Analisis struktur persaingan Usaha tani karet

97 mengakses langsung informasi juga lebih suka merujuk kepada informasi dari tenaga pendamping adviser sebagai pembanding terhadap informasi yang sesuai dengan kebutuhannya Stone, 2010.

6.6 Analisis struktur persaingan

Analisis struktur persaingan dilakukan terhadap empat jenis unit usaha: usaha tani karet, pabrik karet, pabrik pengolah kayu, dan industri furnitur yang beroperasi secara terpisah menggunakan Porter’s Five Forces. Model Porter 1993 memberikan analisis terstruktur dan dinamik tentang struktur pasar dan situasi persaingan. Model ini dapat diterapkan pada perusahaan tertentu, segmen pasar, industri atau region. Karena itu, perlu ditentukan dulu pasar yang akan dianalisis. Berikutnya, semua kekuatan pasar ini diidentifikasi dan dianalisis. Jadi tidak perlu menganalisis seluruh elemen kekuatan bersaing dengan kedalaman yang sama. Model ini berbasis mikroekonomi terkait supply dan demand, produk komplementer dan substitusi, hubungan antara volume produksi dan biaya produksi, serta struktur pasar seperti monopoli, oligopoli atau bersaing sempurna. Penilaian tingkat persaingan diperoleh dari lima orang pakar yang diambil secara purposive dengan skala penilaian: Rendah [1], Sedang [2], Tinggi [3] dan Sangat Tinggi[4]. Agregasi pendapat pakar menggunakan rata-rata geometrik Persamaan 5 dengan hasil penilaian disajikan pada Tabel 6.8. Tabel 6.8. Rekapitulasi hasil penilaian pakar terhadap intensitas persaingan Unsur Persaingan Usaha tani karet Pabrik karet Industri kayu gergajian Industri furnitur Ancaman Pemasok 2,53 S-T 3,37 T 3,37 T 3,57 T-ST Ancaman Pembeli 3,37 T-ST 3,37 T 3,57 T-ST 3,57 T-ST Persaingan Antar perusahaan 1,37 R 3,78 T-ST 2,35 S 3,18 T Ancaman Pendatang baru 2,35 T-ST 2,55 S-T 3,37 T 3,78 T-ST Ancaman Substitusi 1,37 R 2,35 S 2,35 S 3,37 T Rata-rata 2,20 S 3,12 T 3,00 T 3,49 T 98

a. Usaha tani karet

Pada unit usaha ini, ancaman kekuatan pembeli tergolong Tinggi-Sangat Tinggi T-ST. Kekuatan pembeli lebih dominan dalam penentuan harga bukan karena praktek monopsoni ataupun oligopsoni, melainkan lebih karena informasi yang asimetris. Kondisi ini sudah berjalan lama sebagaimana dikemukakan BPTK 2004 dan Arifin 2005 bahwa dominasi pedagang perantara sudah lama terbentuk dalam pemasaran bokar. Di bulan Januari 2011, saat harga FOB SIR 20 lebih dari 5 USD atau sekitar Rp. 45.500, harga bokar di tingkat petani masih berkisar antara Rp. 16.000 – 18.000 atau sekitar 35 – 40 dari harga FOB. Hasil ini menguatkan temuan Peramune dan Budiman 2007 bahwa rata-rata petani hanya menerima sekitar 30 – 40 dari nilai FOB SIR 20. Ancaman produk substitusi tergolong Rendah karena memang untuk produksi bokar di lokasi tidak ada alternatif selain lateks dari pohon karet. Intensitas persaingan rata-rata adalah Sedang.

b. Pabrik karet