Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Pengelolaan Perbekalan Farmasi

67 Berdasarkan Permenkes RI No. 085MenkesPerI1989 menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum kelas A dan B harus memiliki formularium yang selalu dimutakhirkan dan direvisi secara periodik. RSUP H. Adam Malik telah menerbitkan formularium pada tahun 2003, sebagai pedoman pembuatan formularium edisi pertama ini mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional DOEN tahun 2002. Kemudian formularium di revisi pada bulan Juli 2009 sehingga di terbitkanlah formularium edisi kedua, dimana pembuatan formularium ini mengacu pada DOEN tahun 2008. Dan formularium edisi terakhir yaitu formularium yang diterbitkan pada tahun 2011 yang mengacu pada DOEN 2010. Formularium yang mutakhir merupakan salah satu syarat untuk menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, sebagaimana tertulis dalam PerMenKes RI No. 085MenKesPerI1989 yang menyatakan bahwa rumah sakit umum kelas A dan B diharuskan memiliki formularium yang selalu direvisi secara periodik. Terhitung tanggal 1 Januari 2014, RSUP H. Adam Malik Medan telah mengacu kepada Formularium nasional, dimana pasien Askes dan Jamkesmas ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. RSUP H. Adam Malik harus terus berbenah diri termasuk Apoteker sebagai salah satu pelaku pemberi pelayanan di Rumah Sakit sehingga visi menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015 dapat terwujud, diantaranya dengan terus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

4.3 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Peran Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merujuk pada falsafah pelayanan farmasi menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan No. Universitas Sumatera Utara 68 1333MenKesSKXII1999 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan Rumah Sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyrakat. Tanggung jawab yang begitu besar di pikul oleh apoteker di IFRS dalam penyediaan obat yang bermutu dan minim terjadi DRP Drug Related Problem, karena DRP bisa terjadi pada setiap tahap mulai dari seleksi obat, terkait dengan peraturan yang berlaku, klinisi yang terlibat di lapangan, pasien dan keluarga pasien.

4.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pemilihan perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi dimana penetapan jenis perbekalan farmasi sudah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium nasional, standar pelayanan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di pasaran. Pembelian Perbekalan Farmasi dilakukan oleh IFRS dengan mengeluarkan surat pesanan SP ke distributor, perbekalan farmasi yang masuk diantar ke IFRS, untuk diterima, diperiksa dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan Surat Pengantar Barang SPB dan SP oleh Pokja perbekalan, kemudian di entry data perbekalan farmasi yang masuk ke SIRS, dan disimpan. Perbekalan farmasi sebaiknya disimpan di tempat yang khusus, aman dan berkunci sesuai dengan sifatnya obat termolabil dilemari pendingin pada suhu 2-8 o C, dan obat pada suhu ruangan 15-25 C dan dilakukan pencatatan suhu minimal dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep, bahan baku obat mudah menguapterbakar terpisah dari produk farmasi lainnya. Obat narkotik Universitas Sumatera Utara 69 dalam lemari khusus dan terkunci double lock dan obat high alert pada lemari khusus yang ditandai garis merah diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan high alert dan disusun secara alfabetis dengan sistem first in first out FIFO dan first expired first out FEFO. Namun di RSUP H. Adam Malik khususnya di kamar obat RA3 masih ditemukan lemari obat yang tidak berkunci, tidak adanya pencatatan suhu di ruangan obat serta ruangan obat yang masih bergabung dengan ruang tindakan. Obat-obat yang bersifat termolabil sangat jarang digunakan dan hanya beberapa item yang berada di dalam kulkas, tetapi kulkas yang digunakan di ruangan obat berukuran cukup besar. Hal ini mengurangi efisiensi penggunaan listrik dan luas ruangan. Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang perbekalan farmasi Umum, gudang perbekalan farmasi BPJS, gudang perbekalan farmasi floor stock. Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah memproduksi merubah bentuk sediaan NaCl 0,9 non steril, kloralhidrat, handrub serta mengubah kemasan yang lebih kecil re-packing antara lain isodin povidon iodin dan dilakukan pengenceran untuk alkohol 96 menjadi 70, H 2 O 2 3, formalin 10. Adanya kegiatan produksi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memberikan efisiensi biaya yang lebih ekonomis kepada rumah sakit. Universitas Sumatera Utara 70 Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti: a. Depo rawat inap terpadu A Rindu A. Depo Rindu B, Depo IATI, Depo Instalasi Gawat Darurat IGD, Apotek I dan Apotek II, Depo Instalasi Bedah Pusat. b. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan 4.5 Pelayanan Kefarmasian 4.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep