Pasokan supply air baku
perkotaan dan daerah rural perlu dianalisis mengingat karakteristik kebutuhan airnya di tiga daerah tersebut berbeda.
Menurut Sanim 2011, untuk menentukan perkiraan tingkat kebutuhan air nasional ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu melakukan proyeksi jumlah
penduduk dan kebutuhan pangan. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk dikalikan dengan kebutuhan per kapita dapat diperoleh besarnya kebutuhan air
domestik. Kebutuhan air untuk rumahtangga dan perkotaan mancakup kebutuhan rumahtangga sehari-hari, pemadam kebakaran, penggunaan komersial, hotel dan
industri rumah tangga. Kebutuhan air bervariasi tergantung besarnya kota, ciri penduduk, tingkat ekonomi, iklim dan biaya pemasokan air. Di perkotaan
kebutuhan air bersih terus meningkat, setara dengan semakin meningkatnya urbanisasi ke kota. Sebagai contoh, dalam tahun 1970 apabila diasumsikan
kebutuhan orang akan air bersih di kota sebesar 150 liter per orang per hari, maka dibutuhkan air bersih sebesar 17.884.500 m
3
per hari dan pada tahun 1990 naik menjadi 26.879.180 m
3
per hari atau 9.810.900.700 m
3
tahun. Sedangkan menurut Kodoatie dkk 2001, pada tahun 1990 kebutuhan air
untuk domestik di Indonesia adalah sebesar 3.169.000.000 m
3
, sedangkan angka proyeksi untuk tahun 2000 dan 2015 berturut-turut sebesar 6.114.000.000 m
3
dan 8.903.000.000 m
3
. Berarti terjadi proesentase kenaikan berkisar antara 10 1990-2000 dan 6,67 tahun 2000-2015, Kebutuhan air terbesar di Indonesia
terjadi di pulau Jawa dan Sumatra karena kedua pulau ini mempunyai jumlah penduduk dan industri yang cukup besar.
Kebutuhan air antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan berbeda, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya maupun peruntukannya. Selain
itu tidak semua kebutuhan manusia akan air dapat dipenuhi dengan baik, terkadang terdapat gap antara kebutuhan dengan ketersediaan air, baik kualitas
maupun kuantitas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak Santoso, 2010. Kebutuhan air bersih meliputi kebutuhan rumah tangga baik kelas
sederhana maupun mewah, industri kecil maupun besar, niaga besar maupun kecil, instansi pemerintah dan sosial lainnya. Mengenai kebutuhan air dalam
rumah tangga, dapat dibedakan menurut sosialnya. Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap
tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air.
Menurut Saeni 1989 kebutuhan air pada negara berkembang rata-rata tiap orang per hari 12 liter, di Indonesia rata-rata 40 liter, pada suku primitive 5 liter,
sedangkan di negara maju yakni Inggris 150 liter dan Amerika Serikat 250 liter. PAM Jaya menggunakan patokan sekitar 150 liter perhari, sedangkan PAM
Bogor menggunakan patokan kebutuhan air bersih per orang antara 80 liter s.d. 100 liter per hari. Menurut Wardana 1999, keperluan air bersih orang di
Indonesia yang tinggal di kota setiap orang per hari adalah 150 liter. Departemen Pekerjaan Umum Cq Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan angka
perkiraan kebutuhan air bersih per orang adalah 150 liter per hari per orang pada tahun 2010.
Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar
manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari Sunjaya dalam Karsidi, 1999.
Selanjutnya dikatakan bahwa ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga adalah:
1. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 literorang per hari. 2. Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25-
30 literorang per hari. 3. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter orang per
hari. 4. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas
sanitasi atau pembuangan kotoran 4-6 liter orang per hari, sehingga total pemakaian air perorang adalah 60-70 liter hari di kota Santoso, 2010.
Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan penggunaan air untuk rumah tangga adalah derajat kebersihan air dari kotoran, bakteri dan bahan
pencemar lainnya. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907MENKESSKVII2002 digunakan istilah air minum. Pengertian air minum
di sini adalah air yang melaui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat-syarat
kesehatan mencakup persyaratan bakteriologis, kimia, radioaktif dan fisik. Air bersih digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk produksi
bahan makanan dan minumam yang langsung disajikan kepada masyarakat. Air bersih dapat didistribusikan melalui jaringan perpipaan, tangki air maupun
kemasan. Syarat kualitas yang ditentukan untuk air minum sangat ketat, karena penggunaan air minum berkenaan langsung dengan kehidupan manusia,
khususnya kesehatan. Namum demikian dalam kriteria baku mutu air minum terdapat ketentuan kadar maksimum yang diperbolehkan. Hal ini memperlihatkan
toleransi penggunaan air yang masih aman terhadap kesehatan. Secara fisik syarat air minum tidak boleh berwarna, berbau, dan berasa serta
tidak keruh. Secara kimia air minum tidak boleh mengandung unsur kimia yang berbahaya, seperti air raksa Hg yang dapat menimbulkan penyakit minamata.
