26
Komersial Subsisten Artisanal
Keterangan Industrial Tradisional
nelayan 10. Pengaturan
hasil tangkapan
Dijual ke pasar yang terorganisir
Penjualan untuk lokal yang tak terorganisir,
sebagian dikonsumsi sendiri
Umumnya di konsumsi oleh nelayan
itu sendiri, keluarganya, dan
kerabatnya; atau di tukar
11. Pengolahan hasil
tangkapan Diolah menjadi
tepung ikan atau untuk bahan
konsumsi bukan untuk manusia
Beberapa di keringkan, diasap, diasinkan; untuk
kebutuhan manusia Kecil atau tidak ada
sama sekali; semuanya untuk di konsumsi
12. Keberadaan ekonomi
nelayan Sering kali kaya
Golongan kebawah Minimal
13. Kondisi sosial Terpadu Kadang terpisah
Masyarakat yang terisolasi
Kategori 1, 4-10 dan 13 dari Kesteven 1973. Ungkapan didalam kurung adalah tambahan perubahan karakteristik menurut Kesteven.
2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut
Pengelolaan sumberdaya perikanan laut menyangkut aspek biologi, lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sumberdaya perikanan tidak
terbatas baik dalam kualitas maupun kemampuan untuk melakukan regenerasi. Untuk menjaga keberlanjutannya upaya mengeksploitasi harus dilakukan secara
rasional, yakni tidak melampaui daya dukungnya. Hak pemanfaatan yang bersifat terbuka open access dapat menjurus ke arah timbulnya persaingan diantara
nelayan. Aspek biologi yang harus diperhatikan adalah terjaminnya proses
rekruitmen pertumbuhan dari masing-masing jenis ikan, serta adanya proses interaksi biologi antar jenis yang dapat berupa pemangsaan atau persaingan.
Faktor lingkungan yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan mutu lingkungan terutama untuk daerah pemijahan dan
daerah pengasuhan nursery ground. Aspek ekonomi yang harus dipertimbangkan terutama adalah ketimpangan
antara pendapatan total dan biaya total yang akan menentukan tinggi rendahnya keuntungan total dan usaha perikanan termasuk penangkapan ikan di laut.
27
Aspek sosial budaya dan politik yang selama ini terabaikan perlu mendapatkan perhatian serius dalam upaya mengelola sumberdaya perikanan laut,
sehingga upaya pencapaian distribusi dan pemerataan pendapatan yang proporsional diantara berbagai kelompok pengguna sumberdaya perikanan seperti
nelayan dengan bukan nelayan, nelayan skala besar dengan nelayan skala kecil dan nelayan buruh dengan nelayan pemilik dapat tercapai.
Djamal 1995 mengatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya laut perlu dibatasi dengan pengendalian atas jumlah upaya penangkapan dan atau hasil
tangkapan agar terhindar dari adanya upaya yang berlebihan, investasi modal yang berlebihan atau kelebihan tenaga kerja. Pemanfaatan sumberdaya tanpa
pengendalian cenderung diikuti oleh penipisan sumber stok, menurunnya hasil tangkapan per unit upaya catch per unit of effortCPUE, serta menipisnya
keuntungan yang diperoleh. Efisiensi dari satu pengaturan pemanfaatan sumberdaya dapat dicapai dengan cara penetapan upaya penangkapan sampai
pada tingkat yang sesuai dengan tingkat yang diperlukan untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimal.
Kebijaksanaan pengelolaan seyogyanya bersifat lentur atau adaptif untuk mampu mengantisipasi segala perubahan yang terjadi pada sumberdaya yang
diakibatkan oleh proses interaksi biologi maupun interaksi teknologi serta oleh ketidakstabilan ekosistem, sehingga kebijaksanaan baru dapat segera disusun dan
dapat dilaksanakan. Kebijaksanaan pengelolaan harus mudah dipahami dan diterima oleh nelayan serta unsur terkait lainnya, agar dapat dicapai mufakat yang
harus dirumuskan secara institusional oleh lembaga yang berwenang, sehingga penerapannya dapat berjalan baik dan efisien.
Ketersediaan stok ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pertumbuhan dan kematian ikan Effendie, 1997. Pertumbuhan pada tingkat
individu dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu periode waktu tertentu sedangkan pertumbuhan populasi adalah
pertambahan jumlah. Lebih lanjut dikatakan, pertumbuhan merupakan fungsi biologi yang kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini
dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol di antaranya adalah
28
keturunan, sex, parasit dan penyakit. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Faktor-faktor yang paling
banyak mempengaruhi pertumbuhan adalah jumlah dan ukuran pakan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan pakan yang tersedia, iklim kualitas
air terutama suhu dan oksigen terlarut, umur, ukuran ikan serta kematangan gonad.
