62 Pelayanan informasi obat PIO adalah pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberikan informasi secara akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya dan pasien. Seluruh kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP
H. Adam Malik. Untuk pasien rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan oleh apotek I dan apotek II, dan
juga dilaksanakan oleh seluruh pokja yang ada di IFRS. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan.
Penyuluhan di rumah sakit dikoordinasikan oleh PKRS dan yang sudah terstruktur dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu bulan, Kemudian setiap bulan laporan
PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
3.3.4.5 Konseling
Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien
rawat jalan maupun rawat inap. Pelaksanaan konseling di RSUP H. Adam Malik masih belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling untuk pasien rawat
inap masih belum dilakukan. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan Apotek II.
Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, penderita yang
menerima obat dengan indeks terapi sempit misalnya digoksin, karbamazepin, pasien lanjut usia, anak-anak, penderita yang sering mengalami reaksi alergi pada
penggunaan obat, penderita yang tidak patuh dalam meminum obat, pasien dengan resep polifarmasi 5 atau lebih obat dan obat dengan tehnik khusus.
3.3.4.6 Visite
Universitas Sumatera Utara
63 Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien
dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multidisplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu
menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaan nya, aturan pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat.
3.3.4.7 Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau. Program ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik bersamaan pada saat visite.
3.4 Instalasi Central Sterilized Suplay CSSD
Instalasi Cental Sterilized Suplay Departement CSSD atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan
kegiatan pelayanan kebutuhan steril. Peranan CSSD di Rumah Sakit bertujuan untuk:
1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan strelisisasi dengan sempurna
2. Mengurangi penyebaran kuman di lingkungan Rumah Sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil strerilisasi terhadap produk yang dihasilkan
Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai
dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
64 Instalasi CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil
kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan
Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam
perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril,
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi. Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD.
Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD. Dalam menunjang tugas
dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Penyediaan
Ka. Instalasi CSSD Wa. Ka. Instalasi CSSD
Tata Usaha
Pokja Penyediaan
Pokja Sterilisasi
Pokja Distribusi
Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
65 Pokja penyediaan bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan steril di CSSD.
b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi Pokja pencucian dan sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi
dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan di CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket,
sterilisasi dan penyimpanan. c. Pokja Distribusi
Pokja distribusi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit
IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A dan Rindu B.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 24 tentang Rumah sakit, RS umum kelas A harus mempunyai minimal 4 spesialis dasar, 5
spesialis penunjang medis, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis. Dilihat dari jumlah spesialisasi yang ada RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria
Rumah Sakit kelas A, dimana RSUP H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional SMF dan 28 Spesialisasi Kedokteran dan sesuai dengan SK MenKes
No. 335MenKesSKVII1990, RSUP HAM merupakan Rumah Sakit Umum kelas A yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 4 Direktur
yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP HAM merupakan rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.
4.2 Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik
Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada instalasi farmasi Rumah sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi
PFT, Instalasi CSSD dan Instalasi Gas Medis. Peran Apoteker sebagai sekretaris di PFT sangatlah penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola
dan menggunakan obat diseluruh unit di Rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga dengan keberadaan apoteker di PFT dapat turut ambil bagian
menetapkan kebijkan-kebijakan mengenai pemilihan obat serta evaluasinya dalam bentuk formularium. Peran Apoteker juga memberikan kontribusi dalam terbitnya
pedoman penggunaan antibiotik.
Universitas Sumatera Utara
67 Berdasarkan Permenkes RI No. 085MenkesPerI1989 menyatakan
bahwa Rumah Sakit Umum kelas A dan B harus memiliki formularium yang selalu dimutakhirkan dan direvisi secara periodik. RSUP H. Adam Malik telah
menerbitkan formularium pada tahun 2003, sebagai pedoman pembuatan formularium edisi pertama ini mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional
DOEN tahun 2002. Kemudian formularium di revisi pada bulan Juli 2009 sehingga di terbitkanlah formularium edisi kedua, dimana pembuatan formularium
ini mengacu pada DOEN tahun 2008. Dan formularium edisi terakhir yaitu formularium yang diterbitkan pada tahun 2011 yang mengacu pada DOEN 2010.
