Karena M
max
+ M
+max
= pz
2
, maka M
+max
= pz
2
– px
2
Keadaan baut akan membengkak di tengah dan di tepi jika bentang m ≥ l ≥ ½ m. Jika l ½ m kemungkinan baut tepi tidak ikut membengkak. Dalam
praktek pelat sambung biasanya diambil ½ m atau boleh lebih sedikit. Sehingga rumus 5 dan 5a tidak dipakai dalam praktek.
Dalam perhitungan konstruksi kayu dipakai tegangan ijin lihat PKKI lampiran 2 kekuatan kayu. Jika rumus diatas dengan memakai tegangan-
tegangan ijin dan jika ditentukan factor-faktor keamanan tegangan kayu mk dan faktor keamanan tegangan baut n b, maka rumus-rumus diatas dirubah
dengan memakai tegangan-tegangan ijin Tk dan Tb.
Tk =
nk k
dan Tb =
nb b
Sambungan tampangSatu -
Baut kaku dan tidak ikut membengkak
P
= 0,414 Tk . d . l jika ld ≤
935 ,
1
Tk Tb
…………...…….7
- Baut ikut membengkak
P
= 0,443 d
2
Tk .
Tb jika ld ≥
935 ,
1
Tk Tb
…………..8 Sambungan tampangDua
- Baut kaku dan tidak ikut membengkak
P
= 2 Tk . d . l jika m ≥ 2 l
P
= Tk . m .dl jika m ≤ 2 l
……………9 -
Baut bengkok di tengah, tidak bengkok di tepi
P
= 0,667.Tk. d.l -1 +
2 2
l d
. k
b .
8 3
4
……………10
- Baut bengkok tengah dan tepi
P
= 0,886. d
2
Tk .
Tb ……………11
Dalam perhitungan nantinya, kita tidak perlu menghitung kelangsingan baut b = ld
Perhitungan dari rumus diatas cukup dipilih
P
yang terkecil yang paling kritis. Dengan dasar
P
yang terkecil untuk menghitung jumlah baut yang diperlukan yaitu total gaya dibagi dengan
P
.
P
= kemampuan sambungan perbuah baut Jadi jumlah baut n =
P P
c. Sambungan dengan Baut dan Mur
Dalam praktek sambungan tidak pernah dengan cara baut tanpa mur. Selalu sambungan baut dan mur. Dengan sambungan baut dan mur jelas akan lebih kuat
karena:
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 185
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
- Bagian tepi terluar terjadi jepitan dan akan terjadi momen jepit pada tepi luar
tersebut. -
Dengan semakin keras memutar mur maka gaya gesek batas sambungan akan semakin besar.
Sehingga sambungan baut dengan mur dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: -
Daya dukung baut terhadap benturan -
Daya dukung kayu -
Gaya geser pada batas sambungan Dalam praktek untuk perhitungan sambungan system ini, pertambahan
kekuatan sambungan karena baut dengan mur tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan. Hal ini disebabkan beberapa pertimbangan yaitu
- Sulit untuk memeriksa para pekerja mengeraskan mur
- Jika kayu menyusut maka gaya geser tidak berfungsi lagi memakan gaya
Dari hal-hal tersebut diatas maka didalam praktek pertambahan kekuatan karena mur dengan baut tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan. Selanjutnya
ketentuan-ketentuan lain baca PKKI pasal 14 ayat 1, 2, 3, 4. Untuk selanjutnya kita tetap menggunakan rumus:7 dan 8 untuk tampang satu9, 10 dan 11 untuk tampang
dua.Kembali pada tegangan ijin Tk =
k k
n
dan Tb =
b b
n
Menurut penyelidikan Ir. Suwarno Wiryomartono
k
beberapa kayu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Jenis Kayu dan Tegangan
Jenis Kayu
k
kgcm2 JATI
RASAMALA PINUS
DAMAR SUREN
470 550
330 300
240
dan
b
= 5400 kgcm
2
Kemudian n
k
diambil 4 dan n
b
= 2,25 dengan faktor keamanan tegangan kayu n
k
= 4, dan faktor keamanan tegangan baut nb = 2,14, kita akan tinjau faktor keamanan gaya
luncur yang diijinkan
e
P
yaitu ns.
