f. Siswa semakin mampu memahami dan menerima dirinya sendiri.
3. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal
Tahapan-tahapan dalam bimbingan menurut Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMP Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kerja Kependidikan 2016 dijelaskan sebagai berikut:
a. Prabimbingan
1 Menyusun RPL
2 Pembentukan Kelompok
b. Pelaksanaan
1 Pembukaan
a Menciptakan suasana saling mengenal, rileks, dan hangat.
b Menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan.
c Menjelaskan peran masing-masing anggota dan pembimbing
dalam proses pelaksanaan bimbingan. d
Menjelaskan aturan-aturan yang ada selama proses bimbingan berlangsung.
e Memotivasi anggota untuk saling terbuka satu sama lain.
f Memotivasi anggota agar mampu mengungkapkan harapan-
harapannya dan mampu merumuskan niat bersama. 2
Transisi a
Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kecil yang melibatkan semua anggota.
b Mengulang kembali tujuan dan kesepakatan bersama.
c Memotivasi anggota agar mampu terlibat aktif dalam
pelaksanaan. d
Mengingatkan anggota bahwa kegiatan akan segera masuk kegiatan inti.
3 Inti
a Membantu siswa untuk mampu mengungkapkan topik yang perlu
dibahas. b
Menetapkan topik untuk diintervensi bersama. c
Mendorong semua anggota agar mampu terlibat aktif. d
Mengulas kembali secara singkat hasil yang telah dicapai dari pertemuan sebelumnya.
4 Penutup
a Mengungkapkan kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap
anggota. b
Merangkum hasil dari kegiatan. c
Menyampaikan kegiatan lanjutan d
Menyampaikan bahwa kegiatan akan segera berakhir. e
Menyampaikan pesan serta harapan setelah diberikan bimbingan. c.
Pasca Bimbingan 1
Melakukan evaluasi perubahan yang dicapai. 2
Menetapkan tindak lanjut dari kegiatan. 3
Menyusun laporan bimbingan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D.
Pendekatan
Experiential Learning
1. Pengertian
Experiential Learning
Experiential learning
adalah suatu pendekatan didalam pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika yang efektif bagi
perkembangan individu yang terlibat. Dikatakan efektif ketika mampu menghadirkan suasana jiwa yang diantara peserta yang terlibat,
meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif, meningkatkan minat atau gairah untuk semakin terlibat dalam proses, memungkinkan
terjadinya katarsis, dan meningkatkan kemampuan sosialnya Prayitno, dkk, 1998:90.
Kolb mengatakan
experiential learning: experience as tha source of
learning and developmentā dalam pernyataan tersebut terdapat makna bahwa pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik berperan aktif selama
dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan tersebut.
Experiential learning
adalah suatu proses siswa membangun dan menyusun ketrampilan dan nilai langsung. Sehingga dapat diartikan bahwa
experiential learning
memfokuskan pada pengalaman yang dialami individu selama kegiatan. Pengalaman individu selama mengikuti kegiatan
tersebut merupakan proses belajar yang mengalami perubahan, agar mampu meningkatkan efektivitas hasil belajar individu.
2. Proses