Hasil Simulasi Sub Model Suplai dan Distribusi Air

Keuntungan hasil penjualan air bersih dibagi kepada PAM Jaya dan mitra swasta. PAM Jaya menyetorkan pendapatan penjualan air kepada Pemerintah DKI Jakarta kurang lebih sebesar 23 dari hasil penjualan, sebagai pendapatan asli daerah PAD. Pemerintah DKI Jakarta selaku pemerintah yang berkewajiban untuk melayani pemenuhan air DKI Jakarta, perlu mengalokasikan dana untuk pembangunan terkait penyediaan air bersih serta perlu melakukan pendanaan terkait dengan dana konservasi jasa lingkungan dalam rangka tangung jawab moral untuk keberlanjutan sumber air baku ke depan, biaya konservasi, biaya untuk sumber air lainnya dan dana otda. Hal tersebut sesuair dengan amanat Undang-undang No. 7 tahun 2004, PP 38 tahun 2007 dan PP 42 tahun 2008. Sebesar 15 dari keuntungan air yang harus dipakai untuk biaya konservasi oleh PJT II. Sedangkan PAM Jaya harus membayar 23 dari laba yang diperoleh untuk pajak PAD pendapatan asli daerah kepada DKI Jakarta yang disertorkan ke kas daerah. Tabel 47 . Biaya konservsasi, alokasi dana otda dan gap dana otda Untuk biaya sumber lain termasuk untuk desalinasi dan biaya pengembangan dan pembangunan program kali bersih serta pembangunan WTP nampak pada tabel di atas. Untuk biaya konservasi melalui dana PES diusulkan tetap Rp.50.000.000.000,- per tahun dan akan dilakukan revisi mengikuti perkembangan dari kerjasama lintas wilayah tersebut. Namun agar kerjasama lintas wilayah tersebut memiliki payung hukum yang kuat, maka sebaiknya ditetapkan melalui Keppres, hal tersebut sesuai dengan peraturan yang mengatur hal tersebut, UU No. 7 Tahun 2004, UU 32 Tahun 2004, UU 32 Tahun 2009, PP 38 Tahun 2007, dll. Adapun perbandingan biaya konservasi dan biaya pengolahan dapat dilihar pada tabel 47 di atas. Time B Konservasi b pengolahan b produksi b sumber lain 01 Jan 2012 01 Jan 2013 01 Jan 2014 01 Jan 2015 01 Jan 2016 01 Jan 2017 01 Jan 2018 01 Jan 2019 01 Jan 2020 01 Jan 2021 01 Jan 2022 01 Jan 2023 01 Jan 2024 01 Jan 2025 01 Jan 2026 01 Jan 2027 01 Jan 2028 01 Jan 2029 01 Jan 2030 01 Jan 2031 01 Jan 2032 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 50.000.000.000,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 914.656.226.000,00 939.432.781.650,00 964.881.280.316,25 991.019.965.125,09 1.024.511.575.006,18 1.058.731.358.180,01 1.093.699.086.012,64 1.129.435.067.247,74 1.165.960.162.626,05 1.211.600.799.902,98 1.258.073.989.275,15 1.305.402.339.226,93 1.353.609.072.808,54 1.402.718.044.357,47 1.456.906.256.675,17 1.512.046.378.671,55 1.568.164.263.490,02 1.625.286.467.126,13 1.683.440.267.553,23 1.742.653.684.369,11 1.802.955.498.977,63 0,00 0,00 0,00 0,00 6.000.000.000,00 12.000.000.000,00 18.000.000.000,00 24.000.000.000,00 30.000.000.000,00 43.500.000.000,00 57.000.000.000,00 70.500.000.000,00 84.000.000.000,00 97.500.000.000,00 114.750.000.000,00 132.000.000.000,00 149.250.000.000,00 166.500.000.000,00 183.750.000.000,00 201.000.000.000,00 218.250.000.000,00 Biaya konservasi PES DKI Jakarta ditetapkan 50.000.000.000,- per tahun berdasarkan dasar harga jasa air Rp. 161,2 per m3, maka biaya PES diusulkan sebesar Rp.100,- m 3 . Jika harga beli jasa air dibayarkan oleh PAM Jaya kepada PJT II, namun untuk pembayaran PES adalah dibayarkan dari APBD DKI Jakarta secara sukarela kepada daerah hulu sebesar Rp. 100,- per m 3. Dana sebesar itu dipergunakan untuk perbaikan daerah hulu terkait agar terwujud kontinuitas suplai air baku. Sedangkan biaya pengolaan air baku menjadi air bersih diperlukan investasi dan biaya sebesar Rp. 1.500,- sudah termasuk biaya kimiawi, namun belum termasuk pegawai dan ATK termasuk listrik dan telepon. Dana PES tersebut dibayarkan kepada Pemdah Tangerang sebesar suplai air yang diberikan kepada DKI Jakarta yaitu sebesar 90.666.000 m3 x Rp. 100,- = Rp.9.000.666.000,- s.d. Rp. 10.000.000.000,- sedangkan Pemda Jabar yang dilalui oleh Sungai Citarum mendapatkan dana PES sebesar Rp. 40.000.000.000 yaitu suplai air PJT II sebesar ± 400.000.000 m3 x Rp. 100,- . Dana PES yang merupakan kesepakatan antara Pemda DKI Jakarta dan Pemerintah Propinsi Jabar dan Banten Tangerang, dibayarkan oleh DKI Jakarta kepada kedua daerah Propinsi tersebut.

