98
a. Usaha tani karet
Pada unit usaha ini, ancaman kekuatan pembeli tergolong Tinggi-Sangat Tinggi T-ST. Kekuatan pembeli lebih dominan dalam penentuan harga bukan
karena praktek monopsoni ataupun oligopsoni, melainkan lebih karena informasi yang asimetris. Kondisi ini sudah berjalan lama sebagaimana dikemukakan
BPTK 2004 dan Arifin 2005 bahwa dominasi pedagang perantara sudah lama terbentuk dalam pemasaran bokar. Di bulan Januari 2011, saat harga FOB SIR 20
lebih dari 5 USD atau sekitar Rp. 45.500, harga bokar di tingkat petani masih berkisar antara Rp. 16.000 – 18.000 atau sekitar 35 – 40 dari harga FOB. Hasil
ini menguatkan temuan Peramune dan Budiman 2007 bahwa rata-rata petani hanya menerima sekitar 30 – 40 dari nilai FOB SIR 20. Ancaman produk
substitusi tergolong Rendah karena memang untuk produksi bokar di lokasi tidak ada alternatif selain lateks dari pohon karet. Intensitas persaingan rata-rata adalah
Sedang.
b. Pabrik karet
Kekuatan yang tergolong T-ST adalah persaingan antar perusahaan. Persaingan antar perusahaan ini menurut kajian BPTK 2004 terutama dalam
perolehan bahan baku. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa pabrik-pabrik pengolah karet yang ada di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan umumnya
beroperasi di bawah kapasitas terpasang. Sebagai pembanding, kapasitas terpasang pabrik-pabrik karet yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah berkisar antara 12.000 – 36.000 tontahun dengan kapasitas riil rata-rata sekitar 70. Hal ini mengindikasikan kurangnya pasokan bokar bagi pabrik-
pabrik yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah BPTK, 2004. Rata-rata pasokan hanya 45. Laporan PTPN XIII tahun 2008 menunjukkan
kecenderungan pasokan yang terus menurun sehingga pabrik karet remah hanya beroperasi dengan realisasi 53,7 dari kapasitas terpasang. Hal ini juga dialami
oleh beberapa pabrik karet di Kalimantan Barat yang menyebabkan 15 pabrik karet terancam gulung tikar. Seperti dilaporkan Gapkindo 2010, dari kebutuhan
3,8 juta ton per tahun hanya tercukupi 2,4 juta ton 63 pada tahun 2009.
99 Kondisi ini memunculkan wacana agar izin pendirian pabrik karet remah
dihentikan. Rata-rata intensitas persaingan usaha pabrik karet adalah tinggi.
c. Industri kayu gergajian
Kekuatan yang tergolong T-ST adalah kekuatan pembeli. Melimpahnya sumberdaya dan bahan baku kayu memungkinkan pihak lain untuk mengolah
kayu-kayu yang dihasilkan sehingga membuka kesempatan bagi pembeli untuk memilih bahan dengan kuantitas dan kualitas sesuai kebutuhan atau sesuai dengan
anggaran yang tersedia. Kondisi di lokasi saat ini berdasarkan data dari pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barito Utara, semua usaha sawmill telah bubar
karena kekurangan pasokan bahan baku dari kayu hasil hutan, regulasi yang ketat dan biaya operasional yang tinggi khususnya harga bahan baku. Kondisi ini
sebenarnya merupakan peluang bagi para petani karet melalui kegiatan peremajaan untuk memasok bahan baku kayu. Kayu karet sampai saat masih
dianggap sebagai limbah perkebunan, pengawasannya relatif longgar dan pemanfaatannya tidak memerlukan izin yang rumit. Intensitas persaingan rata-
rata adalah Tinggi.
d. Industri furnitur