Setting agenda kebijakan menuju DKI berketahanan air bersih
yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan DAS bagian tengah yaitu Pemda Tangerang Provinsi Banten.
Beberapa contoh pembayaran PES seperti yang terjadi di Banten dan juga di Cirebon dan Kuningan dapat dijadikan pelajaran untuk mekanisme
pembayaran PES. Kerjasama pemanfaatan Sumber Mata Air Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan antara pemerintah Kabupaten
Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa besarnya dana kompensasi konservasi dihitung dengan
mempertimbangkan produksi air dari sumber air, tarif berlaku sebelum diolah bagi pelanggan di Kota Cirebon dan tingkat kebocoran air Hikmat
Ramdhan. Pada saat proses negosiasi berjalan penyedia jasa lingkungan menunjukkan bentuk sertifikat komitmen untuk menyakinkan wilayah
pengguna bawhwa wilayah penyedia jasa lingkungan hidrologi secara serius menjamin wilayahnya tetap mampu memasok air. Skema pembayaran jasa
lingkungan yang menganut skena voluntery akan sulit diwujudkan jika pandangan masyarakat daerah tersebut menganut faham bahwa air dan bumi
seisinya adalah dikuasai negara dan dimanfaatakan untuk kemakmuran masayrakat sebesar-besarnya. Skema voluntery hanya bisa diterapakan pada
kelompok bisnis yang bersifat komersial seperti yang diterapkan di Propinsi Banten.
Perbedaaan masalah pemenuhan air dan sumber air di masing-masing daerah serta belum diputuskannya secara hukum mekanisme pembayaran jasa
lingkungan, maka skema pembayaran jasa lingkungan setiap daerah juga berbeda-beda. Untuk DKI Jakarta, pemerintah DKI Jakarta dapat melakukan
beberapa kerjasama dengan pemerintah daerah di sekitarnya, misalnya untuk pemanfaatan sumber mata air yang terdapat di Kabupaten Bogor, maka skema
kerjasama bisa menggunakan atau mencontoh skema pembayaran yang dilakukan oleh Kabupaten Cirebon dan Kuningan. Namun untuk pemanfaatan
DAS Sungai dengan status wilayah sungai strategis nasional dan sungai lintas propinsi, maka mekanisme kerjasama antar propinsi yang perlu dilakukan dan
dibawah payung hukum pemerintah pusat karena kewengan pengelolaan
sungai starategis nasional dan sungai lintas propinsi berada pada kewenangan pemerintah pusat.
Pembayaran PES oleh Pemda DKI ke Provinsi Jabar dan Tangerang Provinsi Banten dengan perhitungan air yang dapat diterima oleh DKI Jakarta
dengan perkiraan sebesar Rp. 100 m
3 .
Biaya atau dana PES tersebut diambil dari teori valuasi air dan mempertimbangkan biaya pengelolaan air yang rata-
rata membutuhkan dana sebesar Rp. 1.000,- m3 s.d. Rp. 1.500,- termasuk biaya investasi IPA serta mempertimbangkan pembayaran jasa air sebesar
Rp.161,-. Saat ini DKI Jakarta menerima pasokan air baku dari Jatiluhur
sebesar 400 juta m
3
s.d. 500 juta m
3
sehingga DKI Jakarta perlu menyediakan dana PES sebesar kurang lebih Rp.50.000.0000.000.- . Dana
tersebut dibayarkan kepada Provinsi Jabar dan Pemda Tangerang Provinsi Banten yang diperuntukan perbaikan lingkungan dan konservasi sumber daya
air di hulu DAS Citarum dan Cisadane sesuai dengan besaran air baku yang ditrima. Mekanisme kerjasama tersebut sebaiknya dibahas oleh pihak pihak
terkait termasuk para gubernur yang melibatkan beberapa kabupaten yang dilewati oleh DAS Citarum dan DAS Cisadane. Kerjasama antar wilayah
dengan daerah atau propinsi lain dalam pemanfaatan DAS sungai wilayah strategis nasional seperti DAS Ciatrum dan Cisadane haruslah ditetapkan
dalam payung hukum pemerintah pusat hal tersebut sesuai dengan PP 38 tahun 2007 dan PP 42 tahun 2008.
