dilepaskan. Pendidikan seharusnya dibalut dengan nilai-nilai agama sehingga tujuan utama dalam pendidikan sebagai hamba Allah dapat terlaksana.
4. Pendidikan yang Universal
Universal artinya”bersikap umum, mencakup secara keseluruhan.
64
Pendidikan yang Universal dalam konsep Mohmmad Natsir yakni Pendidikan secara menyeluruh mencakup berbagai jenis disiplin Ilmu, baik ilmu-ilmu yang
bercorak keagamaan maupun ilmu pengetahuan yang berciri khas Sains dan Tekhnologi, dan tanpa ada diskriminasi terhadap jenis ilmu dan pendidikan.
Berikut ini penulis paparkan pendapat beliau mengenai pentingnya Pendidikan yang universal dalam berbangsa dan bernegara.
Konsep Mohammad Natsir tentang Pendidikan yang universal berawal dari pandangannya yang Integral terhadap kehidupan, bahwa antara kehidupan
dunia dan akhirat tidak boleh dipisahkan, kedua-duanya saling berkaitan. Sebagaimana Abudin Nata menyatakan
: “Pandangan Natsir tentang Islam yang Integral antara Dunia dan Akhirat tersebut selanjutnya memengaruhi
pandangannya tentang integrasi pendidikan agama dan pendidikan umum yang selanjutnya mengarah pada penghapusan dikotomi antara keduanya.”
65
Dalam catatannya Natsir menyatakan: Ialah bahwa kemunduran dan kemadjuan itu, tidak bergantung kepada
ketimuran dan kebaratan, tidak bergantung kepada putih, kuning atau hitamnja warna kulit, tetapi bergantung kepada ada atau tidaknja sifat-sifat dan bibit-bibit
kesanggupan dalam salah satu umat, jang mendjadikan mereka lajak atau tidaknja menduduki tempat jang mulia diatas dunia ini.
66
Lebih lanjut beliau menyatakan: Apakah jang sematjam itu sematjam didikan ke-
“barat’-an atau ke- “timur”-an namanja, tidak menjadi soal. Timur kepunjaan Allah, Baratpun
kepunjaan Allah Djua. Sebagai machluk jang bersifat “hadits” baharu kedua-
64
Pius A partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkaloka, 1994, h. 768
65
Abudin Nata, Op.cit, h. 88
66
D.P. Sati Alimin ed., Capita Jilid 1,Op.cit. h. 78
duanja, Barat dan timur mempunjai hal yang kurang baik dan jang baik, mengandung beberapa kelebihan dan beberapa keburukan.
67
Untuk para pendidik Islam beliau menyatakan: “Seorang pendidik
Islam tidak usah memperdalam-dalam dan memperbesar-besarkan antagonisme pertentangan antara Barat dengan timur itu. Islam hanja mengenal antagonisme
antara hak dan batil. Semua jang hak akan ia terima, biarpun datangnnja dari “Barat”, semua jang batil akan ia singkirkan, walaupun datangnja dari “Timur”.
68
Dari beberapa
pernyataan-pernyataan diatas,
maka dapatlah
disimpulkan bahwa dalam Pendidikan khususnya Pendidikan dalam Islam seyogyanya tidak membeda-bedakan ini pendidikan timur atau barat, ini
pendidikan agama atau umum, tetapi pendidikan dalam Islam hendaknya merupakan suatu pendidikan yang mencakup secara keseluruhan darimanapun
asalnya selama tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Dalam Islam hanya ada dua pilihan yaitu batil dan haq. tinggalkan yang batil walaupun itu dari timur, dan
ambil yang haq walaupun itu dari barat. Pemikiran Natsir dalam hal ini sesuai dengan surat al-Ghasiyah ayat 17
– 20. Yaitu:
17 Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan. 18 Dan langit bagaimana ditinggikan? 19 Dan gunung-gunung
bagaimana ditegakkan? 20 Dan bumi bagaimana dihamparkan.Qs. Al- Ghasiyah: 17
– 20 Maksud dari ayat diatas, sebagaimana disebutkan dalam kitab tafsir
“Al-Qur’an dan Tafsirnya” disebutkan: “Allah menyuruh mereka memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaannya yang ada di Langit dan di Bumi seperti
meneliti keadaan unta, binatang peliharaan mereka dan lain-lain. Demikian pula
67
Ibid, h. 84
68
Ibid, h. 84-85
mereka disuruh memperhatikan gunung-gunung yang dapat dijadikan petunjuk dalam melakukan perjalanan.
69
Dari tafsir ayat diatas, bisa dipahami dan disimpulkan bahwa pendidikan Islam itu mencakup segala aspek bidang kehidupan, yaitu sesuatu
yang bermanfaat dalam membantu kehidupan ummat manusia untuk beribadah dan menambah keyakinan akan keesaan dan kekuasaan Allah Swt. Jadi inilah
makna dari pendidikan universal menurut Mohammad Natsir.
5. Konsep Ilmu dan orang berilmu dalam pendidikan
Mengenai konsep Ilmu, Mohammad Natsir mengutif surat Al-
“Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama, sungguh Allah maha bijaksana, maha
pengampun. Qs. Fathir: 28 Menurut Mohammad Natsir, “Ayat ini menjelaskan bahwa Ilmu, ialah
satu sjarat jang terpenting untuk mendjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya. Hamba Allah ialah orang jang ditinggikan Allah deradjatnja, sebagai pemimpin
untuk manusia. Mereka menurut perintah Allah, dan berbuat baik kepada sesama machluk
, lagi menunaikan ibadah kepad Tuhannja.”
70
Se lanjutnya beliau menyatakan: “Agama Islam mewadjibkan tiap-tiap
pemeluknja, lelaki dan perempuan menuntut ilmu dan menghormati mereka jang mempunjai ilmu.”
71
Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka bisa disimpulkan, bahwa Pandangan Mohammad Natsir tentang Ilmu adalah bahwa Ilmu merupakan suatu
pokok utama untuk menjadi hamba Allah sehingga semestinya orang yang berilmu hamba Allah tersebut haruslah dihormati karena dengan Ilmunya ia
menjadi seorang yang bertakwa kepada Allah dan menjadi pemimpin, panutan, dan pencerah untuk masyarakat, orang tidak mungkin menjadi hamba Allah dalam
69
Dahlan , Zaini, dkk. “Al-Qur’an dan Tafsirnya Yogyakarta: UII, 1995, cet. 1 h. 687
70
D.P. Sati Alimin ed., Capita Jilid 1,Op.cit. h. 82-83
71
Ibid, h. 147