12
2 Memberikan kejelasan kepada pihak-pihak terkait dalam menentukan prioritas dalam kegiatan pembangunan perikanan berkelanjutan secara
komprehensif.
1.6 Kerangka Pemikiran
Salah satu isu pembangunan perikanan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah bagaimana menyeimbangkan antara
tujuan ekonomi dengan keberlangsungan sumberdaya perikanan, di mana dalam beberapa dekade belakangan ini pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek
kelestarian. Di sisi lain kondisi sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya di wilayah pantai cenderung mulai berkurang, sehingga hasil tangkapan beberapa
jenis ikan terus mengalami penurunan. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena semakin banyaknya komunitas pemanfaat sumberdaya atau semakin efektifnya
alat tangkap yang digunakan, sementara kapasitas daya dukung lingkungan carrying capacity sumberdaya perikanan semakin menurun. Di samping dapat
menurunkan tingkat produktivitas dan pendapatan nelayan, kondisi seperti ini dapat juga memicu terjadinya dampak sosial berupa konflik antar nelayan di
wilayah pantai. Peningkatan jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya perikanan
menyebabkan tingginya tekanan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Menurut Kusumastanto 2000, fenomena ini memerlukan suatu rumusan perencanaan
pengelolaan sumberdaya perikanan secara komprehensif dan memenuhi kriteria pembangunan terpadu berkelanjutan yaitu secara ekonomi harus efisien dan
optimal, secara sosial budaya berkeadilan dan dapat diterima, dan secara ekologi tidak melampaui daya dukung lingkungan environmentally friendly.
Dari penjelasan di atas, perikanan merupakan salah satu aktifitas ekonomi sumberdaya yang sangat kompleks, mengingat ketersediaan dan kelestarian
sumberdaya ikan yang dimanfaatkan sangat dipengaruhi oleh cara dan tingkat pemanfaatannya yang dapat berdampak negatif dimasa datang. Di sisi lain ada
banyak pihak yang sekedar meningkatkan produksi tanpa berpikir kelestarian
13
sumberdaya ikan walaupun disadari hal ini akan berdampak pula pada keberlanjutan.
Untuk mewujudkan konsep pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, dibutuhkan kajian terhadap isu permasalahan yang terdapat di wilayah penelitian
secara komprehensif yang mencakup aspek ekologi, teknologi, ekonomi, sosial dan etika termasuk kelembagaan sebagai pengkoordinasi dan pengawasan
pemanfaatan sumberdaya secara keseluruhan. Keterpaduan aspek-aspek keberlanjutan di atas dapat menggambarkan keberlanjutan perikanan, karena
aspek-aspek tersebut telah mencakup semua aspek keberlanjutan perikanan sekaligus merupakan tolok ukur pembangunan berkelanjutan.
Selanjutnya hasil identifikasi isu dan permasalahan perikanan tersebut kemudian diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan masing-
masing aspek, yang akhirnya diperoleh agregat faktor untuk masing-masing aspek keberlanjutan. Dengan cara demikian dapat diperoleh masukan untuk
menganalisis keberlanjutan dan selanjutnya dapat dirumuskan upaya-upaya yang dapat ditempuh dalam menyusun kebijakan pengelolaan perikanan yang
berkelanjutan di wilayah penelitian. Berdasarkan hipotesis dasar bahwa “Keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil dipengaruhi berbagai aspek
keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan etikamanajemen, kondisi sumberdaya perikanan yang telah mengalami tangkap lebih overfishing
memberikan keuntungan yang tidak optimum sehingga mengancam keberlanjutan perikanan”, maka penelitian Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil ini
perlu di lakukan. Secara teoritis kerangka pemikiranpenelitian ini dirancang untuk melihat
kinerja perikanan tangkap skala kecil saat ini, dan kemudian berdasarkan kinerja yang ada dapat dilakukan berbagai strategi untuk perbaikan di masa depan atau
berbagai alternatif pemecahan permasalahannya. Secara teknis operasional, kerangka pemikiran dibangun berdasarkan pada isu pengelolaan perikanan di
wilayah penelitian. Isu pengelolaan perikanan tersebut merupakan fenomena yang timbul dari kondisi sumberdaya perikanan, tingkat eksploitasi sumberdaya
perikanan, penggunaan teknologi penangkapan, etika pemanfaatan sumberdaya perikanan dan dampak ekonomi sosial saat ini.
