122
50 100
150 200
250 300
350 400
P roduk
s i ton
MEY MSY
open access Aktual
Gambar 5.22 Perbandingan produksi perikanan dalam kondisi MEY, MSY, open access dan aktual di perairan Pasauran, Kabupaten Serang.
5.3.2 Kondisi ekologi dalam atribut Rapfish
Penyusunan skor status keberlanjutan pada dimensi ekologi perikanan tangkap skala kecil dilakukan berdasarkan keadaan lapang daerah penelitian dan
berdasarkan acuan dari kriteria yang telah dibuat. Hasil wawancara dan pengamatan lapang yang dilakukan pada dua wilayah yaitu perairan Pantai
Kabupaten Serang dan perairan Pantai Kabupaten Tegal menghasilkan variabel atau atribut yang dapat dilihat pada Tabel 5.20 dan Lampiran 3. Untuk
pendefinisian kriteria data dari variabel atau atribut tersebut maka dilakukan analisis data sebagai fakta atau realita data ekologi dalam atribut Rapfish.
5.3.2.1 Tingkat eksploitasi perikanan
Salah satu status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil digambarkan berdasarkan analisis bioekonomi dari kedua wilayah. Untuk menggambarkan
keadaan tingkat eksploitasi maka rata-rata data produksi perikanan beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan MSY maximum sustainable yield di masing-
masing wilayah penelitian. Jika produksi perikanan melebihi MSY maka dapat dikatakan wilayah perairan sudah mengalami lebih tangkap overfishing secara
biologi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan lebih besar dari tingkat pertumbuhan ikan itu sendiri Charles, 2001.
123
Sumberdaya perikanan perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang telah mengalami lebih tangkap 12,81 dari produksi lestarinya, berdasarkan nilai
MSY sebesar 332,56 ton per tahun dan rata-rata produksi aktual sebesar 375,16 ton per tahun.
Sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Tegal telah mengalami overfishing atau lebih tangkap sebesar 40,29 dari produksi lestarinya
berdasarkan nilai MSY sebesar 396,49 ton per tahun dan rata-rata produksi aktual 556,25 per tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan kedua wilayah
sudah mengalami tangkap lebih, dimana tangkap lebih perairan Kabupaten Tegal lebih besar daripada perairan Kabupaten Serang. Berdasarkan kriteria yang dibuat
sumberdaya perikanan Pantai Pasauran mengalami tingkat eksploitasi dalam kategori lebih sedikit 2 sedangkan perairan Kabupaten Tegal dengan tingkat
eksploitasi dalam kategori sangat berat 3.
5.3.2.2 Proporsi ikan yang dibuang
Proporsi ikan yang dibuang ini adalah kuantitas ikan tangkapan yang tidak dimanfaatkan nelayan. Ikan hasil tangkapan dapat dimanfaatkan dengan cara:
1 dijual dimana nelayan memperoleh sejumlah uang dari hasil penjualan, 2 diolah menjadi ikan olahan atau bentuk lainnya dimana nelayan memperoleh
sejumlah uang dari penjualan ikan olahan atau untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 3 dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga.
Hasil tangkapan nelayan baik di Kabupaten Serang maupun di Kabupaten Tegal sebagian besar adalah dijual, hanya sedikit sekali yang diolah dan
dikonsumsi sendiri. Hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap payang bugis di Pantai Pasauran, Kabupaten Serang adalah ikan-ikan yang
terdapat di permukaan, sedangkan dengan menggunakan alat tangkap jaring udang adalah lobster dengan harga yang sangat tinggi. Melihat jenis ikan yang
ditangkap nelayan di Kabupaten Serang serta armada yang digunakan tidak ada satu jenis ikan pun yang tidak laku dijual Lampiran 3a.
Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Kabupaten Tegal adalah ikan-ikan yang berukuran kecil. Ikan-ikan tersebut dapat dijual nelayan dengan
menggunakan keranjang serta dengan harga yang murah. Jenis ikan yang tidak
124
laku dijual langsung dikonsumsi oleh nelayan itu sendiri, sehingga tidak ada ikan yang terbuang. Berdasarkan kriteria yang dibuat, proporsi ikan yang dibuang di
Pantai Pasauran, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tegal menunjukkan jumlah sangat rendah 0.
