kita semakin pasif dan tidak berfikir kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Karya terakhir pada seri ini berjudul “Trafficjam” yang
memperihatkan sebuah kemacetan kedaraan roda empat yang diberikan warna coklat. Tidak hanya suasana kemacetan tetapi
terdapat figur-figur manusia yang dihasilkan dari sebuah garis hitam yang terkurung dalam pusaran merah yang melayang terbang. Terlihat
sebuah garis ilusif yang terbentuk dari deretan kemacetan kendaraan roda empat yang mengarah vertikal. Dimensi ruang pada karya ini
sangat terlihat karna adanya repetisi pusaran-pusaran merah yang menyelimuti figur manusia dari ukuran terkecil hingga yang terbesar.
Karya ini mencoba memberikan sebuah kritik atas situasi kemacetan kota yang sudah membuat setiap manusia terkurung oleh sesuatu yang
tidak pasti. Kualitas warna, garis dan dimensi ruang pada karya ini sangat baik dan jelas terlihat sehingga dapat menyampaikan pesan
dengan nyata kepada publik. Semua karya tersebut kemudian dicetak kembali secara digital
menjadi sebuah produk kartu pos dengan ukuran yang lebih kecil. Ukuran kartu pos tersebut berdimensi 11,5cm x 15cm dan di cetak
pada kertas print berjenis ivory dan dicetak pada tahun yang sama.
c. Proses Terjadinya Komodifikasi Karya Seni Grafis Muhamad
Yusuf
Muhamad Yusuf dalam praktik komodifikasinya menggunakan proses manual dengan teknik cetak tinggi berupa cukil kayu, hal ini
dilakukan karena beberapa alasan wawancara pada 22112014 sebagai berikut.
“Proses cetak yang aku lakukan masih manual,...dimana master plat yang telah aku cukil aku cetak pada kaos, emblem,
kalender, cover buku dan kartu pos secar a langsung”.
...“Proses cetak yang manual ini aku tetap pertahankan karena aku hidup banyak dari proses itu, dan hal itu dapat memenuhi
kebutuhan hidupku sampai sekarang”. “Teknik cukil ini pun memiliki karakter tersendiri yang tidak bisa dicapai dengan
commit to user
teknis lainnya dalam seni grafis dan hal ini pun aku sadari sudah menjadi karakter dari produkku yang berbeda dengan
produk- produk orang lain”. “Walapun daya tahan warna pada
produkku tidak sekuat sablon, akan tetapi tidak akan menghilang
keseluruhan gambarku,
hanya mungkin
memudar,...itupun tergantung dengan intensitas pemakaian”. “Terkadang konsumen yang suka dengan gambar kaosku
dipakai terus”,...“Ya tetap saja akan lebih cepat memudar”. “Teknik cukil ini bagiku lebih efektif dan efisien secara
pengerjaan, karena master platku masih tetap ada dan masih bisa produksi kapan saja berbeda dengan sablon, ketika proses
produksi selesai maka master film dalam screen akan
dibersihkan dan tidak bisa untuk memproduksi kembali”.
Secara sadar Muhamad Yusuf pun tidak selalu memikirkan persoalan teknis memproduksi dari produknya tetapi Ia juga
melalukan beberapa strategi ekonomi guna menarik daya beli masyarakat dan menjaga minat konsumen terhadap produk yang
diciptakannya. Hal ini dijelaskan Muhamad Yusuf wawancara pada 22112014 sebagai berikut.
“Aku sering terjun ke masyarakat untuk bikin acar di masyarakat tersebut dan aku selalu bawa isu tentang
masyarakat itu dengan membuat desain kaos....dengan
cukilanku”....“Aku memberikan free cetak kepada masyarakat itu yang membawa kaos, dan setelah acara tersebut selesai aku
memiliki hak atas desainku itu dan kemudian dicetaklah
kembali untuk memenuhi kebutuhan hidupku”. “Produk merchandise aku buat unlimited dan sangat tidak terbatas, dan
konsumen dapat memilih desainku sesukanya dengan sistem
made to order”, “mereka pesan dan aku buatkan”. “Pada awalnya aku memulai menjual produk-produkku dengan harga
yang termurah, seperti kaos aku jual Rp 15.000 per buah,...emblem Rp 2000 per buah, dan penentuan harga itu aku
lakukan b
ertahap”.... Muhamad
Yusuf memiliki
beberapa kriteria
dalam menentukan harga produk merchandise yang Ia produksi. Kriteria
tersebut Muhamad Yusuf jelaskan sebagai berikut wawancara pada 3122014.
