Skor atribut dan indeks keberlanjutan pada dimensi sosial

201 Pada Kabupaten Tegal perubahan pekerja atau RTP pengeksploitasi perikanan pada tahun 1994 terdiri dari RTP berjumlah 328 KK dan RTBP berjumlah 1.942 KK. Total RTP pengeksploitasi sumberdaya perikanan di Kabupaten Tegal pada tahun 1994 sebesar 2.270 KK. Pada tahun 2003 jumlah RTP sebanyak 422 KK dan RTBP sebanyak 2.499 KK, sehingga total RTP pengeksploitasi sumberdaya perikanan pada tahun 2003 adalah 2.921 KK. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah RTP di Kabupaten Tegal dari tahun 1994 sampai tahun 2003 sebesar 28,66 3.

7.3.3 Skor atribut dan indeks keberlanjutan pada dimensi sosial

Analisis Rapfish pada dimensi sosial ini berjumlah 9 atribut. Untuk pengetahuan lingkungan perikanan, partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan sosialiasi pekerjaan individual atau kelompok diperoleh dan dianalisis berdasarkan per alat tangkap. Jumlah RTP dibandingkan jumlah penduduk di wilayah masing-masing, tingkat pendidikan, status dan frekuensi konflik, frekuensi pertemuan antar warga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, frekuensi penyuluhan dan pelatihan, dan pertumbuhan pekerja RTP pengeksploitasi SDI 5-10 tahun terakhir dianalisis secara agregat dari daerah atau wilayah dari masing-masing usaha perikanan. Realitas data berupa skor-skor berdasarkan kondisi lapangan masing-masing atribut pada dimensi sosial disajikan pada Tabel 7.8. Nilai skor pada dimensi sosial seperti yang tercantum pada Tabel 7.8 kemudian di analisis dengan metode Rapfish. Hasil yang diperoleh dengan metode Rapfish pada dimensi sosial menunjukkan nilai indeks keberlanjutan usaha perikanan secara sosial Tabel 7.9. Nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap ditinjau dari dimensi sosial ini menunjukkan skor dan indeks yang sama untuk masing-masing wilayah. Hal ini terjadi karena dimensi ini lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan berlaku umum, disamping itu, komunitas nelayan yang relatif homogen dalam berbagai aspek. 202 Tabel 7.8 Realitas data di lapangan dan nilai skor setiap atribut pada dimensi sosial No Atribut Baik Buruk Payang bugis Jaring Udang Jaring Rampus Bundes Payang Gemplo 1. Jumlah RTP dibandingkan jumlah penduduk di wilayah masing-masing 2 0 0 0 0 0 2. Pengetahuan lingkungan perikanan 2 0 2 2 0 0 0 3. Tingkat pendidikan 2 0 0 0 0 0 0 4. Status dan frekuensi konflik 3 2 2 3 3 3 5. Partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan 1 0 0 0 1 1 1 6. Frekuensi pertemuan antar warga berkaitan pengelolaan sumberdaya perikanan 2 0 2 2 2 2 2 7. Sosialiasi Pekerjaan Individual atau kelompok 2 0 2 2 2 2 2 8. Frekuensi Penyuluhan dan Pelatihan 3 0 2 2 3 3 3 9. Pertumbuhan pekerja RTP pengeksploitasi SDI 5-10 tahun terakhir 3 0 0 3 3 3 Tabel 7.9 Nilai indeks keberlanjutan perikanan IKP pada dimensi sosial No. Usaha Perikanan IKP pada Atribut HukumKelembagaan Status Keberlanjutan Serang 1. Serang Payang bugis 58,02 Cukup 2. Serang Jaring Udang 58,02 Cukup Rata-rata indeks Kab. Serang 58,02 Cukup Berkelanjutan Tegal 3. Tegal Jaring Rampus 60,87 Cukup 4. Tegal Bundes 60,87 Cukup 5. Tegal Payang Gemplo 60,87 Cukup Rata-rata indeks Kab. Tegal 60,87 Cukup Berkelanjutan Hasil ordinasi Rapfish pada dimensi sosial untuk seluruh alat tangkap yang dianalisis yaitu payang bugis Serang, jaring udang Serang, jaring rampus Tegal, bundes Tegal, dan payang gemplo Tegal dapat dilihat pada gambar 203 7.1. Gambar tersebut sangat jelas digambarkan posisi status perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tegal dilihat dari dimensi sosial. Gambar 7.1 Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Serang dan Tegal pada dimensi sosial. Nilai stress yang diperoleh dari dimensi teknologi ini sebesar 16,54 atau masih 25 . Hal ini menurut prosedur multidimensional scaling MDS diacu dalam Fauzi dan Anna 2004 adalah jika nilai stress atau yang dilambangkan dengan S semakin rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Nilai Stress S yang diperoleh dalam dimensi teknologi ini sebesar 16,54 S 25 maka analisis Rapfish sudah memenuhi kondisi fit goodness of fit. Beberapa nilai statistik yang diperoleh dalam Rapfish pada dimensi sosial dapat diihat pada Tabel 7.10. 