Setting agenda kebijakan menuju DKI berketahanan air bersih

yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan DAS bagian tengah yaitu Pemda Tangerang Provinsi Banten. Beberapa contoh pembayaran PES seperti yang terjadi di Banten dan juga di Cirebon dan Kuningan dapat dijadikan pelajaran untuk mekanisme pembayaran PES. Kerjasama pemanfaatan Sumber Mata Air Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan antara pemerintah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa besarnya dana kompensasi konservasi dihitung dengan mempertimbangkan produksi air dari sumber air, tarif berlaku sebelum diolah bagi pelanggan di Kota Cirebon dan tingkat kebocoran air Hikmat Ramdhan. Pada saat proses negosiasi berjalan penyedia jasa lingkungan menunjukkan bentuk sertifikat komitmen untuk menyakinkan wilayah pengguna bawhwa wilayah penyedia jasa lingkungan hidrologi secara serius menjamin wilayahnya tetap mampu memasok air. Skema pembayaran jasa lingkungan yang menganut skena voluntery akan sulit diwujudkan jika pandangan masyarakat daerah tersebut menganut faham bahwa air dan bumi seisinya adalah dikuasai negara dan dimanfaatakan untuk kemakmuran masayrakat sebesar-besarnya. Skema voluntery hanya bisa diterapakan pada kelompok bisnis yang bersifat komersial seperti yang diterapkan di Propinsi Banten. Perbedaaan masalah pemenuhan air dan sumber air di masing-masing daerah serta belum diputuskannya secara hukum mekanisme pembayaran jasa lingkungan, maka skema pembayaran jasa lingkungan setiap daerah juga berbeda-beda. Untuk DKI Jakarta, pemerintah DKI Jakarta dapat melakukan beberapa kerjasama dengan pemerintah daerah di sekitarnya, misalnya untuk pemanfaatan sumber mata air yang terdapat di Kabupaten Bogor, maka skema kerjasama bisa menggunakan atau mencontoh skema pembayaran yang dilakukan oleh Kabupaten Cirebon dan Kuningan. Namun untuk pemanfaatan DAS Sungai dengan status wilayah sungai strategis nasional dan sungai lintas propinsi, maka mekanisme kerjasama antar propinsi yang perlu dilakukan dan dibawah payung hukum pemerintah pusat karena kewengan pengelolaan sungai starategis nasional dan sungai lintas propinsi berada pada kewenangan pemerintah pusat. Pembayaran PES oleh Pemda DKI ke Provinsi Jabar dan Tangerang Provinsi Banten dengan perhitungan air yang dapat diterima oleh DKI Jakarta dengan perkiraan sebesar Rp. 100 m 3 . Biaya atau dana PES tersebut diambil dari teori valuasi air dan mempertimbangkan biaya pengelolaan air yang rata- rata membutuhkan dana sebesar Rp. 1.000,- m3 s.d. Rp. 1.500,- termasuk biaya investasi IPA serta mempertimbangkan pembayaran jasa air sebesar Rp.161,-. Saat ini DKI Jakarta menerima pasokan air baku dari Jatiluhur sebesar 400 juta m 3 s.d. 500 juta m 3 sehingga DKI Jakarta perlu menyediakan dana PES sebesar kurang lebih Rp.50.000.0000.000.- . Dana tersebut dibayarkan kepada Provinsi Jabar dan Pemda Tangerang Provinsi Banten yang diperuntukan perbaikan lingkungan dan konservasi sumber daya air di hulu DAS Citarum dan Cisadane sesuai dengan besaran air baku yang ditrima. Mekanisme kerjasama tersebut sebaiknya dibahas oleh pihak pihak terkait termasuk para gubernur yang melibatkan beberapa kabupaten yang dilewati oleh DAS Citarum dan DAS Cisadane. Kerjasama antar wilayah dengan daerah atau propinsi lain dalam pemanfaatan DAS sungai wilayah strategis nasional seperti DAS Ciatrum dan Cisadane haruslah ditetapkan dalam payung hukum pemerintah pusat hal tersebut sesuai dengan PP 38 tahun 2007 dan PP 42 tahun 2008. Kerjasama dengan Provinsi Jabar dimulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2033 serta Provinsi Banten Pemda Tangerang 2013 sampai dengan 2033, kerjasama tersebut bersifat jangka panjang. Dana PES yang dibayarkan kepada daerah hulu dan daerah tengah DAS tersebut dipergunakan untuk memperbaiki kondisi DAS di hulu Sungai Citarum yang berada di Kabupaten Bandung. Sedangkan bagian tengah DAS Citarum bagian tengah yaitu Purwakarta, Karawang, dan Bekasi mendapatkan dana PES sesuai dengan kesepakatan dan arahan Gubernur Jabar. Dana PES dipergunakan untuk perbaikan badan sungai dan program kali bersih di daerah tersebut, agar masyarakat dan industri yang ada di ketiga daerah tersebut tidak membuang sampah dan limbah ke badan sungai. 