Kesimpulan Pendahuluan Keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil (kasus perikanan pantai di Serang dan Tegal)

210 dengan cepat mengadopsimenyerap informasi demi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka serta peningkatan partisipasi keluarga agar para nelayan tidak hanya meningkatkan pendapatan dari peningkatan jumlah tangkapan dan tingkat ekploitasi tapi dapat meningkatkannya dari nilai tambah produk perikanan. Dengan demikian peningkatan kualitas pendidikan para nelayan akan sangat mendukung partisipasi nelayan dan keluarganya dalam meningkatkan wawasan dan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap melalui berbagai langkah yang lebih rasional.

7.5 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari keberlanjutan perikanan tangkap pada dimensi sosial antara lain : 1 Indeks keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil dengan menggunakan alat tangkap jaring udang dan payang bugis pada dimensi sosial di Kabupaten Serang sebesar 58,02. 2 Indeks keberlanjutan untuk wilayah Kabupaten Serang pada dimensi sosial sebesar 58,02 dalam status cukup berkelanjutan selang 51-75. 3 Indeks keberlanjutan untuk alat tangkap perikanan skala kecil pada dimensi sosial di Kabupaten Tegal untuk jaring rampus, bundes dan payang gemplo sebesar 60,87. 4 Indeks keberlanjutan untuk wilayah Kabupaten Tegal pada dimensi sosial sebesar 60,87 dalam status cukup berkelanjutan selang 51-75. 5 Atribut status dan frekuensi konflik, tingkat pendidikan dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan SDI merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap nilai atau status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil. 6 Kebijakan untuk dapat menjaga keberlanjutan usaha perikanan dari dimensi sosial diarahkan pada penurunan status dan frekuensi konflik dengan implementasi hukum yang jelas dan tegas. 7 Peningkatan pendidikan para nelayan agar dapat dengan cepat mengadopsimenyerap informasi demi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka adalah sesuatu yang harus dikedepankan. 211 8 Peningkatan partisipasi keluarga agar para nelayan tidak hanya meningkatkan pendapatan dari peningkatan jumlah tangkapan dan tingkat ekploitasi tapi dapat meningkatkannya dari nilai tambah produk perikanan, juga merupakan prioritas agar perikanan tangkap dapat berkelanjutan secara sosial. 8 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI TEKNOLOGI

8.1 Pendahuluan

Sejak beberapa dekade terakhir telah terjadi perubahan dramatis dalam ekploitasi sumber daya ikan sebagai akibat kemajuan di bidang teknologi. Pengembangan teknologi dibidang penangkapan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas penangkapan untuk memenuhi permintaan konsumsi yang terus meningkat baik kebutuhan pasar lokal maupun internasional. Di sisi lain perbaikan dan pengembangan teknologi penangkapan juga terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing sesama nelayan karena semakin terbatasnya sumberdaya ikan. Pergeseran teknologi kearah yang semakin efektif ini pada akhirnya untuk beberapa lokasi tertentu akan berdampak terhadap menurunnya ketersediaan sumberdaya ikan. Pergeseran teknologi kearah yang semakin efektif ini seperti memperkecil ukuran mata jaring dan menambah kedalaman jaring. Persaingan dalam teknologi penangkapan biasanya ditandai dengan dioperasikannya alat penangkpan ikan yang makin produktif namun kurang ramah lingkungan bahkan bersifat destruktif, dan dampak lebih jauh biasanya menimbulkan konflik antar nelayan apabila hal ini dilakukan di wilayah penangkapan yang sama. Kondisi seperti ini sangat jelas terjadi di wilayah penelitian perairan pantai Tegal dengan masih dioperasikannya jaring arad dari wilayah lain dan di klaim oleh nelayan lokal telah menyebabkan berkurangnya pendapatan mereka karena alat ini merusak habitat di wilayahnya. Kajian dimensi teknologi ini sangat penting karena aplikasi teknologi dapat menggambarkan strata serapan teknologi oleh masyarakat penggunanya. Pada sektor perikanan tangkap, aplikasi teknologi dapat juga menggambarkan skala usaha atau klaster perikanan tangkap. Interaksi teknologi dengan ekonomi dan sosial dapat berdampak langsung dan jangka panjang terhadap kondisi dimensi ekologi. Dalam perikanan tangkap, aplikasi teknologi juga dapat mengindikasikan etika operator perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan dan pada akhirnya, aplikasi teknologi yang tidak tepat dapat memicu terjadinya kerusakan lingkungan bahkan dapat menyebabkan 213 konflik sosial antar nelayan. Untuk tujuan keberlanjutan perikanan tangkap, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan aplikasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan perikanan telah banyak dijelaskan dalam kode etikpenatalaksanaan perikanan yang bertanggungjawab FAO-CCRF, 1995. Beberapa kriteria untuk teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan TPIRL telah dijelaskan oleh Monintja yang disunting dalam Bengen 2002 yaitu 1 selektivitas tinggi, tidak destruktif terhadap habitat, tidak membahayakan nelayan operator, menghasilkan ikan bermutu baik, produk tidak membahayakan kesehatan konsumen, minimuim hasil tangkapan yang terbuang, dampak minimum terhadap keanekaragam sumberdaya hayati, tidak menangkap sesies yang dilindingungi atau terancam punah, dan diterima secara sosial. Oleh karena lebih lanjut dijelaskannya bahwa kriteria untuk kegiatan penangkapan ikan berkelanjutan harus menerapkan TPIRL dan pertimbangan lain yang dapat mendukung berbagai aspek keberlanjutan perikanan tangkap seperti pertimbangan JTB TAC, keuntungan usaha, besaran investasi, penggunaan BBM serta ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan lainnya.

8.2 Metodologi