71 Pelayanan informasi obat mengenai interaksi obat sebaiknya juga
dilakukan terhadap praktisi klinis lainnya sebelum dilakukan peresepan untuk mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional. Hal ini sangat penting
mengingat banyaknya jumlah obat dipasaran yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
4.5.3 Konseling
Pelaksanaan konseling belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling hanya dilakukan pada pasien geriatri, pediatri dan pasien dengan
penyakit degeneratif. Sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan konseling juga belum tersedia dengan baik, seperti ruangan konseling kurang nyaman,
terlalu ribut karena bersebelahan dengan jalan dan tempat lalu lalangnya pegawai dari apotek II, selain itu pencatatan data pasien dan data penggunaan obat belum
dilaksanakan secara kontinu sehingga belum diperoleh informasi perkembangan pasien setelah intervensi pengunaan obat. Perlu dilakukan pencatatan data pasien
dan data penggunaan obat dengan menggunakan komputer yang dimasukkan ke dalam SIRS agar konseling yang dilakukan lebih optimal.
4.5.4 Visite
Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi
Multisiplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan pemakaian dan
dosis obat yang diberikan dan efek samping obat. Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik
Medan. Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum
Universitas Sumatera Utara
72 dilakukan secara menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan jumlah
apoteker di pokja Farmasi Klinis masih kurang sehingga diperlukan penambahan tenaga apoteker. Menurut Permenkes perbandingan jumlah pasien rawat inap
dengan apoteker belum sebanding yakni 1:30, sehingga perlu ditambah lagi tenaga apoteker. Optimalisasi penyampaian informasi kurang tercapai akibat obat yang
akan diberikan tidak tersedia dihadapan pasien.
4.5.5 Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantuan terapi obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Pemantauan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite, namun belum dilakukan secara
berkesinambungan.
4.5.6 Monitoring Efek Samping Obat MESO Monitoring Efek Samping Obat MESO bertujuan untuk memantau efek
samping obat yang jarang dan berbahaya. Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP. H. Adam Malik dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan
kegiatan visite. Agar MESO di RSUP. H. Adam Malik dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di
ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan efek samping obat yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja farmasi klinis, kemudian farmasi
klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang efek samping obat yang jarang dan
Universitas Sumatera Utara
73 berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir ESO dan
selanjutnya dikirimkan ke Pusat Meso Nasional.
4.5.7 Evaluasi Penggunaan Obat