14
Status sumberdaya perikanan sebagai dasar keberlanjutan perikanan tangkap merupakan refleksi dari hasil interaksi faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Penilaian keberlanjutan perikanan didasarkan pada ketersediaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan yang dipengaruhi berbagai
aspek, di mana aspek biologi dan ekologi sebagai indikator utama. Dengan adanya perubahan paradigma pembangunan menjadi pembangunan berkelanjutan,
maka keberlanjutan perikanan mencakup lebih banyak aspek yang dilibatkan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologiekologi, ekonomi, sosial, teknologi
dan etika atau hukum dan kelembagaan. Dalam aspek biologi dan ekologi, indikator keberlanjutannya telah
ditetapkan relatif baku. Tidak demikian halnya pada aspek lain. Oleh karena itu, perlu dikembangkan indikator keberlanjutan pada setiap aspeknya. Salah satu
indikator pembangunan perikanan berkelanjutan telah dikembangkan oleh FAO dalam rangka implementasi Code of Conduct for Responsible Fisheries.
Berdasarkan indikator tersebut dapat dilakukan analisis status masing-masing aspek keberlanjutan, apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan
perikanan dalam suatu wilayah tertentu. Hasil analisis ini sangat penting agar dapat merumuskan kebijakan yang
secara spesifik dapat dilakukan untuk aspek tertentu, sehingga kebijakan tersebut akan lebih mampu untuk memecahkan permasalahan, agar pengelolaan perikanan
yang bertanggung jawab dapat diwujudkan. Untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, maka
dibutuhkan strategi pengelolaan perikanan yang tepat. Dilihat dari perspektif keberlanjutannya, belum ada kajian yang komprehensif yang sekaligus mencakup
berbagai dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan hukumkelembagaan, padahal kondisi dimensi-dimensi tersebut dapat
menggambarkan status keberlanjutan perikanan tangkap dan dapat dijadikan sebagai pertimbagan pembangunan perikanan ke depan.
Penelitian ini mengacu pada teknik Rapfish Rapid Appraissal for Fisheries yaitu teknik analisis untuk mengevaluasi keberlanjutan perikanan
secara multidisipliner. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi yaitu menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan menggunakan
15
multidimensional scaling MDS. Aspek dalam Rapfish menyangkut aspek keberlanjutan dari ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan etika atau kelembagaan
dan hukum. Setiap aspek memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan sustainability sebagaimana yang disyaratkan oleh FAO-CCRF 1995. Dengan
Rapfish, atribut-atribut tersebut diadaptasikan dari atribut yang telah dikembangkan oleh Pitcher and Preikshot 2001
yang telah terbukti sejalan dengan indikator FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries.
Kerangka pemikiran dalam rangka pemecahan masalah keberlanjutan perikanan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.1.
Menurut Fauzi dan Anna 2002 secara makro paradigma pembangunan perikanan pada dasarnya telah mengalami pergeseran dari paradigma konservasi
yang mengutamakan aspek biologi ke paradigma rasionalisasi ekonomi dan kemudian ke paradigma sosial komunitas. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
Charles 1994 di mana pandangan pembangunan perikanan berkelanjutan haruslah mengakomodasikan ketiga aspek tersebut yaitu aspek biologi, ekonomi
dan sosial. Lebih lanjut Fauzi dan Anna 2002 menyatakan bahwa konsep
pembangunan perikanan yang berkelanjutan mengandung aspek-aspek sebagai berikut 1 Keberlanjutan ekologi ecological sustainability yakni memelihara
keberlanjutan stokbiomas sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta peningkatan kapasitas dan ekosistem menjadi perhatian utama, 2 Keberlanjutan
sosio-ekonomi socio-economic sustainability yakni pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dan kesejahteraan yang lebih tinggi bagi
pelaku perikanan, 3 Keberlanjutan komunitasmasyarakat community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi
komunitas atau masyarakat menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan, 4 keberlanjutan kelembagaan institutional sustainability, yakni keberlanjutan
kelembagaan yang menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat sebagai prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas.
