Skenario Optimis Skenario Kebijakan

Kerawang dan Bekasi, Kebutuhan PAM Bekasi dan Kebutuhan PAM Jaya. Namun untuk memenuhi kebutuhan air bersih wilayah DKI Jakarta, PAM JAYA juga masih membeli air curah dari PAM Tangerang yaitu dari sungai Cisadane untuk keperluan Wilayah Cengkareng dan sekitarnya. Besarnya produksi air bersih dan kebutuhan air bersih masyarakat DKI Jakarta dibuat model kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. Penelitian bertujuan untuk melakukan identifikasi keseimbangan suplai demand di DAS yang terkait dengan penyediaan air bersih untuk wilayah DKI Jakarta, melakukan identifikasi dukungan kebijakan pada pengelolaan sumber daya air di era otonomi daerah, menyusun model kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah yang bersifat holistik yang berkelanjutan dan rekomendasi agenda kebijakan dengan bantuan software powersim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil simulasi sub model penduduk DKI Jakarta menunjukkan kecenderungan naik membentuk kurva pertumbuhan positif positive growth. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk DKI Jakarta baik sebagai akibat dari tingginya tingkat kelahiran maupun tingginya penduduk pendatang. Kenaikan kebutuhan air bersih sebagai sub model juga menunjukkan hal yang sama yaitu mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta. Dengan banyaknya penduduk maka kebutuhan air minum meningkat. Disisi lain kepadatan penduduk, membuat resapan air hujan ke dalam tanah sangat berkuang, karena lahan terpakai untuk pemukiman, jalan, dan sarana lain. Kepadatan lingkungan mengakibatkan sungai yang mengalir di dekat permukiman penduduk tercemar oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah padat. Selain itu juga tercemar oleh limbah isdustri baik industri besar maupun industri rumah tangga. Sumber air di daerah hulu, dimana terkenal dengan sumber air yang bersih dan sejuk tanpa polusi, akir-akir ini juga menjadi masalah karena sudah berkurang, dengan dijadikannya daerah tangkapan air menjadi permukiman, vila, dan tempat industri pariwisata seperti hotel dan restauran. Untuk mengatasi hal hal tersebut di atas baik masalah banjir dan air bersih diperlukan kebijakan nasional dan juga kebijakan yang bersifat regional. Khususnya masalah air bersih yang sangat tergantung dari air baku, maka perlu kebijakan regional tentang air bersih. DKI Jakarta, pasokan air baku untuk air bersih banyak tergantung dari Jawa Barat khususnya Bogor. Untuk itu perlu kebijakan regional antara Pemda DKI Jakarta, dan Pemda Bogor, bahkan jika perlu dengan Pemda Jabar karena ada beberapa sungai dengan kategori wilayah sungai lintas kabupatenkota, lintas propinsi dan wilayah sungai strategis nasional yang mengalir ke DKI seperti Sungai Citarum Waduk Jatiluhur Kebijakan pemenuhan air bersih untuk pemenuhan DKI Jakarta perlu dilakukan kebijakan terobosan seperti pemanfaatan 13 sungai sumber lain yang mengalir di DKI Jakarta seperti pemanfaat Sungai Ciliwung, Sungai Cikeas dan mata air ciburial dengan melakuka kerjasama dengan Pemda Jabar Kabupaten Bogor, Cianjur, Tangerang, dan Bekasi serta program 3R, desalinasi air laut, pemanfaatan BKT, pembayaran PES atau dana konservasi kepada Pemda Jabar dan Banten, skenario alokasi dana otonomi daerah untuk pembangunan air bersih DKI Jakarta. Hasil simulasi pemenuhan kebutuhan air bersih DKI dengan skenario optimis ditambah dengan program 3R, desalinasi air laut, BKT, PES, 13 sungai sumber lainnya nampak pada Tabel 44. Kapasitas BKT ditentukan sebesar 5.000.000 m3tahun dimulai tahun 2020, 13 sungai dengan kapasitas 4.000.000 m3tahun dimulai pada tahun 2015, desalinisasi sebesar 2.500.000 m3tahun dimulai pada awal tahun 2025, dan program 3R dimulai tahun 2015. Jika skenario optimis tersebut dilakukan maka kebutuhan air DKI tidak mengalami kekurangan gap. Total distribusi air dan pemakaian air tanah dalam dan sumur dangkal air tanah dangkal nampak pada Tabel 44 berikut ini: