79
dengan pelaksanaan tes setelah perlakuan. Tes setelah perlakuan dilaksanakan untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa
setelah mendapatkan perlakuan. Tes setelah perlakuan dilakukan dengan penilaian menggunakan skala kecerdasan emosional,
sama seperti tes sebelum perlakuan.
D. Deskripsi Data Penelitian
1. Data Penilaian Sebelum Perlakuan Pretest
Data kecerdasan emosional siswa diperoleh melalui pengamatan menggunakan skala kecerdasan emosional. Pengamatan
ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat pretest dan posttest. Pretest atau penilaian sebelum tindakan merupakan tindakan awal
yang dilakukan peneliti sebelum memberikan perlakuan. Penilaian sebelum perlakuan dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan menggunakan instrumen yang sama. Penilaian sebelum perlakauan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa yang nantinya digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah
perlakuan. Di bawah ini merupakan hasil analisis deskriptif data penilaian sebelum perlakuan.
a. Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
80
Tabel 6. Nilai Rata-rata Pretest Kecerdasan Emosional
Kelompok Eksperimen
Kategori Skor Skor
Rata-rata 46,31
Median 48
Nilai Terendah 36
Nilai Terendah Ideal 20
Nilai Tertinggi 56
Nilai Tertinggi Ideal 100
Modus 48
Standar Deviasi 6,70
Tabel hasil analisis data tes sebelum perlakuan dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas menunjukan bahwa hasil tes
sebelum perlakuan kecerdasan emosional siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata 46,31. Hal itu juga diperkuat dari selisih
nilai terendah ideal dengan nilai terendah hanya 16 saja, sedangkan nilai tertinggi siswa sebesar 56 memiliki selisih yang jauh dari skor
maksimal ideal 100 yaitu 44.
Tabel 7. Kategori Hasil Interpretasi Nilai Pretest Kelompok
Eksperimen Kategori
Interval Frekuensi
Presentase
Tinggi Nilai ≥ 73,33
Sedang Nilai 46,67-73,33
10 52,63
Rendah Nilai 46,67
9 47,37
Data tabel di atas menunjukan bahwa tidak terdapat kategori tinggi, sedangkan kategori sedang, hanya berbeda sedikit dengan
kategori rendah yaitu hanya berbeda 4,72 .
81
b. Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kelompok Kontrol
Tabel 8. Nilai Pretest Kecerdasan EMosional Kelompok
Kontrol Kategori Skor
Skor
Rata-rata 45,80
Median 46
Nilai Terendah 36
Nilai Terendah Ideal 20
Nilai Tertinggi 56
Nilai Tertinggi Ideal 100
Modus 52
Standar Deviasi 6,67
Tabel hasil analisis data penilaian sebelum perlakuan kelas kontrol dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas menunjukan bahwa
hasil penilaian sebelum perlakuan kecerdasan emosional siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata hanya 45,80. Hal itu juga
diperkuat dari selisih nilai terendah ideal dengan nilai terendah hanya 16 saja, sedangkan nilai tertinggi siswa sebesar 56 memiliki selisih yang
jauh dari skor maksimal ideal 100 yaitu 44.
Tabel 9. Kategori Hasil Interpretasi Nilai Pretest Kelompok
Kontrol Kategori
Interval Frekuensi
Presentase
Tinggi Nilai ≥ 73,33
Sedang Nilai 46,67-73,33
10 50
Rendah Nilai 46,67
10 50
Data tabel di atas menunjukan bahwa tidak terdapat kategori tinggi, sedangkan kategori sedang dan rendah sama-sama memiliki
presentase 50.