5.3.2.3 Tekanan pemanfaatan perairan
Tekanan pemanfaatan atau tingkat intensitas pemanfaatan perairan digunakan dalam Rapfish untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan sesuai
dengan potensi perairan laut dari masing-masing wilayah. Tekanan pemanfaatan perairan tersebut antara lain sebagai lahan budidaya laut, sarana transportasi,
pembuangan sampah, kepadatan area penangkapan ikan dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kondisi perairan Pantai
Pasauran, Kabupaten Serang terlihat bahwa di sekitar perairan ini tidak terdapat lahan budidaya baik itu budidaya rumput laut maupun budidaya keramba jaring
apung KJA untuk ikan. Budidaya laut tidak mungkin dilakukan di perairan ini karena angin dan gelombang laut yang besar. Kalaupun ada penjemuran rumput
laut di Kecamatan Cilurah, Kabupaten Pandeglang yang berbatasan dengan Pantai Pasauran produk tersebut merupakan rumput laut yang diambil dari alam
dan bukan hasil budidaya. Demikian juga halnya budidaya laut pada wilayah perairan Kabupaten Tegal juga tidak ditemukan Lampiran 3b.
Tekanan pemanfaatan perairan lainnya adalah perairan yang sangat bersih dari sampah di Kabupaten Serang, kondisi ini jauh berbeda dengan perairan di
Kabupaten Tegal yang penuh sampah, berwarna keruh dan banyak tumpahan minyak dari kapal-kapal penangkap ikan. Salah satu faktor perairan Kabupaten
Serang ini bersih dari sampah adalah karena perairan tersebut di peruntukan untuk kegiatan pariwisata bahari. Pemerintah daerah Kabupaten Serang mempunyai
tempat pembuangan sampah yang merupakan program kebersihan dan ketertiban wilayah.
Perairan di Kabupaten Serang ini juga tidak digunakan sebagai sarana transportasi laut karena infrastruktur jalan yang sangat memadai dan bagus
menuju wilayah ini. Memadainya infrastruktur jalan dan sarana transportasi darat ini juga merupakan bagian dari kemudahan akses menuju obyek wisata Kabupaten
125
Serang. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi di wilayah Kabupaten Tegal dimana perairan ini digunakan sebagai jalur perhubungan PELINDO II ke
Pelabuhan Tegal. Kepadatan area penangkapan ikan di Kabupaten Serang tidak terlalu padat
karena nelayan tangkap yang beroperasi hanya nelayan kecil yang menggunakan mesin tempel 5 GT yang jumlahnya tidak melebihi dari 100 kapal. Kondisi ini
sangat berbeda dengan Kabupaten Tegal dimana tekanan perairan di wilayah ini sangat tinggi. Kenyataan ini ditunjukkan oleh banyaknya nelayan masuk ke
perairan di Kabupaten Tegal dengan berbagai alat tangkap. Kepadatan area penangkapan di Perairan Kabupaten Tegal ini bukan saja memberikan tekanan
pemanfaatan perairan akibat tumpahan minyak dari kapal-kapal penangkap ikan namun juga memberikan potensi konflik pemanfaataan perairan.
Berdasarkan bermacam informasi pemanfaatan perairan di kedua wilayah tersebut di atas maka secara rata-rata tekanan pemanfaatan perairan di Kabupaten
Serang dapat dinyatakan kurang 0, sedangkan tekanan pemanfaatan perairan di Kabupaten Tegal dapat dikatakan sudah cukup tinggi 2.
5.3.2.4 Perubahan ukuran ikan yang tertangkap
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di Kabupaten Serang diperoleh informasi bahwa beberapa tahun belakangan ini ukuran ikan yang
tertangkap sedikit menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya Lampiran 3c. Beberapa nelayan menyatakan jika dalam kurun waktu 5-10 tahun
yang lalu ikan yang tertangkap saat ini agak sedikit lebih kecil. Informasi dari nelayan yang melakukan penangkapan di Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa
ukuran ikan yang tertangkap menurun. Beberapa tahun terakhir ini nelayan di Kabupaten Tegal hanya menangkap ikan dengan ukuran sangat kecil yaitu ikan
teri dan rebon Lampiran 3c. Dari hasil pengamatan di lapangan, hasil tangkapan nelayan yang selalu dikatakan ikan teri adalah beberapa jenis ikan lainnya dengan
ukuran yang kecil. Sesuai dengan kriteria yang dibuat, maka ukuran ikan yang tertangkap di Kabupaten Serang sedikit menurun 1, sedangkan ukuran ikan di
Kabupaten Tegal menurun banyak 2.
