225
8.3.2 Kondisi teknologi dalam atribut Rapfish
Penyusunan skor status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil berdasarkan keadaan lapang daerah penelitian dan berdasarkan acuan dari kriteria
yang telah dibuat. Hasil wawancara dan pengamatan lapang yang dilakukan pada dua wilayah yaitu Kabupaten Serang Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka dan
Perairan Kabupaten Tegal menghasilkan variabel atau atribut pada dimensi teknologi yang dapat dilihat pada Tabel 8.3 dan Lampiran 20. Untuk
pendefinisian kriteria data dari variabel atau atribut pada Tabel 8.3 tersebut maka dilakukan analisis data sebagai fakta atau realita data dalam atribut Rapfish.
8.3.2.1 Tempat pendaratan ikan TPI
Kabupaten Serang terdapat banyak TPI tersebar di wilayah pantai utara Serang dan perairan Selat Sunda termasuk TPI Pasauran yang terletak di
Kecamatan Cinangka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para nelayan Pasauran dan hasil pengamatan, aktifitasnya TPI Pasauran dapat dikategorikan
terpusat 2, karena nelayan Pasauran selalu mendaratkan ikan hasil tangkapannya di TPI Pasauran walaupun di sekitar wilayah Pasauran terdapat TPI Cilurah yang
jaraknya relatif dekat. Kabupaten Tegal terdapat 3 TPI yang digunakan oleh nelayan untuk
mendaratkan ikan hasil tangkapannya yaitu TPI Larangan di desa Munjung Agung dan TPI Surodadi I dan Surodadi 2 yang terletak di desa Surodadi. Secara
geografis ketiga TPI tersebut dapat diklasifikasikan tersebar pada jarak yang cukup untuk jangkauan perahu motor tempel. Nelayan yang berpangkalan pada
masing-masing TPI tersebut selalu mendaratkan ikan hasil tangkapannya di TPI tempat asal dan hampir tidak ada yang berpindah mendaratkan ikan ke tempat
lain. Para nelayan ini terpaksa pindah mendaratkan ikannya ke tempat lain jika nelayan harus melakukan kegiatan penangkapan di luar wilayahnya karena di
wilayah penangkapan asal sudah tidak ada lagi ikan yang memberikan harapan. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dikategorikan tempat pendaratan ikan agak
terpusat 1.
226
8.3.2.2 Lama trip penangkapan
Semua alat tangkap yang diamati baik di perairan Tegal maupun perairan Pantai Pasauran, Kabupaten Serang dioperasikan dengan lama trip penangkapan 1
hari, karena semua jenis alat tangkap yang menjadi obyek kajian ini merupakan perikanan tangkap skala kecil. Lama jam bekerja per trip untuk usaha perikanan
dengan alat tangkap payang bugis rata-rata 7-8 jam 1, jaring udang 3-4 jam 0 sedangkan untuk kegiatan perikanan yang beroperasi di perairan Kabupaten Tegal
untuk alat tangkap jaring rampus, bundes dan payang gemplo rata-rata 8-10 jam per trip 1. Jam keberangkatan setiap alat tangkap rata-rata sama sekitar jam
04.00 – 05.00 pagi kecuali untuk jaring udang yang memulai aktifitasnya sekitar jam 05.30-06.00 pagi. Selengkapnya untuk jam keberangkatan, lama trip dan
jumlah trip per bulan dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2 Lama trip penangkapan, jam keberangkatan dan skoring perikanan tangkap perairan Pantai Pasauran Kabupaten Serang dan perairan
Pantai Kabupaten Tegal
No Keterangan Jam
Keberangkatan Lama Trip
Jam Skor
1 Payang bugis
04.00–05.00 7-8
1 2
Jaring Udang 05.30-06.00
3-4 3
Jaring Rampus 04.00–05.00
8-10 1
4 Bundes 04.00–05.00
8-10 1
5 Payang Gemplo
04.00–05.00 8-10
1
8.3.2.3 Jenis sifat alat tangkap
Perikanan tangkap di perairan Pantai Pasauran, Kabupaten Serang menggunakan alat tangkap payang bugis jika ditinjau dari pengoperasiannya dapat
dikategorikan aktif karena memang dioperasikan secara aktif terutama pada saat menghadang dan melingkar mengurung gerombolan ikan yang terdapat di
sekitar rumpon 2. Untuk perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap jaring udang lobster dioperasikan dengan cara menempatkan jaring tersebut di
perairan karang-karang yang dianggap terdapat lobster. Awalnya jaring ini dipasang pada sore hari atau malam hari lalu ditinggalkan di dasar perairan
berkarang untuk kemudian diangkat keesokan harinya sekitar pukul 05.30 atau
227
pukul 06.00 pagi untuk mengambil hasil tangkapan yaitu udang lobster atau ikan- ikan karang yang terperangkap tersangkut di badan jaring tersebut. Oleh karena
itu dapat dikatakan usaha perikanan dengan alat tangkap jaring udang ini dapat dikatakan pasif 0.
Perikanan tangkap di Kabupaten Tegal dengan alat tangkap jaring rampus dapat digunakan untuk menangkap berbagai ikan pelagis seperti kembung dan
selar. Pada hakikatnya alat ini dapat dikategorikan pasif namun beberapa nelayan mengoperasikannya secara aktif oleh karena itu dapat dikatakan alat tangkap
jaring rampus ini seimbang 1. Alat tangkap bundes termasuk klasifikasi beach seine yang digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol di sekitar pantai.