BAB VIII ANALISIS KEBIJAKAN

Pemerintah selaku agen perubahan dan pembangunan bertugas melakukan pembinaan atas penyelenggaraan pembangunan. Pembinaan kepada pemerintah daerah meliputi koordinasi, pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan melalui berbagai kebijakan public. Hal tersebut sesuai dengan era otonomi daerah dimana masing-masing daerah diberikan otonom dalam mengelolah sumber daya alamnya sesuai karakteristik daerah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat daerahnya dalam kerangka Republik Indonesia. Pesatnya laju pembangunan terutama pada era otonomi daerah saat ini menimbulkan beberapa masalah dan dampak terhadap kualitas lingkungan antara lain degradasi air. Memang dampak negative dari suatu kegiatan pembangunan sulit untuk dihilangkan sepenuhnya. Untuk memngurangi dampak negatife perlu diambil langkah-langkah nyata salah satunya adalah melalui kebijakan pemerintah yang menjamin agar lingkungan tetap terjaga dan keberlanjutan pembangunan dapat dimaksimalkan termasuk dalam sumber daya air.

8.1 Analisis Konten

Analisis konten isi adalah melihat aspek konten isi sumber daya air lintas wilayah apakah sudah diatur oleh undang-undang maupun peraturan dibawahnya. Beberapa produk hukum tentang sumber daya air khususnya yang terkait air bersih akan dianalisis baik analisis content maupun analisis legal review antara lain: 1. Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 3. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Analisis konten isi terhadap Undang-undang No. 7 Tahun 2004, Undang- undang No. 5 Tahun 1990, Undang-undang 32 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 38, Peraturan Pemerintah Nomor 42, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005, Permen PU nomor 20 Tahun 2006, Permen PU No. 18 Tahun 2007. Hasil analisis konten terhadap peraturan perundang-undangan terkait sumber daya air nampak pada lampiran

8.1.1 UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air lebih menekankan kepada, pengelolaan, wilayah sungai, pemerintah daerah pengendalian, konservasi, keterpaduan dan pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan sumber daya air memperhatikan bahwa pengelolaan wilayah sungai agar tetap dikendalikan dan memperhatikan kepentingan daerah secara terpadu serta memperhatikan konservasi sumber daya air. UU No. 7 Tahun 2004, maupun UU No 5 Tahun 1990 serta PP No. 42 Tahun 2008 dan PP No. 43 Tahun 2008, serta Permen PU No. 20 Tahun 2006 tentang KSNP SPAM dan Permen PU No. 18 tentang Strategi Pengembangan SPAM tidak satupun yang menyinggung tentang kebijakan pendanaan konservasi sumberdaya alam dan hayati maupun pendanaan konservasi air . Pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004 terdiri dari 9 ayat, ayat 1.Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat 1 dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum, ayat 2 Pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah, ayat 3 Badan Usaha Milik Negara dan atau Badan Usaha Milik Daerah merupakan penyelenggaran pengembangan SPAM, ayat 4 Koperasi, Badan Usaha Swasta dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM, ayat 5 Pengaturan terhadap pengembangan sistem penyediaan air munim bertujuan untuk a. Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau, b. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan, dan c. Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum. Pasal 34 ayat 6 Pengaturan pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasaran dan sarana sanitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 2 huruf d; ayat 7. Untuk mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat 5 dan ayat 6, pemerintah dapat membentuk badan yangn berada di bawah dan bertanggung jawab kepada mentri yang membidangi sumber daya air; ayat 8 Ketentuan pengembangan SPAM, BUMN dan atau BUMD penyelenggara pengembangan SPAM, peran serta koperasi, bus dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM dan pembentukan badan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4 ,dan ayat 7 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terdiri atas 18 Bab dengan 100 pasal. Undang-undang Nomor 5 tahun 2007 telah menyinggung masalah konservasi sumber daya air sebanyak 6 pasal serta pendayagunaan sumber daya air sebanyak 25 pasal, lampiran. Undang undang SDA memuat hampir semua aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air bahkan dalam pengaturan berbagai aspek menunjukkan keseimbangan, untuk itu UU SDA ini merupakan produk hukum yang relatif komprehensi subatansinya. Keseimbangan perhatian terhadap nilai ekonomis produksi dengan konservasi sudah ditunjukkan dalam Pasal 2,3, Pasal 4. Dalam ketiga pasal tersebut dinyatakan bahwa Sumber Daya Ari mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang harus diwujudkan secara selaras. SDA harus dikelolah secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakayat. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas