19 2. Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis yang terbatas.
3. Rumah sakit khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis yang minimal.
2.1.4.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang rumah sakit, setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan
akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau Direktur Rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
2.2 Panitia Farmasi dan Terapi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197MenKesSKX2004, panitia farmasi dan terapi adalah organisasi yang
mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili staf medik fungsional yang
ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit serta tenaga kesehatan lainnya.
2.2.1 Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi
Universitas Sumatera Utara
20 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1197MenKesSKX2004 tentang standar pelayanan rumah sakit, tujuan Panitia Farmasi dan Terapi yaitu:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan 2.2.2 Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi
Menurut KepMenKes RI Nomor 1197MenKesSKX2004 tentang standar pelayanan rumah sakit, fungsi dan ruang lingkup panitia farmasi dan
terapi adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisi pemilihan
obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota
staf medis. 3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah sakit yang
termasuk dalam kategori khusus. 4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
Universitas Sumatera Utara
21 di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional. 5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosis dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus-
menerus pengggunaan obat secara rasional. 6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.
2.2.3 Formularium Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197MenKesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
formularium adalah himpunan obat yang diterimadisetujui oleh Komite Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas
waktu yang ditentukan. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium
digunakan oleh staf medis, dilain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap obat yang ada di pasaran dengan lebih
mempertimbangkan kesehatan pasien.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit