78 Sifat yang khas dari kayu karet adalah warnanya yang putih kekuningan ketika
baru dipotong, dan akan menjadi kuning pucat seperti warna jerami setelah dikeringkan. Selain warna yang menarik dan tekstur yang mirip dengan kayu
ramin dan perupuk yaitu halus dan rata, kayu karet sangat mudah diwarnai sehingga disukai dalam pembuatan mebel Boerhendhy et al., 2003. Mutu fibre
board asal kayu karet setara dengan kayu lapis yang berasal dari hutan alam Basuki dan Azwar, 1996.
Di China, kayu karet sering disebut “kayu gading”. Warnanya yang seragam, butiran kayunya yang indah, densitas sedang sekitar 0,6 gramcm
3
, tekstur homogen, sifat mekanis pengolahan yang baik, ukuran stabilitas yang baik,
ketahanan abrasi permukaan yang baik menjadikan kayu karet menjadi bahan baku berkualitas tinggi untuk furnitur, veneer untuk dekorasi, panel dan flooring.
Sementara kayu karet yang berukuran kecil digunakan untuk bahan particleboard, plywood dan MDF Kamaruzzaman and Yahy, 2008; Yisheng et al., 2008.
Ditinjau dari sifat fisis, mekanis, dan sifat dasar lainnya seperti warna dan tekstur kayu karet, ketersediaan bahan baku kayu karet pada perkebunan karet,
dan berkembangnya teknologi pengolahan dan pengawetan kayu karet akhir-akhir ini, sangat memungkinkan kayu karet dapat dimanfaatkan sebagai substitusi kayu
alam, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan.
5.3 Permasalahan Pemanfaatan Kayu Karet
Menurut Boerhendhy dan Agustina 2006 pemanfaatan kayu karet belum berjalan optimal karena beberapa kendala, diantaranya:
1. Sebagian besar lokasi kebun karet rakyat terletak di wilayah yang tidak
mempunyai akses jalan. Untuk mengeluarkan kayu dari kebun diperlukan biaya cukup besar sehingga penjualan kayu karet menjadi tidak ekonomis.
2. Rendemen yang rendah disebabkan diameter kayu karet yang kecil karena
bahan tanam yang digunakan sebagian masih berasal dari seedling dan rusaknya bidang sadap akibat penyadapan yang salah, sehingga pada bagian
ini menimbulkan bercak yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kayu olahan. 3.
Suplai kayu karet terbatas pada musim-musim tertentu yaitu pada saat musim pembukaan lahan. Pada saat itu persediaan kayu karet cukup banyak
sehingga tidak dapat ditampung oleh pabrik karena kapasitas pabrik yang
79 terbatas, sedangkan kayu karet setelah ditebang tidak dapat disimpan lama.
Sebaliknya, di luar musim peremajaan ketersediaan kayu karet terbatas sehingga kapasitas terpasang pabrik menjadi tidak terpenuhi.
4. Tidak semua sentra karet di tingkat kabupaten memiliki industri pengolahan
kayu karet, akibatnya jarak antara lokasi kebun dengan pabrik relatif jauh sehingga kayu karet menjadi tidak ekonomis.
Untuk meningkatkan pemanfaatan kayu karet perlu dilakukan berbagai upaya sebagai berikut Daslin dan Anas, 2003; Boerhendy dan Agustina, 2006:
1. Meningkatkan rendemen kayu karet dengan menerapkan sistem penyadapan
yang tidak melukai kayu, serta menggunakan bahan tanaman unggul yang memiliki pertumbuhan cepat, batang lurus, dan produktivitas tinggi.
2. Klon penghasil lateks dan kayu yang dapat dikembangkan adalah seperti yang
disajikan pada Tabel 5.3. Klon-klon tersebut memiliki potensi hasil karet kering yang cukup tinggi yaitu 1.609−2.195 kghatahun. Kayu karet
memiliki rasio penyusutan tangensial terhadap radial yang rendah sehingga mempunyai kestabilan dimensi kayu yang baik.
