Sebab Terjadinya Komodifikasi pada Karya Seni Grafis Sri

Yogyakarta pada tahun 1999. Kemunculan ini didukung pula dengan lahirnya kantung-kantung komunitas seni yang didalamnya menjual produk dari proses hasil komodifikasi karya-karya grafis konvensional para seniman. Komunitas-komunitas tersebut diantaranya ORABER yang didirikan oleh seniman Sri Maryanto pada tahun 2003, SURVIVEgarage yang didirikan oleh seniman Bayu Widodo pada tahun 2009 dan Lembaga Kerakyatan Taring Padi yang didirikan oleh seniman Muhamad Yusuf pada tahun 1989 akhir. Prakatik komodifiki pada karya seni grafis ini masih tetap dilakukan hingga saat ini oleh ketiga seniman tersebut, dan dengan aktif mereka mendistribusikan produknya melalui beberapa event seperti Festival Kesenian Yogyakarta, Pasar Seni, Carf Carnival, Carft Party dan Pasar Kangen serta membuat art shop dan situs-situs online seperti ORABER Total Produk Grafis, SURVIVEgarage dan Lembaga Kerakyatan Taring Padi untuk menjual produk-produk yang telah mereka ciptakan.

2. Penyebab Terjadinya Komodifikasi Karya Seni Grafis di Yogyakarta

Kemunculan praktik komodifikasi pada karya seni grafis di Yogyakarta tentunya tidak muncul secara tiba-tiba melainkan terdapat faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Faktor penyebab yang melatarbelakangi terjadinya komodifikasi seni grafis di Yogyakarta dapat terlihat dari beberapa studi kasus yang terjadi pada karya seni grafis konvensionl seniman Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf berikut ini. Untuk melihat munculnya praktik ini maka akan diuraikan faktor penyebab yang melatarbelakangi terjadinya komodifikasi seni grafis dari karya-karya mereka.

a. Sebab Terjadinya Komodifikasi pada Karya Seni Grafis Sri

Maryanto Sri Maryanto sebagai seniman telah memproduksi benda pakai dari visual karya-karya grafisnya. Sebab terjadinya komodifikasi pada karya seni grafis Sri Maryanto wawancara pada 8112014 dijelaskan sebagai berikut. commit to user “Awal mulanya membuat sebuah produk merchandise dari karya seni grafis saya karena keinginan untuk bertahan h idup dari hasil karya sendiri”. “Ditambah dengan kenyataan menjual karya seni, apalagi masih menjadi mahasiswa yang tidak dikenal,...tidaklah semudah membalikan tangan”, .....“jadi saya pun berfikir terbalik”. “Kalau biasanya produk merchandise di ciptakan setelah karya aslinya terkenal, justru saya memproduksi merchandise sebelum karya saya terkenal”. “Ternyata....setelah karya saya diaplikasikan pada benda fungsional justru karya saya dapat tampil dimana saja karena pemakai produk saya dalam media kaos bergerak dan banyak orang melihat karya saya, sehingga jangkauan publiknya lebih luas dibandingkan ruang pamer konvensional”. “Sebelum saya memproduksi kaos, saya telah membuat produk kartu pos, poster dan akhirnya kemana-mana, dimana ada tempat menaruh desain karya disitu pula bisa dijadikan produk seni”. Pada tahun 2003 Sri Maryanto pada akhirnya mendirikan sebuah usaha bernama ORABER Total Produk Grafis yang bergerak pada penjualan produk-produk dengan teknik grafis yang merupakan hasil dari modifikasi karya grafis konvensional Sri Maryanto. Produk yang dijual berupa kaos, tas, emblem dan kalender. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang terjadinya komodifikasi pada karya seni grafis Sri Maryanto dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah adanya dorongan untuk bertahan hidup, adanya kekhawatiran tidak memperoleh penghasilan yang tetap dan adanya perasaan inferioritas dalam diri. Selain faktor-faktor tersebut ditambah dengan sulitnya menjual karya grafis konvensional waktu itu akhirnya mendorong Sri Maryanto berfikir kreatif dengan melakukan praktik komodifikasi di tahun yang sama ketika kary aslinya dibuat hal ini dilakukan agar Ia tetap dapat bertahan hidup dan menghidupi proses berkeseniannya. commit to user

b. Sebab Terjadinya Komodifikasi pada Karya Seni Grafis Bayu