Skenario Moderat Skenario Kebijakan

Tabel 43. Kebutuhan air bersih DKI Jakarta m 3 Kebutuhan air domestik mencapai 477.728.242 pada tahun 2012 atau 79 dari total kebutuhan air bersih 602.108.242m 3 . Pada tahun 2032, kebutuhan air bersih industri dan komersil sebesar 2.367.346.795 atau 10 dari total kebutuhan air bersih DKI Jakarta. Bahkan pada tahun 2032 total kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencapai 4.017.060.696m 3. Gambar 46 menunjukkan perbandingan prosenstase kebutuhan air di DKI Jakarta. Time keb_htl-wst keb_domestik keb_industri-komsl keb_sosial total_keb_air_bersih 01 Jan 2012 01 Jan 2013 01 Jan 2014 01 Jan 2015 01 Jan 2016 01 Jan 2017 01 Jan 2018 01 Jan 2019 01 Jan 2020 01 Jan 2021 01 Jan 2022 01 Jan 2023 01 Jan 2024 01 Jan 2025 01 Jan 2026 01 Jan 2027 01 Jan 2028 01 Jan 2029 01 Jan 2030 01 Jan 2031 01 Jan 2032 21.130.000,00 24.299.500,00 27.944.425,00 32.136.088,75 36.956.502,06 42.499.977,37 48.874.973,98 56.206.220,07 64.637.153,09 74.332.726,05 85.482.634,96 98.305.030,20 113.050.784,73 130.008.402,44 149.509.662,80 171.936.112,22 197.726.529,06 227.385.508,42 261.493.334,68 300.717.334,88 345.824.935,11 477.728.242,50 484.177.573,77 490.713.971,02 497.338.609,63 504.052.680,86 510.857.392,05 517.753.966,84 524.743.645,40 531.827.684,61 539.007.358,35 546.283.957,69 553.658.791,12 561.133.184,80 568.708.482,79 576.386.047,31 584.167.258,95 592.053.516,94 600.046.239,42 608.146.863,65 616.356.846,31 624.677.663,74 61.750.000,00 74.100.000,00 88.920.000,00 106.704.000,00 128.044.800,00 153.653.760,00 184.384.512,00 221.261.414,40 265.513.697,28 318.616.436,74 382.339.724,08 458.807.668,90 550.569.202,68 660.683.043,22 792.819.651,86 951.383.582,23 1.141.660.298,68 1.369.992.358,41 1.643.990.830,09 1.972.788.996,11 2.367.346.795,34 41.500.000,00 47.725.000,00 54.883.750,00 63.116.312,50 72.583.759,38 83.471.323,28 95.992.021,77 110.390.825,04 126.949.448,80 145.991.866,11 167.890.646,03 193.074.242,94 222.035.379,38 255.340.686,28 293.641.789,23 337.688.057,61 388.341.266,25 446.592.456,19 513.581.324,62 590.618.523,31 679.211.301,81 602.108.242,50 630.302.073,77 662.462.146,02 699.295.010,88 741.637.742,30 790.482.452,70 847.005.474,59 912.602.104,91 988.927.983,77 1.077.948.387,25 1.181.996.962,76 1.303.845.733,15 1.446.788.551,58 1.614.740.614,73 1.812.357.151,20 2.045.175.011,01 2.319.781.610,93 2.644.016.562,44 3.027.212.353,05 3.480.481.700,62 4.017.060.696,00 Gambar 46. Perbandingan prosentase kebutuhan air bersih DKI Jakarta PAM Jaya bersama mitranya mampu mensuplai air untuk warga Jakarta sekitar 60 dari total penduduk yang harus dilayani. Sedangkan MDGs mensyaratkan akses air bersih untuk warga kota seperti Jakarta sebesar 80. Kekurangan air bersih sebesar 40 kebutuhan, dicukupi oleh warga Jakarta dengan pemakaian air sumur dangkal dan air sumur dalam serta air kurang sehat lainnya. Dengan skenario optimis pada tahun 2031 kebutuhan air untuk warga Jakarta terpenuhi, pada saat itu perlu didiskusikan dengan masyarakat melalui konsultasi publik tentang penggunaan air tanah dalam. Mengingat dampak penggunaan air tanah dalam begitu besar terhadap penurunan permukaan tanah, 4 477728242, 79 10 7 htl wisata domestik industrikomersil sosial maka solusi terbaik adalah penggunaan air tanah dalam bukan hanya dibatasi tetapi harus diberhentikan Gambar 47. Gambar 47. Suplai air baku dan kebutuhan air bersih untuk DKI Jakarta Keterangan Sumbu Y : Volume air Sumbu X : Tahun