“Faktor yang pengaruhi harga produkku itu,...proses kerjanya yang meliputi:...kualitas bahan, tingkat kerumitan, lama
commit to user
pengerjaan, dan ukuran karya”. ....“Faktor lainnya adalah...refrensi harga lama dan kemampuan daya beli
masyarakat terhadap produkku”.... Jenis produk merchandise Muhamad Yusuf dari hasil proses
komodifikasi karya seni grafis berupa sebuah kaos, emblem, kalender dan kartu pos. Wujud dan bentuk Karya Muhamad Yusuf Sebelum
dan sesudah proses komodifikasi dapat diamati sebagai berikut.
Gambar 14.Sisi Kiri Karya Cetak Tinggi Berjudul “Kretek Butuh Korek” dan Sisi Kanan Hasil Produk Kaos dari Muhamad Yusuf yang Dicetak
Langsung dengan Teknik Cetak Tinggi, Tahun Pembuatan 2014 Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
Karya Muhamad Yusuf ini lihat gambar 14 merupakan sebuah karya grafis dengan teknik cetak tinggi yang dicetak pada
media kertas. Karya ini diciptakan Muhamad Yusuf pada tahun 2014 dengan ukuran 21cm x 30cm dan dicetak dengan unsur warna hitam.
Secara visual karya ini menggambarkan sebuah kemasan rokok dengan figur jari pada bagaian isi kemasan serta bertuliskan beberapa
kata- kata seperti “Kretek butuh korek”, “Benci boleh asal santun”, dan
“Maaf Saya Perokok Tapi Bukan Pembunuh Seperti Philip Morris”. Bojek dalam karya ini merupakan penggabungan dari unsur geometris
dan sedikit unsur bidang organik. Perspektif objek dalam karya ini sangat terlihat sehingga menimbulkan kesan dimensi ruang. Unsur
garis lurus dan melengkung sangat mendominasi karya ini. Konten pesan dalam karya ini sangat terlihat dari tulisan-tulisan yang di
sisipkan oleh Muhamad Yusuf pada karya ini. Secara menyeluruh perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
karya ini memiliki kualitas garis, bidang, warna dan teknis penggarapan yang baik.
Karya yang berjudul “Kretek Butuh Korek” ini kemudian di aplikasikan pada sebuah media kaos berwarna biru dengan teknis yang
sama yaitu cetak tinggi. Secara visual pada produk ini tidak mengalami perubahan namun master plat hardboard pada produk ini
telah disesuaikan atau dengan kata lain telah mengalami proses kmodifikasi sehingga dapat dicetak pada media kaos secara masif.
Karya berikutnya adalah sebuah karya grafis dengan teknik cetak tinggi yang dicetak pada media kertas berukuran 42cm x 30cm
lihat Gambar 15. Karya ini berjudul “Dewi Saraswati” yang dibuat pada tahun 2014. Karya ini menggabarkan sosok Dewi Saraswati yang
sedang memegang beberapa alat musik dengan sebuah tulisan “God of Art” pada bagaian belakang kepalanya. Karya ini dicetak dengan
unsur warna merah dan pada bagaian bawah dari kaki Dewi Saraswati terdapat tulisan “Saraswati Devi”. Karya ini dibuat oleh Muhamad
Yusuf dengan cukup detail hal ini dapat terlihat dengan banyaknya cukilan-cukilan garis yang membentuk sebuah ornamen bunga.
Kekuatan unsur garis pada karya ini sangat menonjol karena semua objek yang hadir merupakan kolaborasi dari bebrapa unsur
garis lengkung, lurus, zig-zag dan garis gabungan bebas. Dimensi ruang dalam karya ini pun terlihat jelas sehingga memberikan kesan
hidup pada sosok Dewi Sraswati. Pesan yang tersirat dalam karya ini adalah ingin menujukan bahwa
Dewi Saraswati adalah seorang dewi yang mencintai kesenian dan dengan kesenian kita akan serupa dengan Dia. Secara keseluruhan
karya ini memiliki unsur garis, warna, dimensi ruang dan teknik cetak yang baik. Karya Muhamad Yusuf ini kemudian diaplikasikan pada
sebuah media kaos berwarna putih dengan perubahan visual Dewi Saraswati yang dicetak dengan warna hitam. Proses cetak pada kaos
tersebut sama seperti pada karya aslinya, dimana Muhamad Yusuf mencetak visualnya menggunakan teknik cetak tinggi.
commit to user
Gambar 15. Karya Cetak Tinggi Berjudul “Dewi Saraswati” dan Produk
Kaos dari Muhamad Yusuf yang Dicetak Langsung dengan Teknik Cetak Tinggi, Tahun Pembuatan 2014
Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
Secara visual poduk kaos ini tidak mengalami perubahan bentuk yang signifikan, hanya saja warna yang digunakan dirubah dari
warna merah menjadi warna hitam. Pada produk ini master plat hardboard telah mengalami proses komodifikasi sama seperti master
plat karya sebelumnya sehingga tidak diperlukan pengolahan ulang dari aspek ukuran.
Karya selanjutnya masih sama seperti karya-karya sebelumnya dimana karya ini merupakan karya grafis dengan teknik cetak tinggi
yang diaplikasikan pada media pada media kertas berukuran 30cm x 25cm lihat gambar 16.
Karya ini berjudul “Matinya seorang petani” yang digambarkan oleh Muhamad Yusuf dengan munculnya penodongan
senapan pada sosok seorang petani laki-laki bertopikan camping yang sedang memikul sebuah cangkul pada bahu kanannya. Di bagian
belakang dari sosok pentani laki-laki tersebut terdapat pula sosok wanita berkerudung yang sedang menggendong seorang anak kecil,
wanita tersebut memegang sebuah bendera yang bertuliskan “Tanah dan darah memutar sebuah sejarah, dari sini nyala api, dari sini damai
abadi”. Pada bagian sisi bawah dari sosok tersebut terdapat pula tulisan yang berbunyi “Kami beri makan kamu balas dengan senapan,
darah yang tumpah menyuburkan tanah kami berlipat ganda”. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gambar 16. Sisi Kiri Karya Cetak Tinggi Berjudul “Matinya Seorang Petani” dan Sisi Kanan Hasil Produk Kaos dari Muhamad Yusuf yang
Dicetak Langsung dengan Teknik Cetak Tinggi, Tahun Pembuatan 2014 Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
Keseluruhan objek dalam karya ini dikemas dalam satu warna hitam. Unsur garis melengkung dan berbentuk horisontal sangat
terlihat dalam karya ini. Efek cukilan yang membentuk garis lurus, lengkung, dan zig-zag menghasilkan sebuah tekstur semu pada
permukan kulit kedua petani tersebut sehingga memberikan kesan hidup. Warna hitam pada karya ini menyiratkan sebuah kedukaan,
ancaman dan kematian. Hal ini diperkuat dengan tulisan-tulisan yang bernada sebuah kekecewaan, kemarahan dan perasaan cemas. Karya
yang diciptakan Muhamad Yusuf ini syarat dengan pesan sosial tentang tidak keadilan yang menimpa kehidupan para petani saat ini.
Tidak hanya karya konvesional namun Muhamad Yusuf pun mengaplikasikan karya ini pada media kaos dengan teknik cetak yang
sama seperti karya aslinya. Karya emblem dan kartu pos ini lihat gambar 17 dan 18
memvisualkan sesosok pria yang sedang menggendong wanita lemah dengan dominasi warna hitam. Garis yang digunakan dalam karya ini
adalah unsur garis lurus, diagonal dan lengkung dengan sudut-sutu garis yang berbentuk runcing. Karya ini menampilkan sebuah tulisan
yang berbunyi “demi keamanan dan ketertiban umum” pada bagian atas dua sosok manusia tersebut sedangkan pada sisi bawah teselip
aebuah kalimat “senjata dan kekerasan bukan alat kuasa atas nilai perdamaian”.
commit to user
Gambar 17. Sisi Kiri Master Plat Cetak Tinggi dan Produk Embelm Manual dari Muhamad Yusuf yang Dicetak Langsung dengan Teknik Cetak Tinggi
Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
Kualitas garis yang lurus dengan sudut-sudut lancip menyiratkan sebuah ketegasan dan peringatan. Hal ini selaras dengan
kalimat-kalimat yang tertulis pada karya ini. Secara utuh karya ini ingin menegaskan bahwa perdamaian merupakan sesuatu yang wajib
di lakukan dan senjata api bukan sebuah alat dalam mencapai kedamaian dan ketertiban umum.