82
2. Data Penilaian Setelah Perlakuan Posttest
Penilaian setelah perlakuan adalah tahap akhir yang
dilaksanakan setelah berakhirnya semua perlakuan. Sama seperti pretest pada penilaian setelah perlakuan atau posttest menggunakan skala
kecerdasan emosional siswa. Penilaian dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian penilaian setelah perlakuan
bertujuan untuk mengukur kecerdasan emosional siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis data penilaian setelah perlakuan
skala kecerdasan emosional siswa dilihat di bawah ini.
a. Deskripsi Statistik Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
Tabel 10. Nilai Posttest Kecerdasan Emosional Kelompok
Eksperimen Kategori Skor
Skor
Rata-rata 70,52
Median 68
Nilai Terendah 64
Nilai Terendah Ideal 20
Nilai Tertinggi 80
Nilai Tertinggi Ideal 100
Modus 76
Standar Deviasi 5,71
Tabel hasil analisis data penilaian setelah perlakuan kelas eksperimen dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas menunjukan
bahwa hasil penilaian setelah perlakuan kecerdasan emosional siswa tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yaitu 70,52. Hal itu
juga diperkuat dari selisih nilai terendah ideal dengan nilai terendah yaitu 44, sedangkan nilai tertinggi siswa sebesar 80 memiliki selisih
yang tidak jauh dari skor maksimal ideal 100 yaitu 20.
83
Tabel 11. Kategori Hasil Interpretasi Nilai Rata- rata Posttest
Kelompok Eksperimen
Kategori Interval
Frekuensi Presentase
Tinggi Nilai ≥ 73,33
8 42,11
Sedang Nilai 46,67-73,33
11 57,89
Rendah Nilai 46,67
Data tabel di atas menunjukan bahwa terdapat kategori tinggi sebesar 36,84 , sedangkan kategori sedang memiliki presentase 63,16
dan tidak terdapat kategori rendah.
b. Deskripsi Statistik Nilai Rata-rata Posttest Kelompok Kontrol
Tabel 12. Nilai Rata-rata Posttest Kecerdasan Emosional
Kelompok Kontrol Kategori Skor
Skor
Rata-rata 58,52
Median 60
Nilai Terendah 40
Nilai Terendah Ideal 20
Nilai Tertinggi 76
Nilai Tertinggi Ideal 100
Modus 60
Standar Deviasi 9,99
Tabel hasil analisis data penilaian setelah perlakuan kelas kontrol dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas menunjukan bahwa hasil
penilaian setelah perlakuan skala kecerdasan emosiaonal siswa sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yaitu 58,52. Hal itu juga diperkuat
dari selisih nilai terendah ideal dengan nilai terendah yaitu 20, sedangkan nilai tertinggi siswa sebesar 76 memiliki selisih dari skor maksimal ideal
100 yaitu 24.
84
Tabel 13. Kategori Hasil Interpretasi Nilai Rata-rata Posttest
Kelompok Kontrol
Kategori Interval
Frekuensi Presentase
Tinggi Nilai ≥ 73,33
1 5
Sedang Nilai 46,67-73,33
15 75
Rendah Nilai 46,67
4 20
Data tabel di atas menunjukan bahwa terdapat kategori tinggi sebesar 5 karena hanya terdapat satu siswa yang mencapai nilai tinggi,
sedangkan kategori sedang memiliki presentase 75 dan kategori rendah sebesar 20.
3. Data Peningkatan Nilai Rata-Rata Kecerdasan Emosional Siswa
Sebelumnya telah ditampilkan data hasil penilaian sebelum perlakuan dan penilaian setelah perlakuan. Dari hasil penilaian sebelum
perlakuan dan penilaian setelah perlakuan, tampak bahwa kecerdasan emosional siswa mengalami peningkatan baik pada kelas eksperimen yang
menggunakan multimedia game. Di bawah ini dapat dilihat peningkatan kecerdasan emosional siswa dari skor hasil penilaian skala siswa sebelum
dan sesudah perlakuan masing-masing kelompok penelitian.
a. Data Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Kelompok
Eksperimen.
