Industri furnitur Model pengembangan agroindustri karet alam terintegrasi

99 Kondisi ini memunculkan wacana agar izin pendirian pabrik karet remah dihentikan. Rata-rata intensitas persaingan usaha pabrik karet adalah tinggi.

c. Industri kayu gergajian

Kekuatan yang tergolong T-ST adalah kekuatan pembeli. Melimpahnya sumberdaya dan bahan baku kayu memungkinkan pihak lain untuk mengolah kayu-kayu yang dihasilkan sehingga membuka kesempatan bagi pembeli untuk memilih bahan dengan kuantitas dan kualitas sesuai kebutuhan atau sesuai dengan anggaran yang tersedia. Kondisi di lokasi saat ini berdasarkan data dari pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barito Utara, semua usaha sawmill telah bubar karena kekurangan pasokan bahan baku dari kayu hasil hutan, regulasi yang ketat dan biaya operasional yang tinggi khususnya harga bahan baku. Kondisi ini sebenarnya merupakan peluang bagi para petani karet melalui kegiatan peremajaan untuk memasok bahan baku kayu. Kayu karet sampai saat masih dianggap sebagai limbah perkebunan, pengawasannya relatif longgar dan pemanfaatannya tidak memerlukan izin yang rumit. Intensitas persaingan rata- rata adalah Tinggi.

d. Industri furnitur

Ada tiga kekuatan yang tergolong Tinggi yaitu pemasok, pembeli dan pendatang baru. Sementara ancaman produk substitusi dan persaingan antar perusahaan tergolong Sedang S. Seperti juga pada usaha kayu olahan, halangan masuk untuk pemasok relatif longgar karena teknologi yang diperlukan untuk usaha ini tergolong sederhana, modal relatif kecil dan kebutuhan SDM juga tidak memerlukan syarat pengetahuan atau ketrampilan khusus. Pembeli memiliki kekuatan karena memiliki informasi dan pilihan serta akses ke beberapa sentra industri furnitur ke kabupaten terdekat seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan. Ancaman pemasok terkait dengan tingginya permintaan bahan baku kayu dari luar daerah dan kelangkaan kayu hutan akibat regulasi dan ketatnya pengawasan terhadap praktek pembalakan liar. Penelitian Parlinah 2010 tentang rantai nilai mebel di Jepara menunjukkan bahwa rantai nilai mebel bersifat buyer-driven. Petani dan pengrajin masih menempati posisi sebagai price- 100 taker dalam penjualan produk akibat informasi yang asimetris. Intensitas persaingan rata-rata antara Tinggi hingga Sangat Tinggi. Tingginya intensitas persaingan di unit-unit usaha agroindustri berbasis karet maupun kayu mengharuskan adanya strategi integrasi vertikal maupun horizontal untuk memenangkan persaingan. Integrasi vertikal dapat dilakukan dalam bentuk integrasi ke sumber bahan baku, serta pemusatan lokasi industri aglomerasi, agropolitan atau agroestat untuk menyatukan sumberdaya dan pangsa tenaga kerja. Pilihan integrasi kelembagaanpelaku bisa dilakukan secara internal maupun eksternal atau terintegrasi secara penuh Behesthi et al., 2009; Flynn et al., 2010. Integrasi juga bisa dilakukan pada sebagian atau seluruh proses tergantung pada dukungan SDM, bahan baku dan teknologi atau permintaan pelanggan Vorst et al., 2007 dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan Marrone et al., 2011. Pilihan alternatif integrasi untuk agroindustri berbasis karet dapat dilakukan melalui kemitraan antara petani, industri karet remah dan pemerintah daerah. Petani di samping sebagai pemasok bahan baku bokar untuk pabrik karet remah juga punya peluang untuk memiliki sebagian saham dalam agroindustri seperti dikemukakan oleh Haris 2006 dan Esham 2009. Untuk integrasi vertikal agroindustri berbasis kayu karet dapat dipilih beberapa level integrasi yaitu: peremajaan – industri kayu gergajian, industri kayu gergajian – industri furnitur, atau integrasi total dari peremajaan – industri gergajian – industri furnitur. Dari berbagai skenario tahaplevel integrasi dengan asumsi yang sama ini dapat dinilai level integrasi mana yang paling mungkin dilakukan dan paling menguntungkan dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan modal, sumberdaya manusia, teknologi, bahan baku dan pasar. Selain kelima kekuatan di atas masih ada kekuatan lain yakni pemerintah yang dapat mempengaruhi dan mengubah kelima kekuatan tersebut melalui sejumlah regulasi. Di Indonesia ada UU No. 51999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang pelaksanaannya diawasi oleh KPPU. Kebijakan anti monopoli antitrust bahkan sudah berlaku di Amerika sejak tahun 1890 yang dikenal dengan Sherman Antitrust Act Hovenkamp, 2009; Owen, 2011. 101

6.7 Ketersediaan Bahan Baku