Tabel 5.3. Karakteristik klon penghasil lateks – kayu anjuran 2006 – 2010
Klon Produksi
kgha Pertumbuhan
TBM TM
BPM 1 PB 330
PB 340 RRIC 100
AVROS 2037 IRR 5
IRR 32 IRR 39
IRR 42 IRR 112
IRR 118 1.945
1.774 2.180
1.997 1.993
1.609 1.644
1.640 1.989
2.195 2.011
Cepat Sangat Cepat
Sangat Cepat Sangat Cepat
Sangat Cepat Sangat Cepat
Cepat Sangat Cepat
Sangat Cepat Cepat
Sangat Cepat Sangat Cepat
Cepat Sedang
Cepat Cepat
Cepat Cepat
Sangat Cepat Cepat
Cepat Cepat
Sumber: Balai Penelitian Sembawa 2006 3.
Dalam penanaman ulang, petani dianjurkan menanam karet dalam satu hamparan dan dilengkapi dengan akses jalan yang dapat dilewati oleh truk
untuk memudahkan pengangkutan kayu pada saat peremajaan. 4.
Pembangunan industri pengolahan kayu karet perlu diawali dengan identifikasi potensi kayu karet di sekitarnya, sehingga kapasitas terpasang
80 pabrik dapat terpenuhi dari bahan baku yang tersedia di sekitar pabrik. Pola
kemitraan antara industri pengolahan dan petani juga dapat menjamin ketersediaan kayu karet melalui pengaturan waktu peremajaan.
5. Diperlukan dukungan pemerintah dalam pemanfaatan kayu karet misalnya
melalui kemudahan perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan kayu karet.
81
6 DISAIN MODEL PENGEMBANGAN 6.1
Analisis Kebutuhan
Tahap awal dari pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan masing-masing pelaku yang terlibat
dalam kegiatan Eriyatno, 1999. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan
yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon
yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil survei, pendapat ahli diskusi, dan observasi lapang
Marimin, 2005. Analisis kebutuhan adalah keterlibatan dalam suatu komunitas guna menilai
kondisi, masalah dan kebutuhan saat ini dan memfasilitasi pengembangan tujuan dan strategi mengatasi masalah-masalah itu. Proses ini harus memberi batasan
yang jelas parameter bagaimana, kapan dan dimana masalah yang diidentifikasi. Tidak ada prosedur atau teknik khusus yang direkomedasikan yang berlaku umum
untuk melakukan analisis. Prinsipnya, proses ini selalu beranjak dari perpektif “solving problem” atau “meeting needs” Green at al., 2004; Priete et al., 2007.
Analisis kebutuhan ini biasanya berjalan bersama dengan analisis kebutuhan teknologi yang bertujuan untuk menilai kebutuhan yang teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan pengguna dalam proses transfer teknologi Kebede and Mulder, 2008. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi siapa saja
pemangku kepentingan yang terlibat dalam agroindustri karet alam. Identifikasi kebutuhan pelaku dilakukan melalui pengamatan langsung, wawancara dengan
instansi terkait, petani, tokoh masyarakat, pakar, pedagang dan pengelola pabrik karet. dan pengisian kuisioner. Kebutuhan pelaku disajikan pada Tabel 6.1.
82 Tabel 6.1. Kebutuhan para pelaku pengembangan agroindustri karet alam
No Pelaku
Kebutuhan 1
Petani Karet 1.
Kelangsungan usaha 2.
Harga bokar dan kayu karet tinggi 3.
Jaminan pasar 4.
Modal peremajaan karet tua 5.
Bimbingan dan pendampingan 6.
Ketersediaan input produksi dan teknologi dengan harga terjangkau
2 Industri Karet lateks kayu
1. Pinjaman modal investasi dan modal kerja dengan
bunga ringan 2.
Harga bahan baku lateks kayu rendah 3.
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas bahan baku 4.
Kelangsungan usaha 5.
Keuntungan yang layak 6.
Dukungan kebijakan, regulasi dan infrastruktur 3
Pedagang Bokar 1.
Kelangsungan usaha 2.
Marjin keuntungan tinggi 3.
Akses langsung terhadap petani maupun industri 4
Kelompok Tani Koperasi 1.