Tabel 14. Peningkatan kecerdasan emosional Siswa Kelompok Eksperimen
Kategori Interval
Presentase Nilai Sebelum
Perlakuan Nilai Setelah
Perlakuan
Tinggi Nilai ≥ 73,33
42,11 Sedang
Nilai 46,67-73,33 52,63
57,89 Rendah
Nilai 46,67 47,37
Total 100
100
85
Berdasarkan tabel hasil analisis data dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas, kecerdasan emosional siswa kelas eksperimen sudah
meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya siswa yang berada pada kategori nilai tinggi sebesar 42,11 dibandingkan dengan hasil
penilaian sebelum perlakuan tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai tinggi. Kategori sedang dari hasil penilaian sebelum perlakuan
52,63 berubah menjadi 57,89 pada penilaian setelah perlakuan, meskipun mengalami penurunan sebesar 5,26 akan tetapi pada kategori
rendah mengalami peningkatan yang tinggi dari hasil penilaian sebelum perlakuan sebesar 47,37 menjadi 0 atau tidak ada anak yang
memperoleh nilai kategori rendah setelah perlakuan.
b. Data Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Kelompok Kontrol.
Tabel 15. Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Kelompok Kontrol
Kategori Interval
Presentase Nilai Sebelum
Perlakuan Nilai Setelah
Perlakuan
Tinggi Nilai ≥ 73,33
5 Sedang
Nilai 46,67-73,33 50
75 Rendah
Nilai 46,67 50
20 Total
100 100
Berdasarkan tabel hasil analisis data dengan bantuan SPSS 21 for Windows di atas, kecerdasan emosional siswa kelas kontrol sudah
meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya siswa yang berada pada kategori nilai tinggi sebesar 5 dibandingkan dengan hasil penilaian
sebelum perlakuan tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai tinggi. Kategori sedang dari hasil penilaian sebelum perlakuan 50 berubah
menjadi 75 pada penilaian setelah perlakuan meskipun mengalami
86
penurunan akan tetapi pada kategori rendah mengalami sedikit penngkatan dari hasil penilaian sebelum perlakuan sebesar 50 menjadi 20 pada hasil
setelah perlakuan.
4. Data Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 16. Gain Skor Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Subyek Kelompok
Eksperimen Peningkatan
Skor Gain Kelompok
Kontrol Peningkatan
Skor Gain Pretest Posttest
Pretest Posttest
1 48
72 24
40 52
12 2
56 76
20 36
60 24
3 44
76 32
52 60
8 4
40 64
24 40
44 4
5 56
76 20
48 64
16 6
52 80
28 56
72 16
8 48
68 20
36 44
8 9
40 68
28 52
64 12
10 44
64 20
44 60
16 11
48 68
20 44
44 12
44 64
20 40
60 20
13 56
76 20
40 40
14 56
76 20
48 64
16 15
40 64
24 36
60 24
16 48
76 28
52 68
16 17
36 64
28 48
64 16
18 40
76 36
44 52
8 19
48 68
20 52
76 24
20 -
- -
56 68
12 Total Skor
460 Total Skor
264
Berdasarkan data di atas, skor gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor gain kelas kontrol. Hal ini dibuktikan berdasarkan rata-rata
setiap anak pada kelas eksperimen mengalami peningkatan cukup tinggi sedangkan pada kelas kontrol ada 2 anak yang tidak mengalami
peningkatan. Pada kelas eksperimen skor gain tertinggi sebesar 36 dengan skor gain terendah 20 sedangkan pada kelas kontrol skor gain tertinggi
sebesar 24 dengan skor gain terendah sebesar 4.
87
E. Persyaratan Uji Analisis
Persyaratan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian. Berikut hasil pengujiannya:
1. Uji Normalitas
Penggunaan uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah populasi yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal.