7. Menambah sumber lain dari 13 sungai lainnya. Penambahan air baku untuk air bersih dari 13 sungai yang ada dalam rangka peningkatan kapasitas pelayanan air bersih perpipaan sampai 80 pada 2015 dan sekaligus penurunan cakupan pelayanan air bersih dengan sistem non-perpipaan terlindungi sampai 20 pada tahun 2015. Pemanfaatan sumber air baru dari 13 sungai di DKI yang belum dimanfaatkan secara maksimal dengan metode pengelolaan ultrafiltras dengan diikuti program kali bersih dan melakukan normalisasi sungai-sugai di DKI Jakarta. Kebijakan semacam ini pernah dilakukan oleh Pemerintah Singapuran. Singapura melakukan pemindahan bangunan di pingiran atau bantaran sungai ke rumah susun sederhana dan pembuangan saluran rumah tangga tidak dialirkan ke sungai. Program ultraviltasi air sungai Jakarta dimulai pada tahun 2012 sampai tahun 2015. Menambah sumber air baru baik dari luar DKI Jakarta, misalnya Bogor yang tekenal memiliki DAS terbaik dan terbanyak. Kerja sama dengan Provinsi Jawa Barat, Gubernur DKI Jakarta berinisiatif untuk melakukan rencana kerjasama pengelolaan tersebut kepada menteri dan ditembuskan kepada badan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai untuk di bahas dalam pola pengelolaan wilayah sungai lintas propinsi dengan melibatkan Gubernur Jawa Barat dan DKI Jakarta serta melibatkan Bupati Bandung, Bupati Purwakarta, Bupati Karawang, Bupati Bekasi, dan Bupati Bogor. Rencana pola pengelolaan sungai lintas propinsi yang telah disusun dengan melibatkan para gubernur dan bupati terkait serta pihak terkait dalam konsultasi publik, untuk draft tersebut di kembalikan kepada menteri. Kualitas 13 sungai yang melewati wilayah DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus mengalami pencemaran oleh buangan rumah tangga dan industri. Program perbaikan kualitas sengai melalui Program Kali Bersih Prokasih pada awal tahun 90-an yang kemudian terhenti karena krisis moneter dan ekonomi melanda Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi target yang ditetapkan. Akibat perubahan kualitas air yang signifikan tersebut, bisa dipastikan bahwa hampir tidak ada sungai-sungai dalam kota yang bisa dijadikan sumber air baku bag PAM DKI. Beberapa instalasi pengolahan air bersih skala kecil mini water treatment plant yang pada awalnya menggunakan beberapa sungai yang ada di dalam kota sebagai sumber air bakunya sudah tidak difungsikan lagi akibat jeleknya airnya serta berkurangnya debit air, terutama selama musim kemarau. Sebagaimana diketahui, penurunan muka air tanah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan muka tanah di wilayah Jakarta. Abidin dan kawan-kawan 2002 menemukan bahwa dari hasil pemantauan dengan menggunakan teknologi GPS Global Positioning System yang dilakukan secara berkala dari tahun 1997 sampai tahun 2000 pada beberapa tempat diwilayah DKI Jakarta, ditemukan terjadi penurunan muka tanah secara signifikan dengan kecepatan yang bervariasi. Dari hasil pemantauan, diketahui bahwa daerah yang cukup besar terjadi penurunan muka tanahnya adalah di daerah Kapuk dengan kecepatan 10 cmtahun dan di daerah Marunda yang mencapai 9 cm tahun. Penurunan permukaan tanah ini dapat menyebabkan potensi volume dan permukaan genangan air pada musim hujan banjir