Kebebasan Berpikir Sebagai Tradisi Ilmu

harus pula mempunjai garis dan rentjana tertentu pula dalam ragam ilmu dan tehnik peladjaranja ”. 89 Pandangan Mohammad Natsir dalam hal ini sama dengan pandangan Syed M. Naquib Al-Latas, sebagaiman dikemukakan oleh Wan mohd nor wan daud berikut ini:masyarakat terdiri dari individu, melahirkan seseorang akan melahirkan masyarakat yang baik. Pendidikan adalah struktur masyarakat. 90 Dari pernyataan di atas, dapatlah dipahami, bahwa pendidikan itu haruslah bertolak ukur dari sejauh mana kebutuhan masyarakat setempat, karena pendidikan adalah bagian dari pada masyarakat. Masyarakat bisa mengambil banyak manfaat dari pendidikan tersebut, dan sebaliknya pendidikan pun akan berkembang karena adanya dukungan dari masyarakat, jadi sama-sama saling menguntungkan dan saling membutuhkan.

B. Kerakteristik Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Pemikiran Mohammad Natsir

Mohammad Natsir secara maksimal telah berupaya menyampaikan ide- ide pemikirannya dalam membangun kesadaran ummat Islam, khususnya ummat Islam di Indonesia. Dilihat dari sejarah perjalanan hidupnya, maka jelas sekali, Mohammad Natsir telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk kepentingan perjuangan dakwah Islam. Sebelum Indonesia merdeka, Mohammad Natsir aktif sebagai seorang pendidik sekaligus aktivis dalam berbagai pergerakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah merdeka, Mohammad Natsir aktif di bidang politik. Ia berusaha berdakwah dan menanamkan ide-ide ajaran syari’at Islam di pemerintahan. Setelah beliau tidak bisa lagi berpolitik, Mohammad Natsir berdakwah di masyarakat secara luas dan mampu menyadarkan banyak masyarakat Indonesia baik dari segi sosial maupun spiritual. Salah satu bidang dakwah Mohammad Natsir adalah bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan ini nampaknya Mohammad Natsir mempunyai teori yang utuh, yakni berbagai konsep dan gagasan pemikiran 89 Ibid, h. 106 90 Wan Daud, Wan Mohd. Nor. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Latas, Bandung: Mijan, 2003 cet. 1, h. 189 tentang pendidikan Islam modern yang mampu mengimbangi perkembangan jaman. Kerakteristik dari konsep pemikiran pendidikan Islam modern Mohammad Natsir adalah Pendidikan berdasarkan konsep ketuhanan namun bersifat universal. artinya pendidikan yang tetap berpijak pada ajaran Islam secara utuh namun mampu menempatkan diri dalam tatanan dunia modern global dalam rangka menjawab sekularisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin mejauhkan kehidupan umat manusia dari agama. Konsep pendidikan modern yang berdasarkan pada ketuhanan dalam pemikiran Mohammad Natsir ini ditinjau dari isi teorinya bisa dipahami bahwa ini merupakan suatu reformasi pemikiran pendidikan Islam, khususnya khususnya di bidang kurikulum dan metode pendidikan. Pendidikan modern berdasarkan ketuhanan ini maksudnya yaitu pendidikan berlandaskan keimanan kepada Allah swt. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad „Athiyah al-Abrasy, sebagaimana telah dikutif oleh abdurrahman Assegaf al-Abrasy menyatakan: “Iman sebagai landasan utama dalam Pendidikan Islam, iman adalah perasaan pesikologis manusia terhadap sang penciptanya dan yang menciptakan Islam. Berpegang teguh pada iman kepada Allah, keesaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya merupakan landasan Islam dan merupakan rahasia kekuatan Islam”. 91 Kurikulum pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir harus bersifat menyeluruh dalam bidang-bidang disiplin ilmunya. Kurikulum pendidikan Islam tidak cukup hanya dengan mengandalkan ilmu-ilmu di bidang fiqh, aqidah, dan akhlak saja, karena tantangan terhadap agama di dunia modern ini beragam macamnya dan semakin kuat menggiring umat manusia kepada kehidupan yang sekuler yang berakhir pada sikap anti Tuhan atheis. Oleh sebab itu maka menurut Mohammad Natsir dalam kurikulum pendidikan Islam sangat perlu ditambahkan bidang ilmu-ilmu yang lainnya, seperti ilmu Sains dan teknologi, 91 Abd Rachman Assegaf. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Cet. 1, h. 199 ilmu kedokteran, ilmu bahasa penguasaan bahasa asing, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pemikiran Mohammad Natsir dalam Pendidikan Islam Modern ini sejalan dengan pemikiran Abdurrahman an-Nahlawi. Ia menyatakan: “seluruh alam adalah milik Allah. Atas dasar ini maka seluruh ilmu duniawi berubah menjadi salah satu faktor pembinaan jiwa insani secara rabbani melalui pendidikan islami yang bertopang kukuh pada dasar-dasarnya. Keterpaduan kurikulum seperti itu tidak lagi memecah dan memisah-misah mana ilmu agama dan man a ilmu dunia”. 92 Selanjutnya an- Nahlawi berpendapat bahwa: “Mempelajari ilmu-ilmu kealaman dimaksudkan tidak lain agar manusia memanfaatkan apa-apa yang telah diperuntukan Allah, baik yang ada di daratan, lautan, maupun di udara, seperti berbagai kekuatan angin, air, pertanian, dan pertambangan. Disamping itu agar manusia bersyukur kepada Allah atas semua itu, dan menyucikan-Nya sambil merasakan keagungan-Nya. Ilmu sosial menunjukan kepada manusia sunnah- sunnah Allah, mengikatkan manusia kepada ajaran Islam, serta menyadarkan kepada ummat Islam untuk menjadi tentara Allah, pembela agama dan Rasul- Nya”. 93 Dilihat dari banyaknya bidang ilmu yang harus masuk dalam kurikulum pendidikan Islam, dan tidak mungkin semua orang menguasai seluruh bidang- bidang ilmu tersebut, maka dalam gagasan pendidikannya ini Mohammad Natsir menjadikan ilmu aqidah dan akhlak beserta sebagian ilmu fiqih sebagai landasan dasar dari ilmu-ilmu yang lain. Artinya setiap orang yang berusaha memperdalam bidang ilmu-ilmu tertentu seperti ilmu sains dan sosial sebagaimana di atas telah disebutkan, diharuskan memahami terlebih dahulu ilmu-ilmu akhlak, aqidah, dan sebagian ilmu fiqih, sehingga ilmu apapun yang oleh seorang muslim dipelajari, tidak akan membawa dirinya menyimpang dari tujuan akhir pendidikan Islam, yakni menjadi hamba Allah yang beriman. Hal ini bisa dipahami dari konsep 92 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam Terj. Dari Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Asalibuha. oleh Drs. Hery Noer Aly, Bandung: CV. Dipenegoro, 1992, cet. 2, h. 275. 93 Ibid, h. 281 pendidikannya sebagaimana penulis telah kemukakan di atas, yaitu Tauhid sebagai asas pendidikan dan pendidikan berdasarkan nilai agama. Begitu pula dengan metode pendidikan, Mohammad Natsir berpendapat bahwa metode pendidikan dalam Islam harus bersifat dinamis, yakni mengikuti perkembangan jaman. Karena dari masa ke masa pola berpikir dan berperilaku umat manusia selalu berubah-ubah, dan tentunya dengan syarat motode tersebut tidak bertentangan dengan pokok dasar ajaran Islam. Hal ini bisa dipahami dari gagasannya tentang penguasaan bahasa asing, kebebasan berpikir sebagai tradisi ilmu, dan hubungan pendidikan dan masyarakat. Pemikiran Mohammad Natsir sesuai pula dengan pendapat KH. Abdullah Syukri Zarkasy, MA. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Ia berpendapa t: “Integrasi atau Perpaduan antara keilmuan umum dengan keilmuan agama Islam ini diharapkan dapat menjembatani antara kedua sistem tersebut. Sehingga keduanya dapat berperan saling melengkapi. Dalam hal ini, para pendiri pondok sering mengatakan bahwa tujuan pendidikan Gontor adalah mencetak ulama yang intlek ”. 94 Dalam realitas pendidikan Islam sekarang abad ke 20 hingga awal abad ke 21 khususnya di Indonesia banyak bermunculan pesantren dan sekolah- sekolah Islam yang mengintegrasikan kurikulumnya antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan pendidikan di Madrasah-Madrasah dan pondok pesantren modern seperti Pondok pesantren Gontor, dan pondok pesantren lainnya, juga Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang semuanya memadukan kurikulum keilmuan berbasis agama dan kurikulum keilmuan umum. Hal ini bisa dipastikan adalah hasil perjuangan para pakar pendidikan seperti Mohammad Natsir dan tokoh lainnya dan diteruskan oleh para murid-murid dan pengikutnya sampai sekarang. 94 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Cet. 1, h. 112