Menurut Khitatuddin 2003, logam berat lain seperti timah hitamtimbal yang terdapat dalam air yang dikonsumsi dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
sistem reproduksi idiot bagi keturunan, hati, otak, dll. Sementara, kadmium menyebabkan naiknya tekanan darah, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testes,
dan penghancuran sel darah merah. Menurut satu kajian Bank Dunia pada tahun 1995, air yang terkontaminasi merupakan penyebab langsung atau tidak langsung
80 penyakit yang diderita manusia di negara berkembang, termasuk Indonesia. Air tercemar merupakan penyebab utama kematian di dunia. Beberapa penyakit
yang menular melalui air yang tercemar misalnya yang disebabkan bakteri dan virus adalah demam tifoid, disentri, kolera, serta cacar, influensa, polio serta
penyakit yang dibawah cacing. Air yang tercemar di perairan juga dapat meresap ke dalam air yang
berada di bawah permukaan tanah, kemudian mengalir ke mata air atau ke sumur yang merupakan sumber air bagi sebagian besar penduduk, termasuk di
Indonesia. Pencemaran air di bawah tanah lebih bersifat permanen karena bahan pencemar dapat bertahan hingga ratusan atau ribuan tahun untuk dapat didaur
ulang secara alami. Kondisi bawah tanah kurang mendukung proses penguraian bahan pencemar, berhubung di bawah tanah lebih sedikit mikroba pengurai,
suhu yang relatif rendah sehingga reaksi kimia lebih lambat, tidak ada turbelensi yang mempercepat aliran, dll Khitatuddin, 2003.
2.5 Pembangunan Berkelanjutan
Istilah pembangunan berkelanjutan mulai dipopulerkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi KKT Bumi di Brazil pada tahun 1992. KTT-Bumi
merupakan penegasan kembali kesepakatan bersama bangsa-bangsa di muka bumi yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup atau pentingnya
mengatasi masalah lingkungan global. Hal ini bisa terjadi karena pelestarian lingkungan hidup sangat penting dan tidak dipisahkan begitu saja prioritasnya
dengan pembangunan sektor lainnya Thamrin, 2009. Menurut Munasinghe 1993, pembangunan berkelanjutan memiliki tiga
pilar, yaitu pilar ekonomi, ekologi dan sosial. Pilar ekonomi menekankan pada
perolehan pendapatan yang berbasiskan penggunaan sumber daya yang efisien. Pendekatan ekologi menekankan pada pentingnya perlindungan keanekaragaman
hayati yang akan memberikan konstribusi pada keseimbangan ekosistem dunia. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sistem
sosial budaya, meliputi penghindaran konflik keadilan, baik antar generasi masa
kini dengan generasi mendatang.
Pembangunan yang berkelanjutan menggabungkan tiga bidang penting yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi ke dalam sebuah perspektif tunggal yang terpadu
Bebbington, 2001; Van Dieren, 1995. Integrasiperpaduan kelompok-kelompok dari tiga buah pilar pembangunan berkelanjutan membawa kepada konsep-
konsep efisiensi ekologi, keadilan ekologi dan efisiensi sosial seperti nampak pada Gambar 10.
Gambar 8. Tiga sasaran pokok pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan mengandung 2 konsep kunci yaitu: 1 kebutuhan esensial untuk keberlanjutan kehidupan manusia dan 2 keterbatasan
dari teknologi dan organisasi yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan generasi kini dan mendatang. Jadi konsep pembangunan
berkelanjutan sesungguhnya berangkat dari konsep anthroposentrik yang menjadikan manusia sebagai tema sentralnya Fauzi, 2004.
Keberlanjutan Sosial
Keadilan ekologi Efisiensi sosial
Efisiensi ekosistem
Keberlanjutan ekonomi Keberlanjutan lingkungan
Pembangunan Berkelanjutan