Kerjasama dengan Provinsi Jabar dimulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2033 serta Provinsi Banten Pemda Tangerang 2013 sampai dengan
2033, kerjasama tersebut bersifat jangka panjang. Dana PES yang dibayarkan kepada daerah hulu dan daerah tengah DAS tersebut dipergunakan untuk
memperbaiki kondisi DAS di hulu Sungai Citarum yang berada di Kabupaten Bandung. Sedangkan bagian tengah DAS Citarum bagian tengah yaitu
Purwakarta, Karawang, dan Bekasi mendapatkan dana PES sesuai dengan kesepakatan dan arahan Gubernur Jabar. Dana PES dipergunakan untuk
perbaikan badan sungai dan program kali bersih di daerah tersebut, agar masyarakat dan industri yang ada di ketiga daerah tersebut tidak membuang
sampah dan limbah ke badan sungai.
7. Menambah sumber lain dari 13 sungai lainnya. Penambahan air baku untuk air bersih dari 13 sungai yang ada dalam
rangka peningkatan kapasitas pelayanan air bersih perpipaan sampai 80 pada 2015 dan sekaligus penurunan cakupan pelayanan air bersih dengan
sistem non-perpipaan terlindungi sampai 20 pada tahun 2015. Pemanfaatan sumber air baru dari 13 sungai di DKI yang belum dimanfaatkan secara
maksimal dengan metode pengelolaan ultrafiltras dengan diikuti program kali bersih dan melakukan normalisasi sungai-sugai di DKI Jakarta.
Kebijakan semacam ini pernah dilakukan oleh Pemerintah Singapuran. Singapura melakukan pemindahan bangunan di pingiran atau bantaran sungai
ke rumah susun sederhana dan pembuangan saluran rumah tangga tidak dialirkan ke sungai. Program ultraviltasi air sungai Jakarta dimulai pada tahun
2012 sampai tahun 2015. Menambah sumber air baru baik dari luar DKI Jakarta, misalnya Bogor yang tekenal memiliki DAS terbaik dan terbanyak.
Kerja sama dengan Provinsi Jawa Barat, Gubernur DKI Jakarta berinisiatif untuk melakukan rencana kerjasama pengelolaan tersebut kepada menteri dan
ditembuskan kepada badan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai untuk di bahas dalam pola pengelolaan wilayah sungai lintas
propinsi dengan melibatkan Gubernur Jawa Barat dan DKI Jakarta serta melibatkan Bupati Bandung, Bupati Purwakarta, Bupati Karawang, Bupati
Bekasi, dan Bupati Bogor. Rencana pola pengelolaan sungai lintas propinsi yang telah disusun dengan melibatkan para gubernur dan bupati terkait serta
pihak terkait dalam konsultasi publik, untuk draft tersebut di kembalikan kepada menteri.
Kualitas 13 sungai yang melewati wilayah DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus mengalami pencemaran oleh buangan rumah tangga dan industri.
Program perbaikan kualitas sengai melalui Program Kali Bersih Prokasih pada awal tahun 90-an yang kemudian terhenti karena krisis moneter dan
ekonomi melanda Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi target yang ditetapkan. Akibat perubahan kualitas air yang signifikan tersebut, bisa
dipastikan bahwa hampir tidak ada sungai-sungai dalam kota yang bisa
dijadikan sumber air baku bag PAM DKI. Beberapa instalasi pengolahan air bersih skala kecil mini water treatment plant yang pada awalnya
menggunakan beberapa sungai yang ada di dalam kota sebagai sumber air bakunya sudah tidak difungsikan lagi akibat jeleknya airnya serta
berkurangnya debit air, terutama selama musim kemarau. Sebagaimana diketahui, penurunan muka air tanah merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan penurunan muka tanah di wilayah Jakarta. Abidin dan kawan-kawan 2002 menemukan bahwa dari hasil pemantauan dengan
menggunakan teknologi GPS Global Positioning System yang dilakukan secara berkala dari tahun 1997 sampai tahun 2000 pada beberapa tempat
diwilayah DKI Jakarta, ditemukan terjadi penurunan muka tanah secara signifikan dengan kecepatan yang bervariasi. Dari hasil pemantauan,
diketahui bahwa daerah yang cukup besar terjadi penurunan muka tanahnya adalah di daerah Kapuk dengan kecepatan 10 cmtahun dan di daerah
Marunda yang mencapai 9 cm tahun. Penurunan permukaan tanah ini dapat menyebabkan potensi volume dan permukaan genangan air pada musim