Menurut Biusing 1987, struktur populasi ikan tropis berubah dari waktu ke waktu namun relatif stabil dibandingkan dengan populasi ikan di subtropis
karena dipengaruhi oleh penambahan ikan baru recruitment di daerah tropis terjadi secara kontinyu. Kestabilan ini disebabkan oleh “multispawning behavior”
ikan yang berlangsung sepanjang tahun. Bahaya punahnya cadangan ikan dapat disebabkan antara lain oleh adanya
penangkapan ikan yang melebihi kemampuan reproduksi ikan tersebut dan rusaknya lingkungan perairan di tempat ikan tersebut menetap Clark, 1985 dan
Effendie, 1997. Dengan demikian kriteria pemanfaatan sumberdaya yang dapat pulih renewable resources adalah bahwa laju ekstraksinya tidak boleh melebihi
kemampuannya untuk memulihkan diri pada suatu periode tertentu Clark, 1985. Untuk menduga tingkat eksploitasi ikan di suatu perairan maka diperlukan
informasi mengenai laju mortalitas alami dan penangkapan dan populasi ikan yang dieksploitasi tersebut Biusing 1987. Mortalitas alamiah merupakan
pengaruh dari relatif besarnya faktor-faktor lingkungan yang berinteraksi secara bebas Aziz 1989. Mortalitas alami terdiri dari beberapa komponen yaitu
predasi, penyakit dan penyebab fisiologis Beverton and Holt 1957. Suatu pendekatan mortalitas alam dapat diukur dan pola pertumbuhan spesies yang
bersangkutan. Pola pertumbuhan ikan yang cepat akan mempunyai laju mortalitas alami yang rendah. Meskipun pendugaan ini tidak selalu tepat, tetapi penting
untuk studi awal penentuan jenis mortalitas yang dominan Gulland 1983 dalam Aziz 1989.
Mortalitas akibat penangkapan ditentukan oleh upaya tangkap dan jumlah tangkapan per unit. Upaya tangkap dipengaruhi oleh musim penangkapan.
Mortalitas penangkapan cenderung bervariasi karena ikan besar dan kecil
29
disebarkan dengan berbeda dan karena pemilihan ukuran tidak dapat ditentukan dengan alat penangkapan.
Sumberdaya perikanan laut merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dipulihkan renewable resources, di mana pengelolaannya didasarkan pada
konsep hasil maksimum yang lestari maximum sustainable yield. Tujuan konsep MSY adalah pengelolaan sumberdaya alam yang sederhana yakni
mempertimbangkan fakta bahwa persediaan sumberdaya biologis seperti ikan tidak dimanfaatkan terlalu berat, karena akan menyebabkan hilangnya
produktivitas. Menurut Gulland 1983, ada beberapa faktor penyebab pertumbuhan
surplus populasi ikan, yaitu: 1 Kegiatan menangkap ikan akan memperkecil cadangan, namun dengan
kepadatan yang rendah dalam keseimbangan alamiah, berarti cadangan yang tertinggal akan memanfaatkan makanan lebih banyak.
2 Kegiatan menangkap akan menggeser umur rata-rata cadangan ikan menjadi lebih muda dan cepat besar.
3 Cadangan yang tidak banyak ditangkap, kapasitas hidup telur akan berbanding terbalik dengan jumlah ikan yang bertelur dan jumlah telur yang dihasilkan.
Hal ini berarti kalau jumlah anggota yang bertelur berkurang maka jumlah anggota muda akan bertambah besar.
Christy dan Scott 1986 mengemukakan bahwa sifat dasar dari sumberdaya ikan adalah milik bersama common property di mana
pemanfaatannya dapat digunakan pada waktu yang bersamaan oleh lebih dari individu atau satu satuan ekonomi. Salah satu alasan mengapa sumberdaya
tersebut digolongkan sebagai milik bersama, karena biaya untuk mempertahankan hak penggunaannya secara khusus dirasakan lebih tinggi dari pendapatan
tambahan yang mungkin diperoleh dari pemilikan sumberdaya. Cruitchfild dan Pontecorvo 1978 yang diacu dalam Setyono 2000
menyatakan sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang mudah ditangkap sehingga tidak mungkin mengurangi upaya dengan pembatasan input, dalam arti
bahwa pengawasan tidak mungkin mencegah orang dalam penggunaan sarana
30
untuk menangkap ikan. Untuk itu diperlukan pengelolaan dengan baik, agar dapat mempertahankan dan mengembangkan populasi yang ada.
Salah satu pendekatan dalam pemanfataan sumberdaya ikan berkelanjutan adalah pendekatan ekologi Dahuri, et al., 2001. Menurut Anggoro 2000
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang berwawasan ekologi secara umum ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut :
1 Kemantapan produktivitas pada skala temporal berdasarkan waktumusim dan spasial berdasarkan tempatdaerah penangkapan ikan
2 Kemantapan daya dukung lingkungan habitat serta daya lenting sumberdaya terpulihkan ikan dalam rentang waktu tertentu.
3 Kemantapan daya tampung lingkungan habitat dalam merespons gangguan eksploitasi dan atau masukan bahan pencemar perairan
4 Keberlangsungan daur hidup dan daur ruaya alami serta tetap berperannya habitat vital sebagai daerah pemijahan spawning ground dan daerah asuhan
anak ikan nursery ground. Lebih lanjut dikatakan oleh Anggoro 2000 bahwa secara ideal
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya harus mampu menjamin kesinambungan fungsi ekologi secara mantap guna mendukung keberlanjutan
perikanan yang ekonomis dan produktif.
2.5 Pembangunan Perikanan Berkelanjutan