bertambah secara signifikan. Sedangkan pada saat musim kemarau, karena perubahan tekanan hidrolisis pada sistem geohidrologis air tanah di wilayah dekat pantai dan akibat tingkat etraksi air tanah sedang dan dalam yang sangat tinggi, instrusi air laut bergerak dengan sangat cepat dari utara ke arah selatan bahkan sudah hampir mencapai wilayah Jakarta Selatan. Sementara itu, khususnya pada air tanah dangkal karena belum tersedianya sistem penanganan limbah cair yang memenuhi persyaratan sanitasi, sebagian besar air tanah di wilayah DKI Jakarta tercemar oleh limbah cair rumah tangga yang terlihat dari indikasi kandungan Fecal Coli Form yang sangat tinggi. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BPLHD DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005 menunjukan bahwa 67 dari sumur yang dipantau mengandung bakteri coliform dan 58 diantaranya mengandung fecal coli melebihi bakal mutu. Pemanfaatan sungai yang mengalir di DKI Jakarta terkendala dengan kualitas air sungi yang tercemar berat dan debit air sungai yang tidak setabil. Progam pemanfaatan 13 sungai lainnya yang mengalir ke DKI Jakarta, harus dibarengi dengan penanganan pembuangan air limbah ke sungai oleh pabrik dan perumahan penduduk ataau perumahan kumuh di badan sungai. Selain itu pelaksanaan program kali bersih harus terus diterapkan secara konsisten. Program tersebut direncanakan dimulai pada tahun 2015 sampai tahun 2025. Untuk mengurangi limbah industri yang dibuang ke sungai, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemindahan pabrik-pabrik industri berat yang ada di bantaran sungai atau pinggiran sungai ke wilayah pinggiran DKI Jakarta atau BODETBEK.. Salah satu dari 13 sungai yang ada di Jakarta adalah Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung memiliki panjang aliran utama adalah hampir 120 km dengan daerah pengaruhnya daerah aliran sungai seluas 387 km persegi. Wilayah yang dilintasi Ciliwung adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jakarta. Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di daerah Manggarai aliran Ciliwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal- kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman kumuh.http:id.wikipedia.orgwikiHalaman_Utama. Gambar 1. Sungai Ciliwung yang bermuara di Pasar Ikan Tabel 51. Luas DAS dan Debit No DAS Luas Daerah Tangkap an Air Ha Luas DAS Debit Q max m3detik Debit Q min m3detik Volume air permuka an juta m3thn 1 Citarum hilir 719.605 85.196 4.5140 0.0030 1.220 2 Ciliwung 38.260 28.634 1.6830 1.6000 410 3 Cisadane 155.975 124.013 4.8800 0.2800 1.775 4. Kali angke- pesanggrahan 65.957 5. Sunter 12.346 6. Kali Bekasi 176.000 41.175. 590 Sumber : Diolah dari berbagai sumber. 8. Desalinasi. Pemanfaatan air laut untuk mencukupi kebutuhan masyarakat DKI dengan metode desalinasi dan ultraviolet. Air laut memiliki kapasitas yang sangat besar dan belum dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih. Namun kondisi dan kualitas air laut DKI Jakarta yang asin dan tercemar logam berat perlu dilakukan metode reverse osmoses. Penggunaan air laut untuk air bersih sudah diuji coba dilaksanakan di daerah Bali. Air laut diambil pada kedalaman 300 meter dibawah permukaan, kemudian dinaikkan dan dimasukan kedalam tangki untuk menjaga suhu air . Setelah itu dilakukan pemisahan air dari garam laut desalinasi, yang menghasilkan air tawar kurang lebih sebesar 50nya. Selanjutnya dilakukan proses kimiawi, biologi, dan fisika. Metode ultraviltrasi diperlukan agar kuman-kuman yang terdapat pada air tersebut dapat dilemahkan. Selanjutnya, sebelum air tersebut didistribusikan kepada masyarakat, perlu dilakukan pengecekan melalui laboratorium untuk memastikan apakah air hasil desalinasi sudah sesuai dengan baku mutu.