Berdasarkan kuantitas yang mengutip standar penggunaan air minum WHO, bahwa kebutuhan air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat
kesehatan adalah sebesar 86,4 liter per hari per kapita. Kementerian Kesehatan mensyaratkan kebutuhan air per orang per hari sebesar 60 liter per hari per kapita,
baik untuk mandi, mencuci, minum, maupun keperluan lainnya. Berdasarkan catatan Direktorat Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum, kebutuhan air baku untuk DKI Jakarta 2009, sebanyak 12.380 ltdt dengan jumlah penduduk 9.260.680 dengan tingkat layanan 66. Menurut
standar IWA, setiap orang membutuhkan air 190 liter hari. Menurut Badan Regulator Pelayanan Air Minum, tahun 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta,
sebanyak 11.437 juta jiwa dan membutuhkan air bersih sekitar 2,099 miliar liter per hari atau 24.300 liter detik. Berdasarkan data Badan Regulator Pelayanan Air
Minum DKI Jakarta, produksi air bersih tahun 2009, hanya menapai 19.328 liter per detik, sehingga pada tahun 2009 saja sudah mengalami defisit air bersih 4.972
liter per detik. Suplai air baku dari Saluran Tarum Barat sebesar 16,1 m
3
detik. Defisit air bersih tersebut mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dengan menfaaatkan air tanah dangkal dan air tanah dalam. Berdasarkan pengakuan warga Rawamangun, Jakarta Timur, di daerah itu airnya tidak layak
untuk dikonsumsi. Bahkan tidak layak lagi digunakan untuk mandi karena berminyak, berwarna coklat dan licin. Menurut warga Kelurahan Tomang, Jakarta
Barat mengaku lebih baik menggunakan air dari PAM dari pada air tanah, karena air tanah di daerah tersebut tidak bisa digunakan lagi untuk kebutuhan sehari-hari
apalagi untuk diminum. Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk
melakukan segala kegiatan mereka, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang
memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri
atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas air ditinjau dari aspek biologi yakni air terbebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan
terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan
negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah,
sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan air Surawiria,1996. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih. Air bersih yang
dimaksudkan di sini adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Pendekatan umum kebutuhan air dapat dijelaskan dalam Gambar 7 berikut:
Gambar 5. Salah satu contoh pendekatan umum analisis kebutuhan air Kodoati 2008
Dengan mengetahui tingkat kebutuhan awal initial hingga waktu terprediksi, maka dapat dilakukan analisis hubungan antara sisi supply dan
demand . Dalam manajemen penyediaan air yang berwawasan pada pemakaian air
yang berkelanjutan, maka dalam tahap perencanaan ini sudah harus ditetapkan bahwa demand harus sama atau lebih kecil dari supply demand
≤ supply. Menurut Ditjen Cipta Kayar, Kementrian Pekerjaan Umum 2010 rata-rata
kebutuhan air Indonesia adalah 150 liter kapita, meliputi 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum, dan sisanya untuk keperluan lainnya. Jika
penduduk Jakarta 8,5 juta jiwa maka total konsumsi air bersih menjadi sekitar 1.275.000.000 liter harinya atau 1.275.000 m
3
hari. Ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.000m
3
per kapita per tahun, sedangkan cadangan air di Indonesia hanya mampu memenuhi 1.700 m
3
per hari. Angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan rata-rata cadangan air dunia, yaitu di atas 2.000 m
3
per orang per hari. Biswas 1997 mengemukakan bahwa Kanada dengan jumlah
penduduk 29,1 juta jiwa pada tahun 1994 mempunyai angka ketersediaan air tertinggi yakni 9.969 m
3
per kapita.
Kondisi Saat Ini: 1. Jumlah Penduduk
2. Penyebaran Penduduk 3. Laju Pertumbuhan Penduduk
4. Konsumsi Air 5. Kebutuhan Air
6. Kondisi Pertanian 7. Kondisi Perindustrian, dll
• Dependable flow DAS untuk sumber air permukaan
• Safe yield untuk sumber air tanah Rencana Tata Ruang Wilayah:
1. Alokasi daerah permukiman 2. Alokasi daerah perindustrian
3. Alokasi daerah pariwisataagrowisata 4. Alokasi daerah pertanian
5. Alokasi daerah konservasi air, dll
Proyeksi Kebutuhan Air: 1. Domestik
2. Non-domestik: Industri, pariwisata, dll 3. Pertanian, dll
Analisis neraca air Potensi kelebihan air
Kajian infrastruktur keairan yang diperlukan untuk pendayagunaan sumber daya air
Ketersediaan air baku saat ini mengalami permasalahan baik penurunan kuantitas air baku maupun kualitas air baku. Beberapa isu strategis dan
permasalahan dalam hal air baku antara lain; kapasitas daya dukung air baku diberbagai lokasi semakin tertabas akibat pengelolaan daerah tangkapan yang
kurang baik, kualitas sumber air baku semakin menurun akibat meningkatnya aktivitas dan kegiatan masyarakat dan industri tidak disertai dengan perlindungan
terhadap lingkungan. Selain itu adanya peraturan perizinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi sehingga
pemakaian air baku lintas wilayah sering kali menimbulkan konflik dan belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik
kepentingan di tingkat pengguna Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20\PRT\M\2006, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.