88 luas TBM dari dari 41.554 hektar menjadi 53.333 hektar atau penambahan seluas
11.779 hektar. Rincian data per kecamatan dapat dilihat padaTabel 6.7 halaman 95. Berdasarkan kajian BPTK 2004 produksi bokar di lokasi ini hanya
memenuhi syarat untuk diolah menjadi karet remah SIR-20. Terkait bahan baku industri kayu gergajian, Greenomics Indonesia 2004
melaporkan bahwa sejak periode 2002-2004 kontribusi pasokan kayu hutan alam untuk industri kayu hanya mencapai 20. Departemen Kehutanan
memproyeksikan kontribusi kayu karet untuk industri kayu di tahun 2007-2025 sebanyak 6 juta m
3
tahun dengan alokasi masing-masing untuk kayu gergajian 45, kayu lapis 45 dan papan partikel 10 Manurung et al., 2007. Kelayakan
penggunaan kayu karet sebagai bahan bangunan juga telah diteliti oleh Abdurachman dan Hadjib 2009 yang membandingkan 10 jenis kayu berdasarkan
sifat mekanisnya mengacu kepada SNI 01-7207-2006 menunjukkan bahwa kayu karet memiliki kerapatan tertinggi 0,61 gramcm
3
dan kelas kuat II-III sehingga layak digunakan untuk bahan bangunan struktural maupun non-struktural. Bahan
baku untuk industri kayu gergajian dan furnitur dapat diperoleh melalui kegiatan peremajaan bertahap 10.000 hektar karet tua yang tersedia di lokasi.
b. Tujuan pengembangan
Berdasarkan hasil pembobotan, tujuan pengembangan Tabel 6.3 yang mendapat bobot tertinggi adalah kelangsungan usaha 0,233, kontinuitas bahan
baku 0,165, kepastian harga dan kualitas bahan baku 0,150 serta nilai tambah yang layak 0,128. Kelangsungan usaha menjadi kebutuhan semua pelaku baik
petani karet, pedagang perantara maupun industri, hanya saja dalam hal ini terdapat pertentangan kepentingan. Dari sisi petani tentu menghendaki harga
yang tinggi agar diperoleh keuntungan yang tinggi juga. Pedagang perantara menghendaki harga beli yang rendah dan harga jual tinggi. Pihak industri karet
remah menghendaki bahan baku dengan harga rendah serta pasokan bahan baku yang kontinyu dengan jumlah dan mutu yang jelas. Karena itu diperlukan
mekanisme pasar dan tataniaga yang dapat menjamin kelangsungan usaha semua pihak dan msing-masing pelaku mendapatkan nilai tambah yang pantas.
Nilai tambah yang pantas bagi para petani sesuai ketentuan sekurang- kurangnya adalah 75 dari harga FOB per kilogram karet kering di tingkat unit
89 pengolahan dan pemasaran bokar UPPB dan 85 di tingkat pabrik. Kontinuitas
bahan baku menyangkut kuantitas maupun kualitas bahan olah karet yang sesuai dengan ketentuan SNI Bokar SNI 06-2047-2002 yang disajikan pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Spesifikasi persyaratan mutu bokar SNI Bokar
No Parameter
Satuan Persyaratan
Lateks kebun
Sit Slab
Lump
1 Karet kering
min Mutu I
Mutu II 28
20 --
-- --
-- --
-- 2
Ketebalan Mutu I
Mutu II Mutu III
Mutu IV mm
mm mm
mm --
-- --
-- 3
5 10
-- ≤ 50
51 – 100 101 – 150
150 50
100 150
150 3
Kebersihan --
Tidak terdapat
kotoran Tidak
terdapat kotoran
Tidak terdapat kotoran
Tidak terdapat kotoran
4 Jenis koagulan
Asam semut dan bahan
lain yang tidak
merusak mutu karet
Asam semut dan bahan lain
yang tidak merusak mutu
karet serta penggumpalan
alami Asam semut
dan bahan lain yang tidak
merusak mutu karet serta
penggumpalan alami
KETERANGAN min = minimal
Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian yang kredibel.
Sumber: Badan Standardisasi Nasional 2002. Perdagangan yang adil fair trade harus menjadi kontrak sosial dengan
prinsip: penciptaan kesempatan ekonomi bagi produsen marjinal, transparansi dan akuntabilitas, pembangunan dan pemberdayaan kapasitas, pembayaran harga yang
adil, pengelolaan lingkungan yang lebih baik, dan kemitraan dagang yang pantas dan berkelanjutan. Dalam Convention of Biological Diversity disebutkan bahwa
pengelolaan keragaman hayati tertentu harus memastikan pembagian manfaat yang adil dan patut dengan melibatkan komunitas asli dan lokal Slob, 2006;
Holopainen dan Wit, 2008; WFTO, 2009. Fair trade ini juga merupakan bentuk CSR, dimana perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap kebutuhan
konsumen ketika membeli produk dengan harga yang wajar. Perusahaan dapat mendukung kerjasama dan jaringan kerjasama berdasarkan posisi pentingnya
90 dalam rantai pasok jika mereka juga terikat pada prinsip-prinsip keberlanjutan dan
secara aktif bekerja sama dengan pemain lainnya Castaldo et al., 2008. Fair trade adalah kemitraan dagang berbasis dialog, transparansi dan menghargai
keadilan dalam perdagangan internasional yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dengan menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik, menjaga
hak para produser dan pekerja marjinal khususnya di Selatan WFTO, 2009. c.
Pemangku kepentingan
Berdasarkan hasil pembobotan, tingkat kepentingan para pemangku kepentingan Tabel 6.4 dalam kegiatan ini adalah industri karet 0,247, lembaga
dana 0,220, petani karet 0,133, pemerintah daerah 0,130. Dalam konteks kajian rantai pasok dan rantai nilai agroindustri, di sini terdapat kaitan kuat antara
pemasok bahan baku petani, pengolahan dan pemasaran industri karet serta regulator pemerintah didukung oleh lembaga dana. Sinergi para shareholder ini
mampu mengatasi berbagai kendala pengembangan untuk mencapai prioritas tujuan: kelangsungan usaha, kontinyuitas bahan baku, kepastian harga dan
kualitas bahan baku serta nilai tambah yang layak Tabel 6.3, demikian juga faktor pasar, kebijakan, modal dan bahan baku Tabel 6.2. Pengaruh antar pelaku
dibahas lebih rinci pada analisis dan struktur kelembagaan sub-bab 7.4.
6.1. Penentuan pola kemitraan