Gambar 18. Sisi Kiri Master Plat Cetak Tinggi dan Produk Katu Pos Manual dari Muhamad Yusuf yang Dicetak Langsung dengan Teknik Cetak
Tinggi Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
Kedua desain dari produk tersebut telah mengalami proses pengolahan dari aspek ukuran sehingga dapat diproduksi pada
commit to user
bidang cetak yang telah diinginkan seperti emblem dan kartu pos. Proses pencetakan produk ini dilakukan secara manual dimana
master plat yang telah di cukil kemudian dicetakan secara langsung tanpa sebuah proses pengolahan ulang dari sisi bentuk, ukuran
maupun warna. Hal ini pun sama terjadi pada produk kalender yang
diciptakan Muhamad Yusuf pada tahun 2010, dimana kalender ini diciptakan menggunakan sebuah desain yang meggunakan master plat
hardboard yang telah di cukil sedemikian rupa dan di cetak langsung pada media kalender tersebut tanpa dilakukan proses pengolahan
ulang dari sisi bentuk, ukuran maupun warna. Dalam produk kalender Muhamad Yusuf ini master plat
hardboard telah mengalami proses komodifikasi, dimana ukuran plat cetak telah disesuaikan dengan media cetak kertas yang digunakan.
Karya ini memvisualkan dua sosok wanita dan satu pria dengan latar belakang kerumulan orang dan sebuah ular seperti naga yang keluar
dari sebuah lubang.
Gambar 19. Produk Kalender Manual dari Muhamad Yusuf yang Dicetak Langsung dengan Teknik Cetak Tinggi pada Tahun 2010
Sumber: Dokumentasi Emmanuel Putro Prakoso, 2014
commit to user
Sosok wanita pertama merupakan seorang petani yang membawa cangkul dan bertopikan camping, sedangan sosok wanita
kedua adalah seorang gadis berpakaian seragam dan bertopikan pramuka dengan model rambut dikepang di sisi kanan dan kiri
wajahnya. Sedangkan sosok ketiga adalah seorang peria pekerja tambang yang menggunakan helm dan baju kerja sambil memegang
sebuah perkakas kerja. Terdapat berbagai macam kalimat yang di sisipi dalam karya ini seperti pada sudut kiri atas “tragedi negara
dibawah ketergantungan modal company” sedangkan pada bagian bawah kalimat tersebut tertulis “bayar rugi ganti lunas” dan kalimat
selanjutnya yang berada di bawah tulisan tersebut berbunyi “soro
bareng seneng bareng”. Sudut kanan atas pada karya ini tertulis sebuah kalimat “lapindo bersalah mengorbankan tanah, jiwa, raga,
rakyat 16 desa” dan pada bagian tengah karya dibawah sosok ular
terdapat kalimat bertuli skan “solidaritas korban lumpur menolak
lupa”. Berbagai kalimat dalam karya ini mencoba memberikan pemahaman sekaligus sebuah kritik bahwa bencana lumpur lapindo
harus segera diselesaikan secara tuntas karna mengancam masa depan anak-anak, petani dan para pekerja disana. Seacar keseluruhan visual,
dan teknik dalam karya ini dibuat dengan baik sehingga mampu menyampaikan konten pesan seniman dengan sempurna.
B. Analisis Data dan Pembahasan
Guna mempermudah proses analisis data dan pembahasan hasil, maka penulis melakukan proses identifikasi dan klasifikasi berdasarkan data lapangan
yang telah diolah dan diuraikan pada bab sebelumnya terhadap dugaan terjadinya komodifikasi seni grafis di Yogyakarta, penyebab terjadinya komodifikasi seni
grafis di Yogyakarta dan proses terjadinya komodifikasi seni grafis di Yogyakarta.
Berdasarkan proses analisa dan reduksi data, maka bentuk komodifikasi pada objek karya seni grafis di Yogyakarta dapat dinarasikan sebagai berikut.
Sejarah seni grafis di Indonesia seperti yang telah dijelaskan oleh Tris Neddy Santo dan kawan-kawan menyatakan bahwa karya seni grafis pertama kali
commit to user