mereka disuruh memperhatikan gunung-gunung yang dapat dijadikan petunjuk dalam melakukan perjalanan.
69
Dari tafsir ayat diatas, bisa dipahami dan disimpulkan bahwa pendidikan Islam itu mencakup segala aspek bidang kehidupan, yaitu sesuatu
yang bermanfaat dalam membantu kehidupan ummat manusia untuk beribadah dan menambah keyakinan akan keesaan dan kekuasaan Allah Swt. Jadi inilah
makna dari pendidikan universal menurut Mohammad Natsir.
5. Konsep Ilmu dan orang berilmu dalam pendidikan
Mengenai konsep Ilmu, Mohammad Natsir mengutif surat Al-
“Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama, sungguh Allah maha bijaksana, maha
pengampun. Qs. Fathir: 28 Menurut Mohammad Natsir, “Ayat ini menjelaskan bahwa Ilmu, ialah
satu sjarat jang terpenting untuk mendjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya. Hamba Allah ialah orang jang ditinggikan Allah deradjatnja, sebagai pemimpin
untuk manusia. Mereka menurut perintah Allah, dan berbuat baik kepada sesama machluk
, lagi menunaikan ibadah kepad Tuhannja.”
70
Se lanjutnya beliau menyatakan: “Agama Islam mewadjibkan tiap-tiap
pemeluknja, lelaki dan perempuan menuntut ilmu dan menghormati mereka jang mempunjai ilmu.”
71
Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka bisa disimpulkan, bahwa Pandangan Mohammad Natsir tentang Ilmu adalah bahwa Ilmu merupakan suatu
pokok utama untuk menjadi hamba Allah sehingga semestinya orang yang berilmu hamba Allah tersebut haruslah dihormati karena dengan Ilmunya ia
menjadi seorang yang bertakwa kepada Allah dan menjadi pemimpin, panutan, dan pencerah untuk masyarakat, orang tidak mungkin menjadi hamba Allah dalam
69
Dahlan , Zaini, dkk. “Al-Qur’an dan Tafsirnya Yogyakarta: UII, 1995, cet. 1 h. 687
70
D.P. Sati Alimin ed., Capita Jilid 1,Op.cit. h. 82-83
71
Ibid, h. 147
hal yang diharapkan oleh Islam tanpa berilmu, maka dengan demikian menuntut Ilmu dalam Islam adalah suatu kewajiban bagi laki-laki ataupun perempuan.
6. Penguasaan Bahasa Asing
Menurut Mohammad Natsir, bahasa Asing sangat penting untuk dikuasai oleh suatu bangsa, namun demikian jangan pula memandang remeh
bahasa sendiri, karena bahasa sendiri merupakan tulang punggung kultur suatu bangsa. Artinya kita mengetahui bahasa luar tapi kita juga harus lebih mengetahui
bahasa ibunya sendiri. Berikut ini penulis paparkan pernyataan Mohammad Natsir mengenai
pentingnya penguasaan bahasa asing, Yaitu: Kemadjuan berfikir, bergantung sangat kepada keluasan medan jang
mungkin dikuasai oleh bahasa jang dipakai. Dan apabila satu bahasa seperti bahasa Indonesia masih berada pada tingkat seperti sekarang, dan belum
pula tjukup kekajaannja untuk mengutarakan bermatjam-matjam pengertian jang ma’nawi, maka bahasa itu sendiri akan mendjadi kurungan jang
membatasi ruang gerak kita dalam menudju ketjerdasan umum yang lebih luas.
72
Selanjutnya beliau menambahkan: Bagi kita untuk perhubungan kebudajaan ini, amat perlulah bahasa jang
amat lengkap dan lebih luas daerahnja dari daerah bahasa kita sendiri. Oleh karena itu “disamping bahasa-ibu kita” sendiri, adalah bahasa “asing” jang
lebih luas dan lebih kaja, jang dapat memperhubungkan kita dengan negeri luar, mendjadi satu rukun jang tak boleh tidak bagi kemadjuan dan
ketjerdasan kita.
73
Dari pernyataan-pernyataan diatas, kita bisa memahami bahwa Mohammad Natsir memandang perlu penguasaan bahasa asing untuk kemajuan
suatu bangsa. Karena dengan bahasa asing kita akan mampu memperhubungkan diri dengan bangsa lain dan disitu kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang
tidak ada di dalam bangsa kita. Di indonesia, bahasa Asing yang dominan adalah Bahasa Arab, Belanda
dan bahasa Inggris. Dari ketiga bahasa tersebut, dalam masa-masa sekarang akhir abada ke 20 dan awal abad ke 21 bahasa Belanda menjadi kurang peminat
72
Ibid, h. 131
73
Ibid, h. 132
maupun peranannya dalam masyarakat. Sementara bahasa Arab dan Inggris masih banyak ditemui dihampir semua lapisan masyarakat.
Sebelum bahasa Belanda menjadi bahasa pembawa ketjerdasan itu, sudah terlebih dulu bahasa Arab mendjadi satu-satunja pembuluh kebudjajaan
bagi kita anak Indonesia
74
Khusus untuk bahasa Arab memang suatu hal yang penting sekali peranannya dalam Pendidikan Islam, karena bahasa Arab sejak awal-awal
perkembangannya merupakan bahasa persatuan bagi kaum Muslimin, bahasa Arab adalah bahasa Al-
Qur’an. Maka akan sulitlah bagi kaum Muslimin jika bahasa Arab ini ditinggalkan. Dengan demikian Muhammad Natsir menegaskan
bahwa: “Besar kerugian dan kerusakan jang menimpa kita apabila bahasa ini
Arab kita abaikan dan kita kesampingkan.
75
Mengenai besarnya jasa bahasa Arab dalam mencerdaskan bangsa Indonesia, Muhammad Natsir menyatakan sebabagai berikut:
Melihatlah disekeliling tuan, perhatikanlah ketjerdasan bangsa kita sekarang ini Selidikilah, djangan di-kota jang besar-besar sadja akan tetapi
masuklah kekampung dan desa-desa, disitu tuan akan mendapat gambaran, bagaimana besar djasanja bahasa Arab ini bagi ketjerdasan bangsa kita.
Belum ditilik lagi dari djurusan keagamaan, akan tetapi baru dari jurusan ketjerdasan umum.
76
Lebih lanjut beliau me nyatakan: “Bahasa inilah jang telah masuk
kedalam lingkungan bangsa dan dunia anak Indonesia jang telah menimbulkan sumber ketjerdasan jang bertebaran dikepulauan kita ini.
”
77
Dari beberapa keterangan dan pernyataan diatas, dapalah disimpulkan bahwa penguasaan terhadap bahasa asing dalam pendidikan, khususnya
pendidikan Islam adalah merupakan suatu kepentingan yang tidak bisa ditawar lagi, mutlak keharusannya. Dan hal itu telah terbukti, bahwa meleknya bangsa
74
Ibid, h. 132
75
Ibid, h. 135
76
Ibid, h. 133
77
Ibid, h. 134