Hasil analisis uji normalitas data pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini
a. Hasil Uji Normalitas Penilaian Sebelum Perlakuan Pretest
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Pretest
Kelompok Kolmogorov-Smirnov Z
Signifikansi Keterangan
K. Eksperimen 0,621
0,835 Normal
K. Kontrol 0,776
0,584 Normal
Berdasarkan uji asumsi normalitas secara sebaran dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai signifikansi
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 0,835 dan 0,584. Maka, dapat dinyatakan bahwa data pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai sebaran normal yaitu 0,835 dan 0,584 lebih besar dari 0,05 atau p0,05.
b. Hasil Uji Normalitas Penilaian Setelah PerlakuanPotstest
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Posttest
Kelompok Kolmogorov-Smirnov Z
Signifikansi Keterangan
K. Eksperimen 1,103
0,175 Normal
K. Kontrol 1,073
0,200 Normal
Berdasarkan uji asumsi normalitas secara sebaran dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai signifikansi
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 0,175 dan
88
0,200. Maka, dapat dinyatakan bahwa data prosttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai sebaran normal yaitu
0,175 dan 0,200 lebih besar dari 0,05 atau p0,05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dua varian nilai pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji ANOVA, dengan
taraf signifikansi 5. Hasil dari uji homogenitas dengan menggunakan uji ANOVA disajikan dalam tabel di bawah ini:
a Hasil Uji Homogenitas Penilaian Sebelum Perlakuan Pretest
Tabel 19. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
Kelompok Levene’s Signifikasi
Keterangan
Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
0,051 0,822
Homogen
Berdasarkan hasil penghitungan pada tabel diatas, diperoleh nilai signifikan Sig 0,822, maka dpat disimpulkan p0,05. Sehingga
semua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai variansi kelompok yang homogen atau kedua kelompok mempunyai
varian yang sama. b
Hasil Uji Homogenias Penilaian Setelah Perlakuan Posttest
Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest
Kelompok Levene’s Signifikasi Keterangan
Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
3,506 0,069
Homogen
Berdasarkan hasil penghitungan pada tabel diatas, diperoleh nilai singnifikansi Sig sebesar 0,069 yang berarti nilai tersebut lebih besar
dari 0,05. Sehingga semua kelompok yang digunakan dalam penelitian
89
ini mempunyai variansi kelompok yang homogen atau kedua kelompok mempunyai varian yang sama.
F. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan data hasil penelitian maka selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis
uji-t nilai posttest, yaitu untuk perbedaan kecerdasan emosional siswa antara kelas yang diberi perlakuan multimedia game dengan kelas yang
tidak diberi perlakuan multimedia game. Sedangkan untuk metode yang paling signifikan mempengaruhi peningkatkan kecerdasan emosional siswa
kelas VI menggunakan analisis uji t skor gain. Seluruh perhitungan diseleseikan dengan bantuan computer program SPSS 21 for Windows.
1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kecerdasan emosional siswa antara kelas yang diberi
perlakuan multimedia game dengan kelas yang tidak diberi perlakuan di kelas VI SD Negeri Percobaan 2. Kriteria pengujiannya, Ho Ditolak
jika t
hitung
≥ t
tabel
dan signifikansinya ≤ 0,05 sebaliknya Ho di terima jika t
hitung
≤ t
tabel
dan signifikansinya ≥ 0,05. Berikut data hasil perhitungan uji t menggunakan bantuan SPSS 21 for Windows.
Tabel 21. Hasil Uji Independent Sample T-test
Kelompok Mean
Standar Deviasi T
Signifikasi
Kelompok Eksperimen
70,52 5,68
4,577 0,000
Kelompok Kontrol 58,60
9,90 Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji-t di atas diperoleh t
hitung
90
yaitu 4,577 lebih besar dari t
tabel
2,093 dan memperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho Ditolak dan Ha diterima, selain
itu terdapat perbedaan rata-rata mean yang cukup tinggi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu sebesar 11,92.
Berarti dapat disimpulkan terdapat perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan antara kelas yang diberi perlakuan multimedia game
dengan kelas yang tidak diberi perlakuan di kelas VI SD Negeri Percobaan 2.