8.4.2 Role Sharing Bagi Peran Pengelolaan Air Baku untuk Air Bersih

Pengelolaan air bersih bersifat kompleks dan melibatkan beberapa stake holders , misalnya pemerintah, pemda, PAM, Kementrian PU, Kementrian Keuangan, Kementrian Kesehatan, Kementrian ESDM, LSM, masyarakat dan swasta telah dibahas pada bab sebelumnya tentang analisis kelembagaan. Untuk itu dalam pengelolaan air tidak dapat mengandalkan lembaga yang tunggal, pengelolaan air di era otonomi daerah seperti sekarang ini harus berdasarkan kepada prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, berwawasan lingkungan dan berdasarkan prinsip-prinsip good governance tata pemerintahan yang baik, yaitu dengan melibatkan semua stakeholder yang berkepentingan dalam proses pengelolaan air. Institusi inti dan usulan atau bagi peran dalam pengelolaan air lintas wilayah dapat diringkas pada role sharing Tabel 52 Tabel 52. Role Sharing pengelolaan air bersih lintas wilayah berbasis otonomi daerah Institusi Peran Pemerintah Pusat - Memfasilitasi pemerintah kabupaten kota untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat al. - Memenuhi kebutuhan minimun air bersih masyarakat . - Kementrian Kesehatan dengan program Pola Hidup Bersih dan Sehat PHBS, penetapan dan pengawasan kualitas air. - Kementrian Pekerjaan Umum dengan program sanitasi masyarakat Sanimas, sosialisasi 3R, pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi wewenang pusat skala nasional, mengelolah sungai lintas negara, sungai lintas propinsi dan sungai strategis nasional. - Kementrian Kehutanan dengan program pelestarian hutan - BKKBN program KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk - Kementrian Lingkungan Hidup untuk mencegah pencemaran lingkungan oleh Industri DKI Jakarta - Berinisiatif untuk mengidentifikasi sumber air baku di wilayah DKI Jakarta. - Melakukan koordinasi dengan instansi terkait lintas propinsi dan lintas kabupatenkota serta mendiskusikan permasalahan yang ada dalam pemanfaatan air sungai lintas provinsi. - Melakukan evaluasi status mutu air sungai DKI Jakarta dan melakukan studi kelayakan pemanfaatan air sungai. - Melakukan normalisasi sungai dan program prokasi. - Menerapkan Law Enforcement bagi pelaku pencemaran lingkungan terutama di sungai. - Mewajibkan Industri melaksanakan progam Reduce, reuse dan recycle dengan cara membuat instalasi pengolahan limbah industri dan mengolahnya kembali dan membuat studi kelayakan untuk pemindahan industri besar ke daerah di luar DKI Jakarta. - Mewajibkan Hotel melakukan progam reduce dan reuse dengan cara mengganti equipment kamar mandi menjadi yang otomatic - Menaikkan tarif pajak air tanah akan diperoleh dana untuk konservasi air tanah Institusi Peran - Memberikan subsidi air untuk keperluan masyarakat miskin dan meningkatkan akses kepada air bersih. - Berkoordinasi dengan BKKBN untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. . PDAM - Mengurangi kebocoran - Meningkatkan pelayanan dan menambah jumlah sambungan rumah - Ikut terlibat dalam program pelestarian DAS hulu. - Meningkatkan teknologi modern untuk pengelolaan. - Melakukan kajian terhadap program desalinasi. - Mengawasi kualitas air bersih dan pelayanan air bersih di DKI Jakarta. PJT II - Melaksanakan konservasi air di das yang menjadi wewenangnya, memelihara dan menjaga kestabilan debit di Bendungan Jatiluhur . LSM - Ikut terlibat dalam proses pemerdayaan masyarakat - Mengawasi pemanfaatan lahan dan mencegah