Pada Rumus 7,
P
= 0,414
k k
n
. d.l, biasanya d d l sudah ditentukan, sehingga rumus
dapt ditulis
P
= Cnk C = suatu constanta Berarti faktor keamanan
P
, yaitu ns = nk = 4
Pada Rumus 8,
P
= 0,443 d
2
k k
b b
n n
. , jika d sudah ditentukan, rumus menjadi
P
= C
k b
n .
n 1
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 186
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P
= C 25
, 2
x 4
1
P
=
3 C
Berarti faktor keamanan
P
yaitu ns = 3
Pada Rumus 9, Kasusnya adalah sama dengan pada rumus 7 jadi ns = 4 Pada Rumus 10, Karena bentuk rumus yang tidak linier, maka dicari dengan mengisi
harga-harganya yang umum. Misalkan
-
baut ½
11
= 1,27 cm -
Tebal pelat sambung l = 4 cm -
b
= 5400 kgcm
2
-
k
= 500 kgcm
2
P
= 0,667 x
4 500
x 1,27 x 4 -1 +
2 2
4 27
, 1
. 4
500 25
, 2
5400 .
8 3
4
P
= 637,871 kgcm
2
perhitungan dengan nk = 4; nb = 2,25 Jika tanpa faktor keamanan :
P
= 0,667 x 500 x 1,27 x 4 -1 +
2 2
4 27
, 1
. 500
5400 .
8 3
4 1
P
= 2199,709 kgcm
2
Atau ns = 871
, 637
709 ,
2199 = 3,45
Pada Rumus 11 Kasusnya sama dengan rumus 8, jadi ns berkisar antar 3 dan 4
Guna penyederhanaan dalam perhitungan, maka kayu digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu
Golongan I kayu dengan
k
= ± 500 kgcm
2
Golongan II kayu dengan
k
= ± 400 kgcm
2
Golongan III kayu dengan
k
= ± 300 kgcm
2
Kayu golongan I adalah semua kayu kelas kuat ditambah dengan kayu rasamala. Kayu golongan II adalah semua kayu kelas kuat II
Kayu golongan III adalah semua kayu kelas kuat II
Dengan penyederhanaan ini maka rumus-rumus diatas dapat disederhanakan sebagai berikut:
Tampang Satu -
Baut cukup kaku
P
= 0,414
k
. d. l
P
= 0,414.
4 500
. d. l = 51,75 d.l
P
50 d.l -
Baut ikut membengkok
P
= 0,443 . d
2
k b
T .
T
P
= 0,443.d
2
4 500
. 25
, 2
5400 = 242,64 d
2
P
240 d
2
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 187
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tampang Dua -
Baut tidak bengkok Jika m 2 l
P
= 2T
k
. d . l
P
= 2.
4 500
. d.l
P
= 250 d.l Jika m 2 l
P
= T
k
. d . m
P
=
4 500
. d . m
P
= 125. d . m -
Baut bengkok di tengah dan tepi
P
= 0,886.d
2
k b
T .
T
P
= 0,886.d
2
25 ,
2 5400
. 4
500 = 485,282 d
2
P
480 d
2
Resume : untuk kayu golongan I Tampang Satu :
- Baut Kaku
:
P
= 50 d.l. -
Baut Bengkok:
P
= 240 d
2
Tampang Dua : -
Baut Kaku m 2l
:
P
= 240 d.l m 2l
:
P
= 125 d.m -
Baut bengkok tengah dan tepi :
P
= 480 d
2
Catatan 1 Rumus 5 dan 5a, untuk tampang dua baut bengkok pas bagian tengah, dan
bagian tepi tidak bengkok hanya bisa terjadi, jika 2 lm. Dalam kenyataan praktek plat sambung l ½ m atau minimal l = ½ m, jadi rumus 5 dan 5a tidak
dipakai dalam praktek.
2 Rumus : diatas P dalam kg; d, l dan m dalam cm. 3
b tidak perlu ditentukan 4 Dari hasil nilai dari rumus-rumus tersebut diatas dipilih yang terkecil.
d. Pengaruh sudut yang dibentuk antara arah gaya dan arah serat pada