2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah multimedia game lebih signifikan mempengaruhi peningkatkan kecerdasan emosional
kelas VI. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t gain score atau selisish nilai posttest dengan nilai pretest. Kriteria pengujiannya, Ho
ditolak jika t
hitung
≥ t
tabel
dan signifikansinya ≤ 0,05 sebaliknya Ho di terima jika t
hitung
≤ t
tabel
dan signifikansinya ≥ 0,05. Berikut data hasil perhitungan uji t gain score menggunakan bantuan
SPSS 21 for Windows.
Tabel 22. Hasil Uji T-test Gain Score
Kelompok Mean
Standar Deviasi
F T
Signifikasi
Gain Eksperimen 24,21
4,89 1,892
5,599 0,000
Gain Kontrol 13,20
7,12 Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji t di atas diperoleh f
sebesar 1,892 0,05 yang artinya data gain score kedua kelompok homogen. Data uji t tersebut memperoleh t
hitung
yaitu 5,599 lebih besar dari t
tabel
2,093 dan memperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05
91
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan perbedaan rata-rata mean yang cukup tinggi antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen yaitu sebesar 11,01 maka dapat disimpulkan bahwa multimedia game paling signifikan mempengaruhi peningkatkan
kecerdasan emosional siswa kelas VI.
G. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran hipotesa yang menyatakan
bahwa dengan
penerapan multimedia
game dapat
meningkatkan kecerdasan emosional siswa kelas VI SD Negeri Percobaan 2 Depok. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan penggunaan
multimedia game mempunyai perbedaan yang signifikan dari pada menggunakan permainan lapangan. Perbedaan tersebut membuktikan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan multimedia game terhadap kecerdasan emosional siswa. Berpengaruhnya multimedia game
terhadap kecerdasan emosional ini karena, multimedia game dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan meluapkan
pemikiran mereka sesuai dengan karakteristik siswa. Penyajian materi dalam bentuk multimedia game mampu
memberikan suasana yang menarik bagi siswa dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna sehingga kecerdasan
emosional siswa dapat meningkat. Multimedia game merupakan salah satu bentuk multimedia, yang juga memiliki keunggulan sebagai berikut sesuai
dengan yang di sampaikan oleh Setiyono 2008:9 yaitu : 1 sistem pembelajaran lebih menarik dan interaktif, 2 mampu menimbulkan rasa
senang sehingga meningkatkan motivasi siswa, 3 Mampu
92
menggabungkan antara teks, gambar, suara, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung, 4 Mampu
memvisualisasikan materi yang abstrak, 5 media penyimpanan yang raltif mudah dan fleksibel.
Multimedia game juga memiliki kelemahan, yaitu: 1 Hanya akan berfungsi untuk hal-hal sebagaimana yang telah diprogramkan, 2
Memerlukan peralatan komputer multimedia, 3 Perlu kemampuan pengoperasian, untuk itu perlu ditambahkan petunjuk pemanfaatan, 4
Pengembangannya memerlukan adanya tim yang profesional, 5 Pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama.
Siswa sangat teretarik dan fokus terhadap multimedia game yang dimainkan, sehingga jika ada pertanyaan dari siswa sebagai wujud rasa
ingin tahu, siswa akan langsung bertanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu mengungkapkan pendapat, pengetahuan, dan
perasaannya pada saat menjalankan multimedia game. Secara keseluruhan multimedia game secara kontinyu dapat mengembangkan kecerdasan
emosional siswa, hal ini didukung dengan perubahan sikap siswa yang dapat diamati ketika proses pembelajaran.
H. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang disebabkan oleh keterabatasan diantaranya sebagai berikut :
1. Dalam pengambilan sampel penelitian, antara teknik sampling yang
digunakan peneliti dan kenyataan di lapangan tidak 100 sesuai. 2.
