Potensi Sumber Air baku di Bodetabek

penghematan air, Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertambangan DKI Jakarta mencanangkan Gerakan Peduli Sumur Resapan “Selamatkan Air Tanah Jakarta.

4.4 Neraca Supply Demand

Dalam melakukan analisis supply demand terlebih dahuluh dilakukan analisis kebutuhan dan juga harus dibahas pula tentang perencanaan kebutuhan. Dalam manajemen kita mengenal fungsi-fungsi perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating dan pengawasan dan pengendalian controlling. Fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diberlakukan dalam pengelolaan sumber daya air. Perencanaan adalah fungsi paling menentukan di dalam pengelolaan sumber daya air yang berwawasan kesinambungan pemanfaatan. Perencanaan yang baik pada dasarnya adalah setengah dari keberhasilan sudah dicapai. Dalam kaitan dengan perencanaan pemenuhan kebutuhan akan air, perencanaan dimaksudkan sebagai segala tindakan untuk menghasilkan suatu rencana sebagai dasar, acuan, maupun pedoman bagi kegiatan-kegiatan selanjutnya untuk mewujudkan sasaran yang ingin dicapai yaitu terpenuhinya kebutuhan air bersih sesuai dengan kuantitas dan kualitas. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pemenuhan kebutuhan air adalah asas perencanaan, asas pemanfaatan, asas kelestariaan. Sebelum suatu perencanaan dilaksanakan harus ditentukan asas dari perencanaan. Perencanaan harus berasaskan pada asas kemanfaatan, keseimbangan, dan kelestarian. Perencanaan harus bertujuan memberikan kemanfaatan baik bagi masyarakat maupun pemerintah asas kemanfaatan. Bagi pemerintah perencanaan tersebut harus dapat dimanfaatkan bagi dasar pengengembangan sumber daya air baik nasional maupun lokal, terutama bagi alokasi pemanfaatan air yang didasarkan atas pemanfaatan air saling menunjang conjunctive use antara air permukaan dan air tanah serta usaha konservasi sumber daya air untuk menjamin keberlanjutan ketersediaannya, baik jumlah maupun mutunya, dalam batasan ruang dan waktu tertentu. Bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin, perencanaan tersebut harus mencakup kemudahan masyarakat miskin mendapatkan kemudahan akses pada pasokan air dan memanfaatkannya bagi kepentingan mereka. Kemanfatan bagi masyarakat hanya dapat dipenuhi dengan melibatkan masyarakat itu sendiri, para akar rumput grass roots, dan pihak yang terkait stake holders.

4.4.1 Gap antara Kebutuhan dan Suplai

Kebutuhan air untuk masyarakat Jakarta sangat besar dan terus meningkat seiring dengan perkembangan penduduk baik yang diperanguhi oleh kelahiran maupun tingginya angka imigrasi penduduk dari luar DKI Jakarta. Kebutuhan air bersih untuk industri dan komersil serta hotel dan wisata juga cukup besar yaitu melebihi angka 30 perkiraan para pakar kebutuhan air bersih untuk non domestik sebesar 30 dari kebutuhan domestik. Kebutuhan air bersih dan suplai air bersih dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini. Tabel 30 Neraca air bersih DKI Jakarta 2009 Permintaan Demand Volume m 3 Suplai Volume m 3 Domestik Industri dan komersil Hotel dan mall Sosial 493.959.756 153.653.760 83.471.323 42.499.977 PJT 2 PAM Tangerang Selisih penggunaan air tanah 509.431.934 58.779.907 205.373.193 Total Demand 773.585.198 Total Suplai 773.585.034 Sumber: PAM Jaya dan BPS Jakarta Dalam Angka.diolah. Tabel 29 di atas menunjukkan gap neraca air sebesar 205.373.193 m 3 per tahun pada tahun 2009. Pasokan air dari PJT II sebesr 509.431.934 ke PAM Jaya ternyata juga mengalami kebocoran ditingkat distribusi pipa distribusi diperkirakan sebesar 40 sampai 50 atau Selisih atau kekurangan pasokan air untuk kebutuhan masyarakat DKI Jakarta dipenuhi dengan pengambilan tanah dangkal sumur masyarakat dan tanah dalam oleh industri dan hotel serta mal- mal. Pemenuhan kebutuhan air bersih dengan menggunakan air tanah dangkal dan air tanah dalam cukup begitu besar dan dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah dan dapat mengakibatkan penurunan muka tanah.

4.4.2 Rencana Pemenuhan Gap

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang selama ini masih kurang gap maka perlu dilakukan upaya pemanfaatan sumber lain melalui kerjasama lintas wialayah. Kerjasama lintas wilayah tersebut tetap mengikuti kebijakan nasional atau aturan yang berlaku saat ini era otonomi daerah. Kerjasama lintas wilayah dalam pengelolaan air baku untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan peraturan dibawahnya PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, PP Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM serta Permen PU No. 18PRTM2007 tentang Penyenggaraan SPAM , Permen PU Nomor 20PRTM2006 tentanng KNSP-SPAM. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan peraturan dibawahnya yaitu PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintahan Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah KabupatenKota . Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta saat ini masih mengandalkan pasokan air baku dari PJT II Sungai Citarum dan dari air curah pembelian dari PAM Tangerang Sungai Cisadane serta air curah dari Mata Air Ciburial. Untuk memenuhi gap kebutuhan air bersih yang cukup besar , misalnya tahun 2009 sebesar 205.373.193 m 3 dan pada tahun 2010 mengalami gap kekurangan pasokan air bersih sebesar 281.050.524 m3 dan akan mengalami peningkatan terus mnerus seiringi peningkatan jumlah penduduk, maka diperlukan suatu terobosan baru yaitu dengan melakukan perbagai upaya antara lain: 1. Mencari sumber lain selain dari yang telah ada saat ini yaitu 13 sungai lainnya yang mengalir di DKI Jakarta. Pemanfaatan 13 sungai lainnya untuk air baku air bersih, perlu dibarengi dengan perbaikan kondisi sungai baik di hulu dan di hilir dengan melakukan kerjasama lintas wilayah. Kerjasama lintas wilayah tersebut perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan debit air dan menjamin pasokan air baku untuk air bersih baik kuantitas maupun kualitas. Kerjasama dapat dilakukan