Formularium yang mutakhir merupakan salah satu syarat untuk menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, sebagaimana tertulis dalam PerMenKes RI No.
085MenKesPerI1989 yang menyatakan bahwa rumah sakit umum kelas A dan B diharuskan memiliki formularium yang selalu direvisi secara periodik.
Terhitung tanggal 1 Januari 2014, RSUP H. Adam Malik Medan telah mengacu kepada Formularium nasional, dimana pasien Askes dan Jamkesmas
ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. RSUP H. Adam Malik harus terus berbenah diri termasuk Apoteker
sebagai salah satu pelaku pemberi pelayanan di Rumah Sakit sehingga visi menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang
mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015 dapat terwujud, diantaranya dengan terus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
4.3 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Peran Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merujuk pada falsafah pelayanan farmasi menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
Universitas Sumatera Utara
68 1333MenKesSKXII1999 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan Rumah Sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyrakat. Tanggung jawab yang begitu besar di pikul oleh apoteker di IFRS dalam penyediaan obat yang bermutu dan minim
terjadi DRP Drug Related Problem, karena DRP bisa terjadi pada setiap tahap mulai dari seleksi obat, terkait dengan peraturan yang berlaku, klinisi yang terlibat
di lapangan, pasien dan keluarga pasien.
4.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pemilihan perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi dimana penetapan jenis perbekalan farmasi sudah
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium nasional, standar pelayanan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga,
dan ketersediaan di pasaran. Pembelian Perbekalan Farmasi dilakukan oleh IFRS dengan mengeluarkan
surat pesanan SP ke distributor, perbekalan farmasi yang masuk diantar ke IFRS, untuk diterima, diperiksa dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan Surat
Pengantar Barang SPB dan SP oleh Pokja perbekalan, kemudian di entry data perbekalan farmasi yang masuk ke SIRS, dan disimpan. Perbekalan farmasi
sebaiknya disimpan di tempat yang khusus, aman dan berkunci sesuai dengan sifatnya obat termolabil dilemari pendingin pada suhu 2-8
o
C, dan obat pada suhu ruangan 15-25
C dan dilakukan pencatatan suhu minimal dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep, bahan baku obat
mudah menguapterbakar terpisah dari produk farmasi lainnya. Obat narkotik
Universitas Sumatera Utara
69 dalam lemari khusus dan terkunci double lock dan obat high alert pada lemari
khusus yang ditandai garis merah diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan high alert dan disusun secara alfabetis
dengan sistem first in first out FIFO dan first expired first out FEFO. Namun di RSUP H. Adam Malik khususnya di kamar obat RA3 masih ditemukan lemari
obat yang tidak berkunci, tidak adanya pencatatan suhu di ruangan obat serta ruangan obat yang masih bergabung dengan ruang tindakan. Obat-obat yang
bersifat termolabil sangat jarang digunakan dan hanya beberapa item yang berada di dalam kulkas, tetapi kulkas yang digunakan di ruangan obat berukuran cukup
besar. Hal ini mengurangi efisiensi penggunaan listrik dan luas ruangan. Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang
perbekalan farmasi Umum, gudang perbekalan farmasi BPJS, gudang perbekalan farmasi floor stock.
Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud dengan
produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah memproduksi merubah bentuk sediaan NaCl 0,9 non steril, kloralhidrat, handrub serta mengubah
kemasan yang lebih kecil re-packing antara lain isodin povidon iodin dan dilakukan pengenceran untuk alkohol 96 menjadi 70, H
2
O
2
3, formalin 10. Adanya kegiatan produksi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP H.
Adam Malik memberikan efisiensi biaya yang lebih ekonomis kepada rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
70 Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti: a. Depo rawat inap terpadu A Rindu A. Depo Rindu B, Depo IATI, Depo
Instalasi Gawat Darurat IGD, Apotek I dan Apotek II, Depo Instalasi Bedah Pusat.
b. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan
4.5 Pelayanan Kefarmasian 4.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan II.
Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep
dan ruanganunit asal resep, persyaratan farmasetik bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan dan persyaratan klinis ketepatan
indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan efek aditif baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
4.5.2 Pelayanan Informasi Obat