Belum dilakukanya uji coba terhadap instrumen yang digunakan untuk pengambilan data.
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa multimedia game memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan emosional siswa. Hal tersebut berdasarkan tabel rangkuman hasil uji-t gain score, diperoleh f sebesar 1,892 0,05 yang
artinya data gain score kedua kelompok homogen. Data uji-t tersebut memperoleh t
hitung
yaitu 5,599 lebih besar dari t
tabel
2,093 dan memperoleh signifikasi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Selain itu berdasarkan
perbedaan rata-rata mean yang cukup tinggi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu sebesar 11,01.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi yang dapat disampaikan sebagai berikut:
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional siswa antara kelas yang menggunakan multimedia game
dengan kelas yang menggunakan permainan lapangan. Multimedia game dapat meningkatkan rasa percaya diri serta mendorong rasa ingin tahu,
motivasi diri siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, Multimedia dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi
94
guru dalam usaha untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
C. Saran
Bedasarkan simpulan dan implikasi tersebut maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru hendaknya memanfaatkan atau menggunakan multimedia
game sebagai salah satu media untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Multimedia game yang dimaksud adalah multimedia
game yang bersifat edukatif, tidak mengandung unsur kekerasan ataupun pornografi.
2. Bagi pihak yang memproduksi multimedia game diharapkan bisa terus
berkreasi dalam menciptakan multimedia game yang bersifat edukatif dan terus berinovasi, sehingga semakin banyak pilihan multimedia
game untuk siswa. 3.
Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan kegiatan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan multimedia game, tidak hanya pengaruh
terhadap kecerdasan emosional akan tetapi aspek-aspek lain seperti motivasi serta gaya belajar siswa.
95
DAFTAR PUSTAKA
AECT. 2004. The Meanings of Educational Technology, AECT, Definition and Terminology Committee document, June 1, 2004. Washington DC.
Alessi S. M. Trollip, S.R. 2001. Multimedia for learning: Methods and Development 3rd Ed.. Boston: Allyn Bacon.
Anas Sudjiono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grasindo Persada
Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Anthony, Mith. 2004. Selling With Emotional Intelligence. Batam: Interaksa Arief S. Sadiman. dkk. 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud Raja Grafindo Persada.
Asri Budiningsih, C. 2004. Karakteristik Siswa Sebagai Pijakan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.
. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Azhar Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Bimo Walgito . 2004. Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dekdikbud Borg, Walter R. Gall Meredith Damien. 1983. Educational Research: An
Introduction4th ed. New York London: Longman. Dede Rosyada. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Eileen Rachman. 2005. Mengoptimalkan kecerdasan anak dengan mengasah IQ EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Galbraith, Pam dan Rachel C. Hoyer. 2005.Kecerdasan Emosional Yang Dibutuhkan Oleh Anak Anda, Batam: Gospel Press
Goleman, Daniel. 2004. Kecerdasan Emosional terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, John De Claire. 1997. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
96
Hadi Sutopo dan Ariesto. 2003. Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu
Heinich, R., et.al. 1996. Instructional Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Hostetter, Fred T. 2001. Multimedia Literacy. Third Edition. Mc Graw-Hill. International Edition. New York. Pressman.
Istadi dan Irawati. 2007. Melipat Gandakan Kecerdasan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka Inti
John D. Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. M.
Suyanto. 2005. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi
Nana Sudjana Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nasution S. 2006. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. .2005. Pengertian Kurikulum. Jakarta: Bumi Askara.
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika
Seels, Barbara B. Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Penerjemah: Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, dan
Yusufhadi Miarso. Jakarta: AECTUNJ. Shapiro, Lawrence E. 1998.Mengajarkan Emotional Intelligence. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama Sri Rumini Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak Remaja. Jakarta :
Rineka Cipta. Sudarsono. 1998. Analisis Data I. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan RD. Bandung: CV. Alfabeta.