126
5.3.2.5 Perubahan jumlah jenis ikan yang tertangkap
Jenis ikan yang tertangkap nelayan dengan menggunakan payang bugis di Kabupaten Serang sedikit menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan
nelayan yang menggunakan alat tangkap payang bugis, sebagian nelayan menyatakan bahwa jenis ikan yang tertangkap berkurang 1-2 jenis ikan jika
dibandingkan 10-15 tahun yang lalu, sedangkan nelayan yang lainnya mengatakan tidak ada yang berkurang. Nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring udang
mengatakan bahwa tidak ada jenis ikan yang berkurang. Jenis ikan yang tertangkap beberapa tahun ini sama dengan jenis ikan yang tertangkap 10 tahun
yang lalu Lampiran 3d. Nelayan yang melakukan penangkapan di Kabupaten Tegal mengatakan
jenis ikan yang tertangkap pada beberapa tahun belakangan ini berkurang dibandingkan 10 tahun yang lalu. Nelayan sebagian besar hanya menemukan
jenis ikan teri. Nener sudah sama sekali tidak tertangkap lagi oleh nelayan di Kabupaten Tegal, padahal sebelumnya jumlah nener yang tertangkap dalam
jumlah besar Lampiran 3d. Sesuai dengan kriteria yang dibuat, jenis ikan yang tertangkap dengan
menggunakan alat tangkap payang bugis berkurang 1-2 jenis 1, jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan jaring udang tidak berubah 0, sedangkan jenis
ikan yang tertangkap dengan menggunakan alat tangkap payang gemplo, bundes dan rampus berkurang 3-5 jenis 2.
5.3.2.6 Pemanfaatan pariwisata bahari
Salah satu faktor yang mendukung atribut ekologi adalah pemanfaatan pariwisata bahari karena pariwisata bahari ini harus didukung oleh lingkungan
yang bersih, aman, tertib dan nyaman. Oleh karena itu pariwisata yang tidak melebihi kapasitas sebenarnya dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor
pendukung keberlanjutan perikanan tangkap. Perairan di Kabupaten Serang ini sangat didukung oleh pemanfaatan
pariwisata bahari ini, namun sangat disayangkan sejak terjadinya peristiwa tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 sangat memukul sektor ini. Apalagi
pada awal tahun 2005 ini sering terjadi gempa bumi akibat aktifitas Gunung
127
Rakata sehingga pariwisata bahari di Kabupaten Serang ini mulai ditinggalkan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Pariwisata bahari ini boleh
dikatakan mengalami kemunduran yang juga berdampak kepada pendapatan nelayan Kabupaten Serang. Penurunan pendapatan nelayan dari sektor ini
diakibatkan turunnya jumlah pesanan ikan-ikan segar yang akan dikonsumsi oleh para wisatawan dan berdampak turunnya harga jual ikan segar dari nelayan.
Selain itu turunnya pendapatan dari alternatif pekerjaan dari sektor ini yaitu penyewaan perahukapal nelayan ke daerah sekitar Gunung Rakata pada musim
paceklik ikan Lampiran 3e. Sebenarnya para penduduk lokal termasuk nelayan sudah memanfaatkan pariwisata bahari secara optimal. Selain itu Pemerintah
Kabupaten Serang ini juga meningkatkan pariwisata bahari ini dengan berbagai promosi, namun karena kegiatan pariwisata baru-baru ini terpukul oleh keadaan
tersebut sehingga menurun maka dapat dikatakan pemanfaatan pariwisata bahari Kabupaten Serang dalam tingkat sedang 2. Hal ini sangat berbeda dengan
pemanfaatan pariwisata bahari di Kabupaten Tegal. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal 2003 sampai saat ini dapat dikatakan pemanfaatan
pariwisata bahari hampir tidak ada 0.
5.3.3 Skor atribut dan indeks keberlanjutan dimensi ekologi