Kelangsungan usaha 2.
Bantuan sarana kelompok 3.
Bantuan modal usaha 4.
Kemudahan transaksi 5.
Kemudahan akses pasar dan dana 6.
Ketersediaan informasi harga, teknologi baru 7.
Dampingan dan pelatihan manajerial 5
Pemerintah Daerah 1.
Berkembangnya agroindustri karet 2.
Penciptaan lapangan kerja 3.
Kelestarian lingkungan 4.
Pengembangan ekonomi lokal 5.
Peningkatan PAD 6.
Investasi sektor swasta 6
Lembaga Pembiayaan 1.
Penyaluran dan pengembalian kredit lancar 2.
Iklim usaha yang sehat 3.
Perusahaan penjamin avalis 4.
Kelayakan usaha 7
Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi
1. Dukungan kebijakan, sarana dan fasilitas riset
2. Kemudahan akses terhadap petani dan industri
3. Kerjasama inovasi dan transfer teknologi dengan
pihak industri dan pemerintah 8
Pendamping Kelompok Tani 1.
Dukungan pelatihan teknis budidaya, perkreditan, pembinaan petani dan manajemen perkebunan
2. Dukungan kebijakan pemerintah
3. Dukungan lembaga penelitian dan universitas
4. Kemudahan akses terhadap informasi pasar dan
teknologi baru
83 6.2
Identifikasi sistem
Pengembangan agroindustri karet alam terintegrasi merupakan suatu sistem dengan karakteristik: kompleks karena melibatkan interaksi berbagai
elemen; dinamis dan probabilistik karena berubah berubah dari waktu ke waktu dan tidak pasti, baik dari sisi bahan baku, harga, pasar, persaingan kebijakan
pemerintah, isu-isu sosial, lingkungan dan lain-lain. Hubungan dan pengaruh antar elemen disajikan pada diagram lingkar sebab-akibat Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Diagram lingkar sebab-akibat Gambar 6.1 menggambarkan interaksi berbagai elemen. Pemerintah
daerah bersama lembaga dana dengan kebijakan dan regulasi memberikan subsidi dan insentif yang mendorong percepatan peremajaan kebun karet rakyat dan
+ Pemerintah
daerah
Lembaga dana Subsidi
insentif dana
Peremajaan Klon unggul
Bahan baku karet kayu
Agroindustri karet alam
terintegrasi
Lapangan kerja
Pencemaran lingkungan
Pengendalian pencemaran
Ekonomi lokal regional
Pendapatan kesejahteraan
petani Daya saing
produk Pasar ekspor
Kebijakan
Lembaga penelitian
PAD +
- +
+ +
+ +
+ +
+
+ +
+
+
- +
+
+ +
+
+ +
+
+
84 mengintrodusi klon-klon unggulan khususnya klon lateks-kayu seperti IRR-112
dan IRR-118. Kegiatan peremajaan akan menghasilkan karet dan lateks dalam jumlah yang cukup untuk bahan baku agroindustri karet alam. Peningkatan
produktivitas karet dan kayu akan berdampak positif pada pendapatan dan kesejahteraan para petani karet. Peningkatan pendapatan secara sinergis dengan
kehadiran agroindustri karet alam akan menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi lokalregional dan pendapatan asli daerah. Dan
peningkatan PAD juga akan berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal. Dampak lingkungan selalu menyertai kehadiran
industri karet berupa limbah cair, padat maupun gas. Di samping kebijakan dan regulasi, diperlukan juga insentif untuk menerapkan teknologi tepat guna dan
upaya pengendalian pencemaran lingkungan. Hasil identifikasi sistem selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk
diagram input-output seperti disajikan pada Gambar 6.2. Sistem agroindustri merupakan sistem terbuka dimana terjadi pertukaran energi dan informasi dengan
lingkungan. Input sistem terdiri dari input internal dan eksternal lingkungan. Manajemen pengendalian diperlukan sebagai umpan balik ketika muncul output
yang tidak dikehendaki.
Gambar 6.2. Diagram input-output
6.3 Formulasi permasalahan