4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kabupaten Serang
4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang
Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 ˚ 5’ - 6˚ 21’
LS dan 105 ˚ 0’ - 106˚ 22’ BT Gambar 4.1 dan Lampiran 1. Kabupaten Serang
berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tangerang di sebelah timur, Kota Cilegon dan Selat Sunda di sebelah barat dan Kabupaten Lebak dan
Pandeglang di sebelah selatan. Secara administratif, wilayah Kabupaten Serang ini termasuk ke dalam Provinsi Banten.
Wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian antara 0 – 1.778 meter di atas permukaan laut. Secara umum topografinya adalah lahan daratan dan
bergelombang. Pada topografi pantai Selat Sunda terdapat wilayah lainnya berupa tanah dan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 417 meter di atas
permukaan laut. Perairan Selat Sunda merupakan perairan yang unik, karena hampir setiap
saat kondisinya dipengaruhi oleh karakteristik oseanik Samudra Hindia dan sifat perairan dangkal Laut Jawa. Menurut Kurnio dan Hardjawidjaksana 1995 yang
diacu dalam Yusfiandayani 2004, Gunung Krakatau terdiri dari beberapa gugusan pulau yaitu Sertung, Rakata, Rakata Kecil Panjang dan Anak Krakatau
yang aktif, selalu memuntahkan material piroklastik selang antara 1 menit hingga 4 menit dan cenderung menghasilkan tsunami dengan gelombang kecil dan
sedang. Topografi dasar laut Selat Sunda beragam bentuknya, yaitu berbentuk paparan, berbagai kedalaman slope, berupa mangkuk deep sea basins, gunung
di bawah laut sea mount dan pemunculan dasar perairan trough. Perairan Selat Sunda merupakan bagian dari dangkalan Sunda yang kaya
akan berbagai jenis ikan, baik pelagis, demersal maupun udang Yusfiandayani, 2004. Selat Sunda termasuk perairan dangkal, letaknya antara Pulau Jawa dan
Sumatera. Dasar perairan ini pada kedalaman hingga 30 meter umumnya adalah lumpur berpasir dan bahan organik yang belum terurai sempurna. Sedangkan
dasar perairan pada kedalaman antara 30 hingga 100 meter umumnya adalah
75
campuran pasir dan karang. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga AgustusSeptember sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga
Maret. Angin kencang dan gelombang besar umumnya terjadi pada saat musim angin barat November-Maret, sedangkan musim angin timur April–September,
angin bertiup dari arah timur – tenggara dengan kecepatan lemah sehingga laut tidak bergelombang besar. Pada musim angin barat, angin bertiup dari arah barat –
barat laut dengan membawa hujan dan merupakan musim paceklik bagi nelayan karena angin berkecepatan tinggi dan hujan badai.
Gambar 4.1 Lokasi penelitian pengambilan sample responden di Pasauran, Kabupaten Serang Sumber : Google-earth tanggal akses 20 Februari
2006
Kondisi perairan Pasaruan, Selat Sunda pada umumnya memiliki kisaran suhu antara 27
C – 31 C dengan suhu perairan pada umumnya 29
C atau lebih, kecerahan perairan berkisar 3,5 -13,0
C dengan kecepatan arus berkisar 3 – 25 metermenit Yusfiandayani, 2004. Sama seperti di pesisir utara Jawa Barat,
kegiatan operasi penangkapan ikan di Selat Sunda dipengaruhi oleh cuaca musim dan ketersediaan ikan. Nelayan di pesisir Selat Sunda mengenal tiga
76
musim penangkapan ikan berkaitan dengan periode moonson, yaitu musim angin barat, musim angin timur dan musim peralihan. Musim angin barat berlangsung
pada sekitar bulan Desember – Maret, musim timur berlangsung antara bulan Agustus – Oktober, dan musim peralihan di antara kedua periode musim barat dan
timur. Dalam bulan Agustus hingga Oktober, nelayan umumnya banyak memperoleh ikan sehingga periode tersebut dapat disebut sebagai musim puncak
kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan dalam periode lain, yaitu mulai Januari hingga Maret, hasil tangkapan biasanya sedikit sehingga periode tersebut sebagai
musim paceklik. Namun secara umum, kegiatan penangkapan ikan di Selat Sunda berlangsung hampir sepanjang tahun.
4.1.2 Produksi perikanan