7.5.3 Hasil Simulasi Sub Model Suplai dan Distribusi Air

Suplai air baku dari PJT II DAS Citarum sebesar 460 juta m 3 tahun. Jika pembangunan pipanisasi tersebut dapat dilaksanakan maka, akan mengurangi kehilangan air di tengah jalan dimana saat ini sekitar ±50 pasukan air baku dari PJT II hilang di tengah jalan. Selain itu pipanisasi akan mengurangi pencemaran limbah di tengah distribusi air baku dari PJT II ke PAM Jaya. Saat ini ada usulan untuk penambahan sumber air dari WTP Curug di Purwakarta, jika hal tersebut dapat dilaksanakan maka akan menambah air 4.000 sampai dengan 5.000 liter per detik atau 160 juta m 3 tahun. PAM Jaya dalam pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta, masih mengandalkan pasokan air baku dari PTJ II yang berada di Purwakarta. PJT II memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta dan sekitarnya. PJT II yang mengelolah air baku dari sumber air DAS Sungai Citarum untuk keperluan Pertanian sekitar 80 dari produksinya, Industri 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 1 3 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 6 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 o t o t a l d is t rib u si o t o t a l k e b t a ir a ir_t a n a h p a m O t o t a l_p ro d u k si_p a m Kerawang dan Bekasi, Kebutuhan PAM Bekasi dan Kebutuhan PAM Jaya. Namun untuk memenuhi kebutuhan air bersih wilayah DKI Jakarta, PAM JAYA juga masih membeli air curah dari PAM Tangerang yaitu dari sungai Cisadane untuk keperluan Wilayah Cengkareng dan sekitarnya. Besarnya produksi air bersih dan kebutuhan air bersih masyarakat DKI Jakarta dibuat model kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. Penelitian bertujuan untuk melakukan identifikasi keseimbangan suplai demand di DAS yang terkait dengan penyediaan air bersih untuk wilayah DKI Jakarta, melakukan identifikasi dukungan kebijakan pada pengelolaan sumber daya air di era otonomi daerah, menyusun model kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah yang bersifat holistik yang berkelanjutan dan rekomendasi agenda kebijakan dengan bantuan software powersim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil simulasi sub model penduduk DKI Jakarta menunjukkan kecenderungan naik membentuk kurva pertumbuhan positif positive growth. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk DKI Jakarta baik sebagai akibat dari tingginya tingkat kelahiran maupun tingginya penduduk pendatang. Kenaikan kebutuhan air bersih sebagai sub model juga menunjukkan hal yang sama yaitu mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta. Dengan banyaknya penduduk maka kebutuhan air minum meningkat. Disisi lain kepadatan penduduk, membuat resapan air hujan ke dalam tanah sangat berkuang, karena lahan terpakai untuk pemukiman, jalan, dan sarana lain. Kepadatan lingkungan mengakibatkan sungai yang mengalir di dekat permukiman penduduk tercemar oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah padat. Selain itu juga tercemar oleh limbah isdustri baik industri besar maupun industri rumah tangga. Sumber air di daerah hulu, dimana terkenal dengan sumber air yang bersih dan sejuk tanpa polusi, akir-akir ini juga menjadi masalah karena sudah berkurang, dengan dijadikannya daerah tangkapan air menjadi permukiman, vila, dan tempat industri pariwisata seperti hotel dan restauran. Untuk mengatasi hal hal tersebut di atas baik masalah banjir dan air bersih diperlukan kebijakan nasional dan juga kebijakan yang bersifat regional. Khususnya masalah air bersih