konversi lahan serta terlibat dalam proses reboisasi - Turut mengawasi kualitas air bersih dan pelayanan air bersih di DKI Jakarta. Masyarakat - Terlibat langsung dalam pelaksanaan reboisasi hutan, terasering pada tegalan. - Ikut mencegah pencemaran dengan tidak lagi memuang limbah rumah tangga kedalam sungai atau selokan. - Melaksanakan program hemat air dengan metode program 3R. - Mewakili komponen masyarakat dalam dewan SDA dan lain-lain. Perguruan tinggi - Melakukan penelitian R D terkait pemenuhan air bersih baik teknis maupun kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. - Mendesain metoda metoda sosialisasi pemberdayaan masyarakat. Pemerintah provinsi Jabar dan Tangeran Banten - Memfalitasi koordinasi antara pemerintah kabupaten kota Kota Bogor, Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Cianjur, Sukabumi terkiat dengan pemanfaatan sumber air di sungai lintas Institusi Peran provinsi dan lintas kabupatenkota. - Memfasilitasi koordinasi antara pemerintah kabupaten kota dengan Pemerintah Pusat BP SPAM - Melaksanakan tugas dan fungsi BPSPAM terkait pengembangan sistem penyediaan air minum sebagai mana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. - Melaksanakan kebijakan yang sudah digariskan. Untuk mensukseskan DKI Jakarta yang berketahanan air, maka seluruh stakeholder harus berperan pada tugas dan fungsinya masing-masing. Pemenuhan air bersih DKI Jakarta selain membutuhkan kerjasama lintas wilayah dan lintas sektoral dan bersifat holistik, juga membutuhkan peran semua pihak. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih DKI Jakarta tidak hanya dapat dilakukan dengan memperbaiki sisi supply tetapi juga perlu pengendalian sisi demand permintaan pemanfaatan. Dari sisi deman program pengendalian dapat dilakukan melalui pengendalian jumlah penduduk BKKBN dan Dinas Kependudukan, program hemat air 3R dan program pengendalian perijinan DKI Jakarta. Berdasarkan skenario kebijakan dan role sharing dapat disusun suatu perkiraan pendanaan biaya yang diperlukan untuk masing-masing program kegiatan baik untuk kegiatan 3R, pemanfaatan DAS BKT, pembayaran PES, desalinasi dan pipanisasi dari Jatiluhur serta perbaikan kebocoran pada pipa distribusi. Tabel 53. Perkiraan biaya dan kapasitas air yang diperoleh No . Program Kapasitas liter detik Volume m 3 Dana APBN Rp Pemda DKI Rp 1 Kali Pasanggrahan 6.000 189.216.000 - 5 trilyun 2 Sungai Cisadane 3.000 94.608.000 - 189 trilyun 3 Pipanisasi Curug 5.000 157.680.000 6.0 trilyun - 4 BKT 10.000 315.360.000 5.5 trilyun 4,5 miyar 5 Desalinisasi Tidak terbatas - 5 trilyun 6 PES 5.00.000.000 - 50 milyar 7 Perbaikan Kebocoran Pipa Distribusi 113.529.600 - 3 trilyun 8 Program 3R 99. 255.000 s.d 157.680.000 - 6 trilyun Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2011 Program pipanisasi Curug Jatiluhur akan menghasilkan pasokan air yang cukup besar dengan pendanaan dari pemerintah pusat APBN dan pemda DKI Jakarta tidak mengeluarkan dana apapun. Melihat komposisi tersebut tentunya Pemda DKI memilih menunggu proyek tersebut selesai. Namun demikian sebagai Pemerintah Provinsi yang memiliki ketergantungan sumber air baku dari daerah lain, maka Pemerintah DKI sebaiknya memanfaatkan debit sungai BKI yang cukup besar tersebut untuk mencukupi kebutuhan warganya. Pemda DKI telah mengeluarkan dana sebesar 2.5 milyar untuk pembebasan tanah dan diperlukan sekitar 2 milyar untuk membangun IPA baru untuk mengelola air baku dari BKT.

