Aspek-aspek Konsep Diri Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif

Konsep diri rendah sebagai sinonim dari konsep diri negatif. konsep diri rendah menunjukan adanya evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan tiadanya perasaan menghargai pribadi dan penerimaan diri.

3. Aspek-aspek Konsep Diri

Agustiani 2006 membagi konsep diri ke dalam beberapa aspek seperti berikut ini: a. Aspek fisik Aspek fisik disini meliputi bagaimana persepsi seseorang terhadap keadaan fisiknya seperti penampilan dirinya cantik, ganteng, jelek, menarik, tidak menarik dan keadaan tubuhnya seperti tinggi, pendek, gemuk, kurus. Sehingga membentuk persepsi masing-masing orang yang jika persepsinya negatif maka seseorang memandang dirinya menjadi hal yang buruk, dan begitu juga sebaliknya. b. Aspek psikologis Aspek ini meliputi penilaian mengenai psikisnya seperti perasaannya atau persepsinya tentang keadaan pribadinya. Hal ini dipengaruhi oleh sebagaimana puas seseorang puas terhadap pribadinya. Termasuk label-label yang dikenakan pada dirinya bukan hanya menggambarkan tentang dirinya, tapi juga dengan nilai-nilainya seperti harga diri dan kepercayaan dirinya. c. Aspek sosial Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Aspek tersebut seperti perasaan diterima dan dihargai dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang tidak dapat mengatakan dirinya memiliki pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain yang menunjukan bahwa ia memang memiliki pribadi baik. d. Aspek moral Aspek ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Bagaimana seseorang memandang dirinya berdasarkan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan etika yang seharusnya. Aspek tersebut menyangkut hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif

Konsep diri seseorang bergerak kearah negatif dan positif Burns, 1993. Dengan respon yang didapat dari orang lain mengenai dirinya terutama orang tua. Respon yang dimaksud adalah persepsi dari orang tua dan orang terdekatnya dalam merespon seseorang. Jika seseorang diperlakukan baik, maka orang tersebut akan meniru untuk melakukan baik pula. Namun jika selama masa perkembangannya seseorang diperlakukan buruk, maka seseorang tersebut akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Burns 1993 seseorang yang memiliki konsep diri positif yaitu seseorang yang mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsip- prinsip yang sebelumnya dipegang dengan teguh dan dipandang dari sudut pengalaman baru, tidak adanya kekawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan permasalahannya seperti kegagalan-kegagalan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mampu menerima diri sebagai seorang pribadi yang sama berharganya dengan orang lain meskipun adanya perbedaan dari setiap pribadi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Susana Tim Familya, 2006, apabila seseorang memiliki konsep diri positif, maka akan memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, segala perilakunya tertuju pada keberhasilan. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif ia akan berjuang dan tidak mudah putus asa untuk selalu mewujudkan konsep dirinya seperti anak merasa pandai, maka ia akan membuktikan keyakinannya tersebut. Menurut Arini Tim Familya, 2006, seseorang yang memiliki konsep diri positif yakni ketika menghadapi kegagalan akan bersikap lebih positif, menerima diri apa adanya, bersikap optimis, realistis, dan menilai kelebihan dan kekurangannya secara positif. Berdasarkan penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja yang memiliki konsep diri positif yaitu: a. Cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap oran lain. b. Memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi untuk menyelesaikan permasalahannya bahkan ketika menghadapi kegagalan. c. Mampu menerima diri dan memandang sekitarnya sebagai tempat yang menyenankan. Mereka memiliki kemampuan memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dan tidak memiliki kekawatiran terhadap masa lalu dan masa depan. d. Mampu menilai kekurangan dan kelebihannya secara positif. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Orang lain Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain tentang dirinya. Biasanya hal tersebut dipengaruhi oleh orang-orang yang sangat penting bagi dirinya seperti orang tua dan saudaranya. Orang-orang tersebut biasanya disebut significant others.Significant others adalah orang tua dan saudaranya.Dari orang- orang tersebutlah seseorang membentuk konsep dirinya khususnya waktu masih anak-anak. Jika sudah dewasa, individu yang bersangkutan akan menghimpun semua penilaian orang-orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut generalized others, yakni pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan pandangan orang lain terhadap dirinya. b. Kelompok Acuan Setiap orang adalah anggota masyarakat dan setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantaranya kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seseorang. c. Penyikapan Diri Devito Hutagalung, 2007 mendefinisikan self disclosure sebagai bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri sendiri yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan pada orang lain. Penyikapan ini terjadi bila individu secara sukarela mencerminkan mengenai dirinya pada orang lain, sehingga orang tersebut menjadi senang karena mendapat informasi langsung dari yang bersangkutan. Devito juga membedakan penyikapan diri atas lima dimensi, yaitu: 1 Ukuran penyikapan diri; 2 Valensi penyikapan diri; 3 Kecermatan dan kejujuran; 4 Tujuan dan maksud; 5 Keintiman.

B. Perkembangan Remaja

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter bertanggung jawab.

0 0 193

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial

0 3 164

Efektivitas pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

1 2 197

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 156