56 40 58.02 58.02 60.87 60.87 60.87 100 -60 -40 -20 20 40 60 25 50 75 100 Serang Payang bugis Serang Jaring udang Tegal Rampus Tegal Bundes Tegal Gemplo Anchor Reference Sumbu X Setelah Rotasi : Skala sustainabilitas Sum b u Y Setel ah R o tasi 204 Tabel 7.10 Nilai statistik yang diperoleh dari hasil analisis Rapfish pada dimensi sosial No Atribut Statistik Nilai Statistik Prosentase 1 Stress 0,1654 16,54 2 R 2 0,8570 85,70 3 Jumlah Iterasi 3 Selanjutnya untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak random error dilakukan metode simulasi Monte Carlo terhadap seluruh dimensi. Kavanagh 2001 dalam Fauzi dan Anna 2004 menyatakan ada tiga tipe untuk melakukan simulasi algoritma Monte Carlo. Dalam studi ini hanya dilakukan analisis Monte Carlo dengan metode “scatter plot” yang menunjukkan ordinasi dari setiap dimensi. Analisis dalam melihat tingkat kestabilan hasil ordinansi tersebut untuk melihat tingkat gangguan perturbation terhadap nilai ordinasi Spence and Young, 1978, yang dilakukan iterasi sebanyak 25 kali. Hasil analisis Monte Carlo dari dimensi sosial dapat dilihat pada Gambar 7.2. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usaha perikanan di kedua Kabupaten pada setiap jenis alat telah banyak mengalami gangguan perturbation yang ditunjukkan oleh plot yang menyebar. -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 Fisheries Sustainability Ot he r D is tingis hing Fe a ture s Gambar 7.2 Kestabilan nilai ordinasi hasil Rapfish dengan Monte Carlo pada dimensi sosial Sum b u Y set el ah rot asi Sumbu X setelah rotasi : scatter plot skala sustainabilitas 205 Oleh karena hasil Rapfish masih bersifat umum, selanjutnya atribut-atribut sosial yang digunakan tersebut perlu dianalisis atribut mana yang paling sensitif mempengaruhi tingkat keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil menurut dimensi sosial. Oleh karena itu diperlukan analisis sensitivitas atau analisis leverage. Analisis leverage ini pada dasarnya sama seperti yang diterapkan pada dimensi lainnya yaitu untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap skor keberlanjutan sosial apabila satu atribut dikeluarkan dari analisis sehingga bisa dilihat tingkat sensitivitas skor keberlanjutan sosial akibat dikeluarkannya satu atribut. Menurut Picther et al 2002, analisis sensitivitas atau analisis leverage dilakukan terhadap atribut-atribut masing-masing dimensi. Perhitungan dilakukan dengan metode stepwise yaitu dengan membuang setiap atribut secara berurutan satu persatu kemudian menghitung berapa nilai error atau Root Mean Square RMS tersebut dibandingkan dengan RMS yang dihasilkan pada saat seluruh atribut dimasukkan. Dalam statistik metode ini dikenal dengan metode JackKnife Kavanagh, 2001. Pada dimensi sosial mengindikasikan bahwa atribut status dan frekuensi konflik, partisipasi keluarga dalam pemanfaatan SDI dan tingkat pendidikan, merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap nilai atau status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil. Nilai root mean square change ketiga atribut ini jauh lebih tinggi dibandingkan atribut lainnya terutama atribut jumlah RTP dan pertumbuhan jumlah RTP pengeksploitasi sumberdaya hanya satu per empat. Secara keseluruhan leverage atribut sosial dapat dilihat pada Gambar 7.3. 206 2.36 8.36 11.72 13.03 11.27 9.24 7.75 4.76 2.40 2 4 6 8 10 12 14 Jumlah RTP pengeksploitasi perikanan Pengetahuan Lingkungan Tingkat Pendidikan Status dan Frekuensi Konflik Partisipasi Keluarga dalam Pemanfaatan SDI Frekuensi Pertemuan Warga Berkaitan Pengelolaan Perikanan Sosialiasi Pekerjaan Individual atau kelompok Frekuensi Penyuluhan dan Pelatihan Pertumbuhan pekerja RTP pengeksploitasi SDI 5-10 tahun terakhir Gambar 7.3 Analisis distribusi sensitivitas atribut pada dimensi sosial

7.4 Pembahasan