Dengan melihat aspek-aspek tersebut sama pentingnya maka kebijakan pembangunan perikanan berkelanjutan harus mampu memelihara tingkat yang
reasonable dari setiap komponen sustainable tersebut.
16
Mulai
Selesai
Analisis Kondisi Perikanan Tangkap
Skala Kecil Saat Ini
Permasalahan
Rapfish
Atribut Sensitif Bab 10 Status Keberlanjutan Perikanan Bab 10
Alternatif Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Skala Kecil
Bab 10
Data : Primer dan
Sekunder 1. Ketersediaan SDI terbatas
2. Pendapatan menurun 3. Konflik pemanfaatan SDI
4. Partisipasi nelayan rendah 5. Aturanhukum belum efektif
Dimensi hukum
kelembagaan Bab 9
Dimensi Teknologi
Bab 8
Dimensi sosial
Bab 7 Dimensi
ekonomi Bab 6
Dimensi ekologi
Bab 5
Keterangan : : Batasan penelitian
........ : Batasan analisis Rapfish ------ : Implementasi kebijakan
Gambar 1.1 Kerangka pikir pemecahan masalah keberlanjutan perikanan di perairan Pasauran Serang dan Tegal.
17
Menurut Alder et al. 2000 bahwa dalam pembangunan perikanan berkelanjutan, pendekatan yang digunakan harus holistik yaitu pendekatan yang
harus mengakomodir berbagai aspek yang menentukan keberlanjutan secara utuh. Aspek tersebut menyangkut aspek ekologi, ekonomi, teknologi, sosiologi dan
aspek etika. Dari setiap aspek ada beberapa atribut yang harus dipenuhi karena merupakan indikator keragaan perikanan sekaligus indikator keberlanjutan.
Aspek-aspek yang sekaligus menjadi variabel dan indikator penelitian adalah sebagai berikut :
1 Aspek ekologi : tingkat eksploitasi, discard dan by catch persentase ikan yang dibuang, tekanan pemanfaatan perairan, perubahan ukuran ikan yang
tertangkap selama 10 tahun terakhir, perubahan jenis ikan yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir, dan pemanfaatan pariwisata bahari.
2 Aspek ekonomi : keuntungan, kontribusi perikanan terhadap produk domestik regional bruto PDRB, pendapatan perkapita daerah, kepemilikan
penerima keuntungan dari kepemilikan, tingkat subsidi, alternatif pekerjaan dan pendapatan, dan pemasaran perikanan, rata-rata penghasilan
relatif anak buah kapal ABK terhadap upah minimum regional UMR, penerimaan relatif antar setiap alat tangkap terhadap waktu bekerja, transfer
keuntungan antara orangpelaku ekonomi lokal dan orangpelaku ekonomi luar daerah, dan penyerapan tenaga kerja.
3 Aspek sosial : jumlah rumah tangga perikanan RTP dibandingkan jumlah penduduk di wilayah masing-masing, pengetahuan lingkungan perikanan,
tingkat pendidikan, status dan frekuensi konflik, partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan, frekuensi pertemuan antar warga
berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan, sosialisasi pekerjaan, frekuensi penyuluhan dan pelatihan, dan pertumbuhan pekerjaRTP
pengeksploitasi sumberdaya ikan SDI dalam kurun waktu 5-10 tahun terakhir.
4 Aspek teknologi : tempat pendaratan, lama trip penangkapan, jenis sifat alat tangkap, selektifitas alat tangkap, penggunaan alat bantu penangkapan
FADs, ukuran kapalperahu penangkapan, penanganan pasca panen, penggunaan alat bantu perikanan yang destruktif.
18
5 Aspek kelembagaan, hukum dan etika : ketersediaan peraturan formal pengelolaan perikanan, keadilan dalam hukum, ketersediaan personil
penegak hukum di lokasi atau lembaga pengawas lokal, demokrasi dalam penentuan kebijakan, illegal fishing, peranan kelembagaan formal yang
mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan, ketersediaan peraturan informal pengelolaan perikanan, ketersediaan dan peran tokoh masyarakat
lokal, peranan kelembagaan lokal informal yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan, dan manfaat aturan formal untuk nelayan
.
Aspek-aspek ini diperlukan sebagai prasyarat dari dipenuhinya pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Perikanan di Indonesia