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

1. Kebutuhan air bersih DKI Jakarta pada tahun 2012 mencapai 602.108.242 m 3 , namun distribusi air bersih dari PAM Jaya baru mencapai angka 432.665.837 m3 dengan tingkat cakupan layanan baru mencapai 60 dari penduduk DKI Jakarta. 2. Padapengelolaan air lintas wilayah, peran kelembagaan Pemerintah Pusat memiliki daya dorong yang kuat dan peran yang sentral dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Peran tersebut adalah: membangunan infrastruktur skala nasional dan membuat kebijakan nasional pengelolaan air lintas wilayah serta menetapkan kebijakan alokasi air dan harga air baku atas usulan Pemda terkait. Peran Pemda DKI memanfaatkan dan memelihara sungai yang ada di DKI serta menetapkan harga air atas persetujuan Badan Regulator Daerah dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat tentang harga air atau jasa pengelolaan air. Peran PJTII: melaksanakan ketentuan tentang alokasi air, PAM Jaya mendistribusikan air kepada masyarakat serta memelihara dan merawat infrastruktur pipa distribusi dan instalasi pengelolaan air bekerja sama dengan pihak swasta.Peran Pemda Non DKI selaku pemberi manfaat air wajib mengelola DAS atau sungai yang mengalir di daerahnya dengan baik, kemudian berhak menerima uang jasa lingkungan untuk kegiatan konservasi sumberdaya air . 3. Tingkat keberlanjutan pengelolaan air DKI Jakarta menunjukkan bahwa dengan pendekatan lintas wilayah mencapai status berkelanjutan sebesar 60,82 dengan faktor pengungkit frekuensi kejadian kekeringan, frekuensi banjir dan vegetasi. Tingkat keberlanjutan untuk dimensi ekonomi faktor pengungkitnya yaitu pendapatan asli daerah, untukdimensi sosial dengan faktor pengungkit partisipasi masyarakat dalam program kali bersih, gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi air, ketepatan dalam pembayaran rekening air. Keberlanjutan untuk dimensi hukum dan kelembagaan yang menjadi faktor pengungkit yaitu ketersediaan lembaga sosial, keberadaan lembaga keuangan, dan untuk dimensi infrastruktur yang menjadi faktor pengungkit adalah dukungan sarana dan prasarana dan tingkat penguasaan teknologi moderen . 4. Hasil model dinamik yang dibangun dapat digunakan evaluasi tentang kebutuhan air dan ketersediannya serta kebijakan pemanfaatan air tanah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa intervensi dengan kebijakan program 3R, BKT, 13 sungai, desalinasi, penurunan kebocoran, PES memperlihatkan kebutuhan air bersih untuk DKI Jakarta dapat tercukupi dan pada tahun 2030 suplai air bersih terpenuhi tanpa pengambilan air tanah dalam dan tanah dangkal. 5. Kebutuhan air DKI Jakarta dapat dipenuhi dengan melakukan kerjasama lintas wilayah dengan Pemda Jabar dan Pemda Tangerang Banten dalam pemanfaatan sumber air di DAS yang mengalir di wilayah tersebut dengan pembayaran jasa lingkungan atau PES sebesar 50 milyar per tahun.

9.2 Saran

1. Dalam rangka mewujudkan ketahanan air bersih, DKI Jakarta perlu membangun skenario kebijakan agar kekurangan air bersih untuk DKI Jakarta dimasa mendatang tidak terjadi kembali. Skenario kebijakan baik yang terkait dengan management water supply and demand serta teknologi pengelolaan antara lain: a. Kebijakan tersebut antara lain: pembangunan pengolahan air dengan memanfaatkan potensi ketersediaan air dari 13 sungai yang mengalir ke DKI Jakarta. b. Membuat penyaluran dengan pipanisasi dari waduk Jatiluhur agar tidak terjadi kegilangan air dan pencemaran air, serta menambah sumber air baku dari DAS lainnya di luar DKI Jakarta dengan melakukan kerjasama antar wilayah. c. Dalamrangka pengelolaan air baku lintas wilayah DKI diperlukan normalisasi 13 sungai yang adamengalir di DKI Jakarta. 2. Mengingat dampak dari penggunaan air tanah dalam begitu hebat terhadap penurunan permukaan tanah, maka perlu dipikirkan kembali langkah penghentian pemberian ijin penggunaan air tanah dalam pada tahun 2031.Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi mulai sekarang.