Alat ini dioperasikan dengan dilingkarkan oleh kapal dan kemudian ujung jaring sayap ditarik untuk mempersempit lingkaran. Dengan cara pengoperasian
demikian, maka alat tangkap bundes dapat dikategorikan aktif 2. Alat tangkap payang gemplo digunakan untuk menangkap teri nasi dengan cara dilingkarkan
untuk mengurung gerombolan ikan sasaran penangkapan ikan target, dengan demikian alat ini dapat dikategorikan aktif 2.
8.3.2.4 Selektivitas alat tangkap
Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Serang dengan alat tangkap payang bugis jika ditinjau dari ikan yang menjadi sasarannya dapat dikategorikan
agak selektif 1. Alat tangkap payang bugis ini dapat menangkap beberapa jenis ikan pelagis yang bergerombol di sekitar rumpon namun dengan ukuran yang
relatif selektif, karena ukuran mata jaring mesh size yang tidak terlalu halus rapat. Kegiatan perikanan dengan alat tangkap jaring udang mempunyai tujuan
untuk menangkap udang lobster walaupun pada kenyataanya jenis-jenis ikan karang lainnya dapat juga tersangkut pada jaring ini. Mata jaring alat tangkap ini
relatif besar sehingga hanya ikan-ikan ukuran tertentu yang dapat tertangkap dengan jaring udang ini, sedangkan ukuran udang lobster yang tertangkap sangat
bervariasi karena bentuk tubuh udang lobster. Oleh karena itu kegiatan perikanan dengan alat tangkap jaring udang ini dapat dikatakan agak selektif 1.
Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Tegal dengan alat tangkap jaring rampus dapat menangkap beberapa jenis ikan lebih dari 3 jenis ikan,
228
namun ukuran maupun umur panen ikan-ikan yang tertangkap relatif sama. Dengan demikian kegiatan perikanan dengan alat tangkap jaring rampus ini dapat
dikategorikan agak seletif 1. Alat tangkap bundes digunakan untuk menangkap ikan yang hidup di kawasan pantai. Ukuran mata jaring yang relatif halus rapat,
maka dapat dipastikan hampir semua jenis ikan habitat pantai baik yang hidup di dasar maupun di permukaan dapat tertangkap dengan alat tangkap bundes.
Dengan kemampuan tangkap yang demikian maka alat tangkap bundes dapat dikategorikan alat tangkap yang kurang selektif 0. Kegiatan perikanan dengan
alat tangkap payang gemplo, jika ditinjau dari jenis dan ukuran ikan sasaran tangkapannya dapat menangkap ukuran ikan apa saja karena kantongnya yang
halus digunakan untuk menangkap ikan teri. Dalam praktiknya ikan-ikan lain yang masih sangat kecil sangat mungkin tertangkap dengan alat ini. Dengan
demikian kegiatan perikanan dengan alat tangkap payang gemplo ini kurang selektif 0.
8.3.2.5 Penggunaan alat bantu penangkapan FADs atau FAL
Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Serang dengan alat tangkap payang bugis dioperasikan dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon
FADs. Rumpon tersebut digunakan untuk mengumpulkan gerombolan ikan pada satu kawasan yang relatif kecil sehingga ikan mudah ditangkap. Dengan
demikian, alat tangkap payang bugis dapat dikategorikan menggunakan alat bantu 2.
Kegiatan perikanan dengan alat tangkap jaring udang di Kabupaten Serang maupun kegiatan perikanan di Kabupaten Tegal baik jaring rampus, bundes dan
payang gemplo tidak satupun yang menggunakan alat bantu penangkapan baik FADs maupun FAL 0.
8.3.2.6 Ukuran kapal penangkapan
Kegiatan perikanan di Kabupaten Serang yang mengoperasikan alat tangkap payang bugis menggunakan kapal berukuran 7-8 meter 1, sedangkan
kegiatan perikanan dengan alat tangkap jaring udang cukup menggunakan sampan yang berukuran 2-3 meter 0. Kegiatan perikanan di Kabupaten Tegal baik yang
229
mengoperasikan alat tangkap jaring rampus, bundes maupun payang gempo menggunakan kapal dengan ukuran 7-8 meter 1.
8.3.2.7 Penanganan pasca panen
Nelayan di kedua wilayah penelitian berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan menjual hasil tangkapannya sesaat kemudian setelah tiba di TPI.
Ikan yang didaratkan dan dilelang adalah ikan segar tanpa melalui perlakuan apapun kecuali mencucinya dari kotoran yang menempel ketika berada di atas
kapal atau ketika pembongkaran di TPI. Dengan demikian ikan hasil tangkapan para nelayan tersebut dikategorikan tidak ada penanganan pasca panen 0.
8.3.2.8 Penggunaan alat bantu yang destruktif
Alat bantu perikanan yang destruktif dapat dideskripsikan sebagai alat yang dapat menimbulkan kerusakan sumberdaya perikanan misalnya penangkapan
ikan dengan bom, racun, bius atau tenaga listrik setrum. Dengan alat bantu yang destruktif ini ikan akan lebih mudah tertangkap tetapi dapat berdampak negatif
yaitu merusak seluruh mata rantai kehidupan yang ada di sekitar wilayah penangkapan tersebut. Hasil wawancara dan pengamatan, cara-cara tersebut tidak
terjadi pada kegiatan perikanan pada setiap alat tangkap yang menjadi obyek kajian di kedua wilayah penelitian baik di perairan Pantai Pasauran Kabupaten
Serang maupun di perairan Pantai Kabupaten Tegal 0.
8.3.3 Skor atribut dan indeks keberlanjutan perikanan tangkap pada dimensi teknologi