hujan banjir bertambah secara signifikan. Sedangkan pada saat musim kemarau, karena perubahan tekanan hidrolisis pada sistem geohidrologis air
tanah di wilayah dekat pantai dan akibat tingkat etraksi air tanah sedang dan dalam yang sangat tinggi, instrusi air laut bergerak dengan sangat cepat dari
utara ke arah selatan bahkan sudah hampir mencapai wilayah Jakarta Selatan. Sementara itu, khususnya pada air tanah dangkal karena belum
tersedianya sistem penanganan limbah cair yang memenuhi persyaratan sanitasi, sebagian besar air tanah di wilayah DKI Jakarta tercemar oleh
limbah cair rumah tangga yang terlihat dari indikasi kandungan Fecal Coli Form yang sangat tinggi. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BPLHD
DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005 menunjukan bahwa 67 dari sumur yang dipantau mengandung bakteri coliform dan 58 diantaranya
mengandung fecal coli melebihi bakal mutu. Pemanfaatan sungai yang mengalir di DKI Jakarta terkendala dengan
kualitas air sungi yang tercemar berat dan debit air sungai yang tidak setabil. Progam pemanfaatan 13 sungai lainnya yang mengalir ke DKI Jakarta, harus
dibarengi dengan penanganan pembuangan air limbah ke sungai oleh pabrik dan perumahan penduduk ataau perumahan kumuh di badan sungai. Selain itu
pelaksanaan program kali bersih harus terus diterapkan secara konsisten. Program tersebut direncanakan dimulai pada tahun 2015 sampai tahun 2025.
Untuk mengurangi limbah industri yang dibuang ke sungai, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemindahan pabrik-pabrik industri berat
yang ada di bantaran sungai atau pinggiran sungai ke wilayah pinggiran DKI Jakarta atau BODETBEK..
Salah satu dari 13 sungai yang ada di Jakarta adalah Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung memiliki panjang aliran utama adalah hampir 120 km
dengan daerah pengaruhnya daerah aliran sungai seluas 387 km persegi. Wilayah yang dilintasi Ciliwung adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota
Depok, dan Jakarta. Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di
Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan
Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di daerah Manggarai
aliran Ciliwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun
setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal- kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di
antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan
karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman
kumuh.http:id.wikipedia.orgwikiHalaman_Utama.
Gambar 1. Sungai Ciliwung yang bermuara di Pasar Ikan Tabel 51. Luas DAS dan Debit
No DAS Luas
Daerah Tangkap
an Air Ha
Luas DAS
Debit Q max
m3detik Debit Q
min m3detik
Volume air
permuka an juta
m3thn
1 Citarum
hilir 719.605 85.196 4.5140 0.0030 1.220
2 Ciliwung
38.260 28.634 1.6830 1.6000 410
3 Cisadane 155.975 124.013 4.8800 0.2800
1.775 4. Kali angke-
pesanggrahan 65.957
5. Sunter 12.346
6. Kali Bekasi
176.000 41.175.
590
Sumber : Diolah dari berbagai sumber. 8. Desalinasi.
Pemanfaatan air laut untuk mencukupi kebutuhan masyarakat DKI dengan metode desalinasi dan ultraviolet. Air laut memiliki kapasitas yang sangat
besar dan belum dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih. Namun kondisi dan kualitas air laut DKI Jakarta yang asin dan tercemar logam berat perlu
dilakukan metode reverse osmoses. Penggunaan air laut untuk air bersih sudah diuji coba dilaksanakan di
daerah Bali. Air laut diambil pada kedalaman 300 meter dibawah permukaan, kemudian dinaikkan dan dimasukan kedalam tangki untuk menjaga suhu air .
Setelah itu dilakukan pemisahan air dari garam laut desalinasi, yang menghasilkan air tawar kurang lebih sebesar 50nya. Selanjutnya dilakukan
proses kimiawi, biologi, dan fisika. Metode ultraviltrasi diperlukan agar kuman-kuman yang terdapat pada air tersebut dapat dilemahkan. Selanjutnya,
sebelum air tersebut didistribusikan kepada masyarakat, perlu dilakukan pengecekan melalui laboratorium untuk memastikan apakah air hasil
desalinasi sudah sesuai dengan baku mutu.