang lengkap untuk membuat perencanaan
e. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
59
3.3.3.9 Evaluasi
Fungsi evaluasi: 1.
Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar 2.
Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien
3. Meningkatkan efisiensi pelayanan
4. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di Rumah sakit sesuai CPOB
5. Meningkatkan kepuasan pelanggan
6. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
3.3.4 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
3.3.4.1 Pengkajian Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan
apotik II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter,
tanggal resep dan ruanganunit asal resep, persyaratan farmasetik bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan
cara pemakaian dan persyaratan klinis ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan
efek aditif baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kemudian resep di telaah oleh apoteker, untuk resep yang tidak tepat akan dicatat pada lembar telaah
lalu diarsipkan di setiap unit.
3.3.4.2 Dispensing
Universitas Sumatera Utara
60 Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkanmeracik obat, memberikan labeletiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Dispensing khusus di RSUP HAM meliputi pencampuran obat kemoterapi dan pencampuran obat suntik KCI. Pencampuran obat suntik KCI di
RSUP HAM dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis di depo farmasi dan jika diluar jam kerja akan dilakukan di depo farmasi IGD, kecuali di ruang ICU, OK,
HDU, HCU dan IGD dilakukan oleh perawat. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan KCI di ruang tersebut dibutuhkan segera sehingga akan memakan waktu lebih
lama jika harus ditangani oleh farmasi klinis, yang akan berpengaruh pada keselamatan pasien. Selain itu, perawat yang berada di ruang tersebut telah
mendapat pelatihan mengenai prosedur pencampuran obat suntik yang baik dan benar.
Dan untuk pencampuran obat kemoterapi di RSUP HAM telah dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis. Ruangan pencampuran kemoterapi merupakan
ruang clean room dan sudah terjaga baik, karena telah memiliki ruang pencampuran, ruang antara dan ruang administrasi yang berbeda. Ruang
pencampuran dan ruang administrasi telah dilengkapi dengan alat pemeriksa suhu dan kelembapan ruangan. Kulkas penyimpanan obat kemoterapi juga dilengkapi
dengan termometer untuk menjaga suhu tempat penyimpanan sesuai dengan persyaratan sehingga kestabilan obat terjamin. Pencampuran kemoterapi juga
sudah menyiapkan alat pelindung diri. Pelaporan pencampuran obat kemoterapi juga sudah dilakukan dengan baik setiap bulan. Tetapi terkait sarana dan
prasarana di ruang pencampuran kemoterapi, kondisi ruangan belum sepenuhnya
Universitas Sumatera Utara
61 memenuhi syarat seperti plafon yang masih berpori, dan dinding yang masih
memiliki sudut.
3.3.4.3 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP HAM dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di RSUP HAM
dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan
Efek Samping Obat ESO yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja Farmasi Klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang
menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang Efek Samping Obat ESO yang jarang dan berbahaya, maka informasi tersebut akan
dicatat dalam formulir ESO dan selanjutnya dikirim ke pusat MESO Nasional melalui PFT.
Kemudian petugas farmasi akan mencatat manifestasi ESO pada rekam medis pasien dan menempelkan stiker alergi obat pada rekam medik dalam
catatan perkembangan terintegrasi dan sampul depan status pasien. Adapun jenis MESO yang dilaporkan adalah:
1. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping yang selama ini belum pernah terjadi
2. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat 3. Setiap reaksi efek samping obat yang serius
3.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat
Universitas Sumatera Utara
62 Pelayanan informasi obat PIO adalah pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberikan informasi secara akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya dan pasien. Seluruh kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP
H. Adam Malik. Untuk pasien rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan oleh apotek I dan apotek II, dan
juga dilaksanakan oleh seluruh pokja yang ada di IFRS. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan.
Penyuluhan di rumah sakit dikoordinasikan oleh PKRS dan yang sudah terstruktur dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu bulan, Kemudian setiap bulan laporan
PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
3.3.4.5 Konseling
Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien
rawat jalan maupun rawat inap. Pelaksanaan konseling di RSUP H. Adam Malik masih belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling untuk pasien rawat
inap masih belum dilakukan. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan Apotek II.
Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, penderita yang
menerima obat dengan indeks terapi sempit misalnya digoksin, karbamazepin, pasien lanjut usia, anak-anak, penderita yang sering mengalami reaksi alergi pada
penggunaan obat, penderita yang tidak patuh dalam meminum obat, pasien dengan resep polifarmasi 5 atau lebih obat dan obat dengan tehnik khusus.
3.3.4.6 Visite
Universitas Sumatera Utara
63 Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien
dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multidisplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu
menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaan nya, aturan pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat.
3.3.4.7 Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau. Program ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik bersamaan pada saat visite.
3.4 Instalasi Central Sterilized Suplay CSSD
Instalasi Cental Sterilized Suplay Departement CSSD atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan
kegiatan pelayanan kebutuhan steril. Peranan CSSD di Rumah Sakit bertujuan untuk:
1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan strelisisasi dengan sempurna
2. Mengurangi penyebaran kuman di lingkungan Rumah Sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil strerilisasi terhadap produk yang dihasilkan
Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai
dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
64 Instalasi CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil
kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan
Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam
perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril,
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi. Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD.
Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD. Dalam menunjang tugas
dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Penyediaan
Ka. Instalasi CSSD Wa. Ka. Instalasi CSSD
Tata Usaha
Pokja Penyediaan
Pokja Sterilisasi
Pokja Distribusi
Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
65 Pokja penyediaan bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan steril di CSSD.
b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi Pokja pencucian dan sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi
dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan di CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket,
sterilisasi dan penyimpanan. c. Pokja Distribusi
Pokja distribusi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit
IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A dan Rindu B.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 24 tentang Rumah sakit, RS umum kelas A harus mempunyai minimal 4 spesialis dasar, 5
spesialis penunjang medis, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis. Dilihat dari jumlah spesialisasi yang ada RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria
Rumah Sakit kelas A, dimana RSUP H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional SMF dan 28 Spesialisasi Kedokteran dan sesuai dengan SK MenKes
No. 335MenKesSKVII1990, RSUP HAM merupakan Rumah Sakit Umum kelas A yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 4 Direktur
yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP HAM merupakan rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.
4.2 Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik
Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada instalasi farmasi Rumah sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi
PFT, Instalasi CSSD dan Instalasi Gas Medis. Peran Apoteker sebagai sekretaris di PFT sangatlah penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola
dan menggunakan obat diseluruh unit di Rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga dengan keberadaan apoteker di PFT dapat turut ambil bagian
menetapkan kebijkan-kebijakan mengenai pemilihan obat serta evaluasinya dalam bentuk formularium. Peran Apoteker juga memberikan kontribusi dalam terbitnya
pedoman penggunaan antibiotik.
Universitas Sumatera Utara