Kebocoran Air Distribusi dan kebocoran

persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan. Studi identifikasi terhadap bahan-kimia buatan organik yang dapat menyebabkan gagal ginjal, cacat kelahiran, dan berbagai jenis kanker di dalam laboratorium penguji. Kebanyakan bahan kimia dipisahkan secara langsung atau secara kebetulan ke dalam sistem penyediaan air permukaan atau ke dalam air bawah tanah yang digunakan sebagai sumber air minum. Studi identifikasi terhadap bahan-kimia tersebut, mungkin disebabkan oleh reaksi bahan-kimia antara unsur-unsur yang ada di dalam badan air atau bahan-bahan yang digunakan untuk membasmi kuman air. Sebagai contoh, trihalomethane campuran yang berpotensi berbahaya, seperti cloroform CHCI 3 , mengingat khlor yang digunakan oleh bakteri pemangsa di dalam air minum bercampur dengan bahan organik alami di dalam air yang terbuang atau dengan bahan-kimia buatan organik lain yang dibuang ke sungai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, Pasal 8 membagi klasifikasi mutu air menjadi empat kelas yaitu kelas satu, kelas dua, kelas tiga, kelas empat telah dijelaskan pada bab terdahulu. Penetapan kelas air sebagaimana dalam pasal 8 ayat 1 diajukan berdasarkan pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten kota berdasarkan wewenangnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penetapan kelas air sebagaimana pasal 8 adalah: a sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah provinsi dan atau lintas batas negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden. b, sumber air yang berada dalam satu atau lebih wilayah kabupatenkota dapat diatur dengan peraturan daerah propinsi. c sumber air yang berada dalam wilayah kabupaten kota ditetapakan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kota.

2.4.2.1 Persayaratan Fisika

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut: • Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Menurut Permenkes No. 492 tahun 2010, kadar kekeruan maksimum yang diperbolehkan adalah 5 NTU. • Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Tri Joko 2010 mengatakan air ditemukan berwarna dan berbau, maka harus dicek penyebab timbulnya wanda dan bau. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat digunakan sumber air, harus dilakukan uji bakteriologis di laboratorium. • Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Menurut Tri Joko 2010, test rasa air jika air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap kandungan khlorida. Jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai daya hantar listrik. Jika nilai daya hantar listrik menunjukkan lebih dari 1500 micro Scm, maka ada salinitas, air tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air minum. • Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi penguraian oleh mikroorganisme air. • Temperaturnya normal Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluranpipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. Suhu maksimum yang diperkenankan adalah ± 3 C Permenkes Nomor 492 Tahun 2010. • Tidak mengandung zat padatan Air mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu APHA, 1976. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total Boyd, 1988. Padatan tersuspensi total Total Suspended Solid atau TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1 µm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TTS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawah ke badan air Effendi, 2003. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid atau TDS adalah bahan-bahan terlarut diameter , 10 -6 mm dan koloid diameter 10 -6 mm-10 -3 mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan–bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm Rao, 1992. Air laut memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik Effendi, 2003.

2.4.2.2 Persyaratan Kimia

Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun. • pH derajat keasaman Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2